Advertisement
Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno
Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Contoh Makalah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Makalah tentang Kerajaan Mataram Kunolink :
Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno
Baca juga
Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno
KERAJAAN MATARAM KUNO
Prasasti Canggal diperkirakan dibuat pada tahun 732 Masehi, ditulis dengan huruf pallawa dengan menggunakan bahasa sanskerta.
Kerajaan Mataram terletaj di Jawa Tengah daerah pusatnya disebut Bhumi Mataram. Daerah tersebut dikelilingi oleh pegunungan. Daerah itu juga dialiri oleh banyak sungai.
Sebelah selatan Bhumi Mataram adalah Lautan Indonesia, mata pencaharian utama dari rakyatnya adalah pertanian, sementara bidang perdagangan kurang mendapat perhatian.
A. Dinasti Sanjaya
1) Sumber Sejarah
Bukti-bukti berdirinya Dinasti Sanjaya dapat diketahui melaui Prasasti Cangggal (daerah Kedu) tahun 732 M, Prasasti Balitung, Kitab Carita Parahyangan.
Prasasti Canggal (732 M) dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya agama yang dianutnya adalah agama Hindu.
Sebelum Sanjaya berkuasa, Mataram Kuno diperintah oleh Raja Sanna (paman Sanjaya). Masa pemerintahan Saan dan Sanjaya dapat diketahui. Berdasarkan Sojomerto diketahui bahwa Sanjaya adalah keturunan Raja Syailendra yang beragama Syiwa.
Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya. Isi utamanya adalah memperingati didirikannya sebuah lingga (Lambang Siwa), Jawadwipa yang kaya raya akan hasil bumi terutama padi dan emas.
Urutan Raja Mataram Kuno adalah sebagai berikut :
a. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
b. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
c. Sri Maharaja Rakai Warak
d. Sri Maharaja Rakai Garung
e. Sri Maharaja Rakai Pikatan
f. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
g. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
h. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
Prasasti Balitung (907 M) Prasasti ini adalah prasasti tembaga yang dikeluarkan oleh Raja Dyah Balitung.
Kitab Carita Parahyangan. Kitab ini menceritakan tentang hal ikhwal raja-raja Sanjaya.
Kerajaan Mataram Kuno berkembang pesat karena didukung oleh beberapa faktor.
Sanjaya bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
1. Rakai Mataram Sang Satu Sanjaya
Raja Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya.
Raja dapat memperdalam agama Hindu Siwa. Pemujaan yang tertinggi di Kerajaan Mataram diberikan kepada Dewa Siwa yang dianggap sebagai dewa tertinggi. Memuja Dewa itu, didirikan candi-candi.
Raja Sanjaya meninggal kira-kira pertangahan abad ke-8 M. Oleh rakai Panangkaran. Rakai Warak dan Rakai Garung.
2. Rakai Panangkaran
Pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran ini diduga muncul Dinasti Sailendra yang beragama Budha. Keududukan Dinasti Sanjaya sehingga Dinasti Sanjaya mengalihkan pemerintahannya ke Jawa Tengah bagian utara.
3. Sri Maharaja Rakai Pikatan
Setelah Rakai Garung meninggal, Rakai Pikatan naik tahta.
4. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
Rakai kayuwangi dibantu oleh suatu Dewan Penasehat merangkap staf pelaksana yang terdiri atas lima patih dan diketuai oleh seorang maha patih.
5. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang.
Masa pemerintahan Rakai Watuhumalang tidak dapat diketahui dengan jelas.
Sekitar abad ke-8 di Jawa Tengah telah berdiri suatu kerajaan yang teratur dan diperintah oleh raja-raja yang cakap.
Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera ditakhlukkannya, seperti Kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu dni Semenanjung Malaya.
Pda tahun 778 M Raja Panagkaran atau Maharaja Tejah Purnapana Mustika membangun bangunan suci (candi) untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta.
Sejak pemerintahan Raja Panangkaran, keluarga Syailendra terbagi menjadi dua kelompok penganut agama. Hindu Syiwa dan agama Budha.
Raja-raja Mataram Kuno beragama Budha, berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan yang berpusat di Lembah Sungai Progo (Magelang).
Raja-raja penganut Agama Budha keturunan Syailendra yang pernah memerintah di Jawa Tengah, antara lain Raja Bhanu, Raja Wisnu (Sri Dharmatungga), Raja Indra (Sri Sanggramadananjaya), Raja Samaratungga, dan Ratu Pramodhawardani. Berkuasa selama satu abad (750-850 M).
Raja-raja Mataram Kuno beragama Hindu mula-mula berkuasa di Jawa Tengah bagian utara, terutama disekitar Pegunungan Dieng. Dibuktikan dengan adanya kompleks bangunan candi Hindu di Daratan Tinggi Dieng, seperti Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Arjuna, dan Candi Sumbadra. Candi Dieng dibangun sekitar tahun 778 – 850.
Pembangunan Candi Hindu yang lebih besar dan indah, yaitu Candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di Desa Prambanan.
Pengganti Rakai Pikatan adalah Rakai Kayuwangi.
Menurut Prasati Munggu Antan, Pengganti Rakai Kayuwangi adalah Rakai Gurunwangi (886) dan Rakai Limus Dyah dewendra (890). Berdasarkan Prasasti Kedu, penggati Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang yang berputra Dyah Balitung.
Dyah Balitung memerintah sampai tahun 910. Ada prasasti yang menyebutkan bahwa Raja Balitung pernah menyerng Bantan (Bali). Prasasti yang penting adalah prasasti Mantyasih (Kedu) yang berisi silsilah raja-raja Mataram Kuno dari Sanjaya sampai dengan Dyah Balitung. Raja Balitung dikenal tiga jabatan penting, yaitu rakryan i hino (pejabat tinggi sebuah raja) rakryan i halu dan rakryan i sirikan merupakan tritunggal.
Pengganti Balitung adalah Daksa dengan gelar Sri Maharaja Sri Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya. Ia memerintah dari tahun 913 sampai dengan 919.
Pada tahun 919 Daksa digantikan oleh Tulodhong yang bergelar Sri Maharadja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri Sajanasan-mattanuragatunggadewa. Masa pemerintahan Tulodhong sangat singkat.
Pengganti Tulodhong ialah Wawa, ia naik tahta pada tahun 924 dengan gelar Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wajayalokanamottungga. Sri Baginda dibantu Empu Sindok Sri Isanawikrama yang berkedudukan sebagai mahamantri i hino.
Prasasti-prasasti tersebut lebih banyak membicarakan masalah-masalah keagamaan. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Rakai Watuhumalang, masalah keagamaan mendapat perhatian lebih khusus dari pada masalah pemerintahan.
Sri Maharaja Watukura Diah Balitung. Raja Diah Balitung adalah seorang Raja Mataram yang besar dan cakap. Ia berhasil mengatasi masalah yang dihadapi Kerajaan Mataram dan mempersatukan kembali kerajaan-kerajaan yang hampir terpecah belah akibat pertentangan antar kaum bangsawan. Kesejahteraan rakyat meningkat dan keamanan terjamin, bahkan daerah kekuasaannya meluas hingga ke Jawa Timur.
Diah Balitung memerintah Mataram sampai tahun 910 M. Prasasti terpenting adalah Prasasti Mantyasih (Kedu) yang berisi tentang silsilah raja-raja Mataram dari Raja Sanjaya sampai dengan Raja Dyah Balitung.
Tiga jabatan penting, Rakryan I Hino, Rakryan I Halu dan Rakryan I Sirikan. Merupakan tritunggal dan nama jabatan ini terus dipakai oleh kerajaan-kerajaan berikutnya pada zaman Singasari-Majapahit.
Sri Maharaja Daksa. Sebelum menjadi Raja Mataram ia menjabat sebagai Rakryan I Hino. Pada masa pemerintahannya, pembuatan Candi Prambanan berhasil diselesaikan. Masa pemerintahan Raja Daksa tidak berlangsung lama dn digantikan oleh Tulodhong. Masa pemerintahan Tulodhong sangat singkat.
Pengganti Raja Tulodhong adalah Rakai Wawa dibantu oleh Mpu Sindok sebagai Rakryan I Hino. Pada masa pemerintahannya terjadi kekacauan yang menjalar sampai ke ibukota kerajaan. Kekacauan itu dapat diatasi, sehingga keamanan dapat dipulihkan kembali.
Setelah Rakai Wawa meninggal, ia digantikan oleh Mpu Sindok. Karena rasa khawatir terhadap serangan-serangan yang dilancarkan oleh Sriwijaya, maka Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahannya,d ari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Mataram di Jawa Tengah.
1) Aspek Kehidupan Sosial
Kerajaan Mataram Kuno terdiri atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Mereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur.
Keterangan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya kepatuhan hukum pada semua pihak.
2) Aspek Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Pusat Kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah Sungai Progo. Daerah itu amat subur sehingga rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketiak Raja Balitung berkuasa. Pada Prasasti Purworejo (900 M) disebutkan bahwa raja telah memerintahkan untuk membuat beberapa pusat perdagangan. Dari Prasasti Wonogiri (903 M) menyebutkan bahwa penduduk di sekitar kanan-kiri aliran sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di kiri-kanan sungai tersebut dibebaskan dari pengutan pajak.
3) Aspek Kehidupan Politik
Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Pada masa pemerintahan Samaratungga berusaha menyatukan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodyawardhani (dari Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya).
4) Aspek Kehidupan Kebudayaan
Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 782 M), dan Prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Nakula, Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Ratu Baka, dan Candi Sukuh. Selain Candi Hindu, dibangun pula Candi Buddha, misalnya Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, dan Candi Mendut.
Masa Kemunduran Kerajaan Mataram Kuno
Lembah Sungai Brantas amat penting untuk pertanian dan pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Sementara itu, kedudukan ibu kota Mataram Kuno makin tidak menguntungkan karena :
2) Tidak memiliki pelabuhan laut.
3) Sering dilanda bencana alam
4) Sering terjadi perebutan kekuasaan
5) Mendapat ancaman serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 929 ibu kota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur oleh Empu Sindok. Kerajaan itu dikenal sebagai Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur.
B. Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abadke-8 M di Jawa Tengah bagian selatan yaitu di daerah Bagelan dan Yogyakarta, memerintah seorang raja dari Dinasti Syailendra. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan Kerajaan Syailendra yang berupa candi-candi, wilayah kekuasaan Syailendra meliputi wilayah Jawa Tengah bagian selatan, yaitu wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
1. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Dinasti Syailendra ada tiga, yaitu prasasti-prasasti, candi-candi dn arca-arca, serta berita asing.
Prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan diantaranya sebagai berikut. Prasati Kalasar (778 M) menyebutkan tentang seorang raja dari Dinasti Syailendra berhasil menunjuk Rakai Panangkaran untuk mendirikan suatu bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah bihara untuk para pendeta. Rakai Panangkaran akhirnya menghadiahkan Desa Kalasan kepada Sanggha Buddha.
Prasasti Kelurak (782 M) di daerah Prambanan menyebutkan pembuatan arca Manjusri yang merupakan perwujudan sang Buddha, Wisnu Manjusri dan Sanggha, yang dapat disamakan dengan Brahma, Wisnu, Siwa. Prasasti ini juga menyebutkan nama raja yang memerintah saat itu, yang bernama Raja Indra.
Prasasti Ratu Boko (856 M). menyebutkan kekalahan Raja Balaputra Dewa dalam perang saudara melawan kakaknya Pramodhawardani dan selanjutnya melarikan diri ke Sriwijaya.
Prasasti Nalanda (856 M). menyebutkan tentang asal usul Raja Balaputra Dewa. Bahwa Balaputra Dewa adalah putra dari Raja Samarotungga dan cucu dari Raja Indra (Kerajaan Syailendra di Jawa Tengah).
Prasasti-prasasti Syailendra adalah sebagai berikut
a) Prasasti Kalasan yang berangka tahun 778 M ditulis dengan memakai huruf Pranagari berbahasa Sanskerta.
b) Prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 M dituliskan dengan huruf Pra-nagari dan bahasa Sanskerta.
c) Prasasti Karang Tengah ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa sanskerta dan Jawa Tengah.
d) Prasasti Kedu yang berangka tahun 842 M ditemukan didaerah Kedu.
e) Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M, ditemukan di Tanah Genting Kra.
f) Prasasti Nalanda yang di temukan di Nalanda, India Utara tahun 860 M. Di tulis dengan huruf Dewa Nagari dan berbahasa sanskerta.
Isi Prasasti Nalanda menyebutkan tentang Raja Dewapaladewa dari Dinasti Pala yang memberikan sebidang tanah untuk digunakan sebagai tempat mendirikan wihara bagi para mahasiswa dari Sriwijaya yang sedang belajar agama Buddha. Prasasti ini menyebutkan nama raja yang memerintah Sriwijaya waktu itu, yaitu Raja Balaputradewa.
Balaputradewa adalah seorang anggota dari Dinasti Sailendra yang diusir dari Jawa pada tahun 866 M oleh Rakai Pikatan. Prasasti Nalanda menunjukkan adanya hubungan kerja sama dalam bidang agama dan kebudayaan antara Indonesia dan India pada abad ke-9.
Susunan raja-raja dari Dinasti Sailendra :
a) Raja Bhanu (+ 752-775 M)
b) Raja Wisnu (+ 775-782 M)
c) Raja Indra (+ 782-812 M)
d) Raja Samaratungga (+ 812-833 M)
e) Raja Balaputradewa (+ 833-855 M)
Wilayah kekuasaan Dinasti Sailendra diperkirakan meliputi sekitar daerah Magelang dan Yogyakarta. Dinasti Sailendra tidak memberikan pengaruh yang besar. Karya seni yang banyak dan indah. Contohnya Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sari, Candi Sambisari, dan Candi Sewu.
2. Kehidupan Politik
Pada akhir abad ke-8 M, Dinasti Sanjaya terdesak oleh dinasti lain, yaitu Dinasti Syailendra. Peristiwa ini terjadi ketika Dinasti Sanjaya diperintah oleh Rakai Panangkaran. Hal itu dibuktikan melalui Prasasti Kalasan (tahun 778 M) yang menyebutkan bahwa Rakai Panangkaran mendapat perintah dari Raja Wisnu untuk mendirikan Candi Kalasan (candi Buddha)
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah Dinasti Syailendra, diantaranya : Raja Indra. Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Ini ditujukan untuk menguasai daerah-darah sekitar Selat Malaka. Raja Indra mengawinkan putranya yang bernama Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.
Raja Samarottungga. Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa. Tetapi yang sebenarnya berhak menggantikan adalah putrinya yang lahir dari permaisuri yang bernama Pramodhawardani.
Setelah Pramodhawardani menikah dengan Rakai Pikatan terjadi berbagai perubahan. Rakai Pikatan mendesak Pramodhawardani untuk menarik tahtanya kembali, sehingga terjadilah perang saudara antara Pramodhawardani yang dibantu oleh Rakai Pikatan dengan Balaputra Dewa. Dalam perang saudara itu Balaputra Dewa kalah di Bukit Ratu Boko (Prasasti Ratu Boko thun 856 M), dan selanjutnya melarikan diri ke Sriwijaya, serta langsung diangkat menjadi raja di Sriwijaya.
3. Keruntuhan Dinasti Syailendra
Dinasti Syailendra diduga mengalami penyatuan dengan Dinasti Sanjaya berkat adanya perkawinan politik antara Pramodhawardhani, dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Setelah Raja Samaratungga wafat terjadi perebutan kekuasaan antara Pramodhawardhani (Rakai Pikatan) dan Balaputradewa terdesak lalu perghi ke Sriwijaya dan menjadi raja di sana. Jadi, diperkirakan Balaputra Dewa menjadi raja di Sriwijaya berdasarkan garis ibu. Berakhirlah pemerintahan Dinasti Sailendra an kekuasaan di Jawa Tengah kembali ke tangan Dinasti Sanjaya.
Perkawinan antara Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani ternyata dapat menyatukan pemerintahan. Selain itu, pemeluk agama Hindu dengan pemeluk agama Buddha dapat hidup berdampingan. Pramodhawardhani, yang kemudian bergelar Sri Kahulunan, meneruskan pendirian suci agama Buddha, yaitu kompleks Candi Plaosan di Prambanan. Di Candi Plaosan banyak ditemukan tulisan-tulisan pendek tentang nama Sri Kahulunan dan Rakai Pikatan. Pramodhawardhani juga meresmikan pemberian tanah dan sawah untuk menjamin pemeliharaan Kamulan atau bangunan suci di Bhumisambhara yang kemudian disebut dengan Candi borobudur.
Demikianlah Artikel Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno
Sekianlah artikel Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-kerajaan-mataram-kuno.html
Makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno