Advertisement
Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban
Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Contoh Makalah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawabanlink :
Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban
Baca juga
Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
Untuk menghadapi lingkungan manufaktur maju, manajemen telah mengembangkan sistem akuntansi pertanggungjawaban berbasis aktivitas (Activity-Based Responsibility Accounting System). Sistem akuntansi pertanggungjawaban berbasis aktivitas ini berfokus pada aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. Dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban tersebut, manajemen mendapatkan informasi akuntansi yang memungkinkan mereka melakukan pengelolaan aktivitas. Informasi akuntansi tersebut dikenal dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh tiap-tiap manajer pusat pertanggungjawaban. Wewenang yang dimiliki oleh seorang manajer menjadikannya dalam posisi dapat mengendalikan sesuatu yang berada dibawah wewenangnya. Sebelum membahas terlebih dahulu sekilas mengenai akuntansi pertanggungjwaban tersebut.
2.1 Akuntansi Pertanggungjawaban
2.1.1 Defenisi Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan terjadinya keselarasan tujuan dari pihak perusahaan dengan individu para karyawan, sebagaimana yang talah dikemukakan oleh Hilton (1991, hal. 447):
“Reponsibility accounting refers to the various concepts and tools used by managerial accountants to measure the performance the people and departement in order to foster goal congruence”.
Dari kutipan diatas dapat diambil pengertian bahwa akuntansi pertanggungjawaban merupakan berbagai konsep dan alat yang digunakan oleh para akuntan manajemen untuk mengukur kinerja dari individu dan departemen yang ada dalam mencapai keselarasan tujuan.
Manajer yang bertanggungjawab atas tugas yang telah dipisah-pisahkan sesuai dengan batasan wewenang serta tanggungjawabnya perlu memilki suatu pandangan yang jelas mengenai tujuan perusahaan. Jadi untuk dapat melakukan tanggungjawab manajer dengan hasil yang optimal maka keselarasan tujuan perusahaan dengan tujuan para manajer jelas diperlukan, dan semuanya dapat tercapai melalui akuntansi pertanggungjawaban.
Horngren (1994, hal. 533) memberikan pengertian tentang akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:
“Akuntansi pertanggungjawaban adaalah sistem yang mengukur rencana (dengan anggaran) dan tindakan (dengan hasil aktual) dari masing-masing pusat pertanggungjawaban”.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang mengukur rencana dengan menggunakan anggaran dan tindakan dengan melihat hasil yang aktual dari setiap manajer pusat pertanggungjawaban. Peranan para akuntan manajemen dalam sebuah perusahaan adlah untuk menciptakan suatu sistem akuntansi yang dapat menyediakan laporan yang menilai seberapa baik para manajer dalam perusahaan dalam mencapai tujuan sesuai dengan rencana perusahaan .
Akuntansi pertanggungjawaban dirancang untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Dan salah satu tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban adalah penilaian prestasi para manajer pusat-pusat pertanggungjawaban, terutama untuk memotivasi para manajer dalam berprestasi.
Pendapat lain mengenai definisi dari akuntansi pertanggungjawaban dikemukakan oleh Most dan Lewis (1992, hal. 223):
“Responsibility accounting aids the control function by collecting,analizyng and reporting data concerning cost and performance, aimed at evaluating the behavior of managers responsible for the operation of centers”.
Menurut definisi diatas akuntansi pertanggungjawaban membantu fungsi pengendalian dengan cara mengumpulkan, menganalisa serta melaporkan data yang terdiri dari laporan biaya dan laporan kinerja, yang bertujuan untuk menilai prilaku para manajer yang bertanggungjawab terhadap pusat-pusat operasi didalam perusahaan. Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban berperan penting dalam menjaga efektivitas dan efisiensi fungsi pengendalian intern perusahaan.
2.1.2 Syarat-syarat Akuntansi Pertanggungjawaban
Selain struktur organisasi yang jelas ada beberapa hal lain yang diperlukan dalam merancang sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Menurut Wilson (1983, hal. 138):
- The organization structure must be clearly defined, and responsibility delegated so that each person knows his role.
- The extent and limits of functional control must be determined.
- The responsible individuals should be fully involved in preparing plans if they are to held responsible for results.
- Responsible individuals must be serviced with regular performance report.
- Means must be established to enable plans to revised in line with actual performance in such as way that responsible individuals are involved.
- Every item should be the responsibility of some individuals within the organization.
Dari syarat- syarat diatas suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban diatas dapat diambil kesimpulan bahwa struktur organisasi diperlukan dalam akuntansi pertanggungjawaban dalam konteks struktur organisasi yang memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai tanggungjawab yang didelegasikan pada masing-masing bagian. Tiap-tiap individu yang ada dalam struktur organisasi harus mampu dan mau bertanggungjawab atas pekerjaannya masing-masing.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban memerlukan struktur roganisasi yang jelas sehingga terdapat pembatasan wewenang yang nantinya akan mengacu pada pertanggungajawaban dari masing-masing bagian kerja. Pertanggungjawaban ini akan dilaporkan melalui laporan pertanggungjawaban dan akan dinilai guna penentuan prestasi manajer bagian yang bersangkutan.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban membutuhkan kejelasan dalam pembagian tugas dan wewenang yang terdapat dalam setiap pusat pertanggungjawaban, yang biasanya tercermin dalam struktur organisasi yang baik. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban juga berarti setiap pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada telah mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh manajer yang bersangkutan. Manager ini bertanggung jawab terhadap prestasi bagian yang dipimpinnya sebatas pada pendapatan, biaya dan investasi bagian tersebut. Selain itu seorang manajer pada perusahaan yang telah menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban juga dilibatkan dalam penentuan tujuan yang akan dicapai, yang pada akhirnya nanti dijadikan sebagai alat untuk pengukuran prestasinya.
2.1.3 Karakter – Karakter Akuntansi Pertanggungjawaban
Sistem akuntansi pertanggungjawaban pada dasarnya bermuara pada pengukuran prestasi para manajer masing-masing bagian. Untuk itu sistem akuntansi pertanggungjawaban harus mampu menjawab pertanyaan mengenai seberapa baik prestasi manajer bagian “X” dalam tahun ini. Berdasarkan pendapat Most dan Lewiss (1992, hal. 226) ada beberapa karakter dari suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban, yaitu :
- Image of organization
- Controllibility of cost and performances
- Timeliness of report
- Responsibility is a system.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban menampilkan perusahaan secara keseluruhan, yang maksudnya akuntansi pertanggungjawaban melibatkan semua level dari manajemen mulai dari manajemen puncak sampai ke level paling bawah yaitu para karyawan. Hal ini bukan berarti akuntansi pertanggungjawaban akan mengukur prestasi masing-masing para karyawan. Selain membutuhkan waktu yang tidak sedikit hal tersebut tentunya boleh dikatakan mustahil dilakukan karena artinya perusahaan harus mengukur prestasi ratusan, ribuan bahkan mungkin puluhan ribu karyawan. Di sini yang dimaksud dengan pengukuran prestasi sampai ke level terendah adalah mengukur prestasi para karyawan yang tercermin pada pengukuran prestasi manajer yang bertanggung jawab pada masing-masing bagian. Prestasi manajer masing-masing bagian dianggap dapat merefleksikan prestasi para karyawan yang berada dalam tanggung jawab dan kendalinya.
Laporan pengukuran dalam akuntansi pertanggungjawaban harus terdiri dari faktor-faktor dimana manajer memiliki kendali terhadapnya. Yang artinya manajer mampu melakukan hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil yang dilaporkan. Kinerja dari masing-masing bagian harus bebas dari pengaruh manajer jika harus dilaporkan
Laporan pertanggungjawaban memiliki ukuran waktu yang jelas, apakah itu harian, mingguan atau berdasarkan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal yang terpenting adalah adanya jadwal pelaporan mengenai pekerjaan masing-masing bagian yang harus dipertanggungjawabkan pada waktu yang ditentukan. Manajer pusat pertanggungjawaban pada waktu yang ditentukan. Manajer pusat pertanggungjawaban harus menerima laporan pertanggungjawaban dari bagiannya tepat waktu untuk nantinya dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Bentuk dari laporan pertanggungjawaban haruslah disajikan secara fleksibel sehingga pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan tersebut dapat menggunakannya untuk keperluannya masing-masing. Bentuk laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh masing-masing bagian dalam perusahaan tidak memiliki suatu standar yang baku dan kaku sehingga mengakibatkan kesulitan pemanfaatannya oleh pihak-pihak dalam perusahaan atau pihak manajemen.
Setiap manajer akan menerima laporan yang merupakan bagian dari keseluruhan biaya dan kinerja yang terdapat dalam perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang mengacu pada keterlibatan pihak manajemen dari level paling rendah sampai ke level tertinggi dari manajemen.
2.1.4 Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Bagian-bagian dari perusahaan dimana terdapat seorang manajer yang bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas masing-masing karyawannya dalam kaitannya dengan akuntansi pertanggungjawaban dikenal dengan nama pusat-pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan wujud dari penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang membagi tanggung jawab didalam perusahaan.
Menurut pendapat Horngren(1994, hal. 533) pusat pertanggungjawaban merupakan :
“Pusat pertanggungjawaban : satu bagian, segmen atau sub unit dari suatu organisasi dalam mana manajer bertanggung jawab untuk seperangkat aktivitas yang ditentukan”.
Polimeni (1993, hal. 385) mengemukakan pendapat senada mengenai pengertian dari pusat pertanggungjawaban :
“Pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit dimana manajemennya mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil keputusan yang berkenaan dengan unit tersebut”.
Dari kedua pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit dimana terdapat seorang manajer yang memiliki tanggung jawab serta wewenang penuh untuk membuat semua keputusan yang berhubungan dengan unit tersebut dengan maksud agar semua tujuan yang telah ditetapkan dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
Pusat pertanggungjawaban secara keseluruhan membentuk hirarkis dalam organisasi. Pada tingkatan terendah bentuk dari pusat pertanggungjawaban adalah seksi-seksi dan unit kerja lainnya. Sedangkan yang lebih tinggi dapat dalam bentuk departemen-departemen maupun divisi-divisi yang merupakan kumpulan dari beberapa unit-unit kerja yang lebih rendah.
Penakanan pusat pertanggungjawaban adalah biaya, pendapatan dan aktiva yang dikendalikan oleh seorang manajer pada suatu unit organisasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan hubungan antara seorang manajer dengan wewenang serta tanggung jawabnya.
Dibawah ini akan dibahas beberapa pendapat para ahli mengenai pusat-pusat pertanggungjawaban. Terdapat perbedaan dalam pendapat para ahli mengenai pembagian pusat-pusat pertanggungjawaban, ada yang hanya membaginya membagi tiga dan ada pula yang berpendapat bahwa pusat pertanggungjawaban terdiri atas empat bagian.
Pendapat dari Polimeni (1993, hal. 378) menyatakan bahwa pusat pertanggung jawaban terdiri atas tiga bagian :
- Pusat biaya
- Pusat laba
- Pusat investasi
Sedangkan menurut pendapat Horngren (1994, hal. 533), pusat pertanggungjawaban juga dapat digolongkan menjadi empat bagian, namun dengan sedikit perbedaan :
- Pusat biaya
- Pusat pendapatan
- Pusat laba
- Pusat investasi
Walaupun terdapat perbedaan mengenai jumlah pusat-pusat pertanggung jawaban namun jika dilihat lebih seksama sebenarnya dapat diambil kesimpulan bahwa pendapat-pendapat tersebut relatif hampir sama. Dalam hal ini boleh dikatakan secara umum pusat-pusat pertanggungjawaban dapat dibedakan menjadi empat bagian, dengan uraian sebagai berikut :
1. Pusat Biaya
Menurut pendapat Mulyadi (2001, hal. 427) pusat biaya memiliki pengertian sebagai berikut :
“Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya)”
Pusat biaya merupakan bagian dari organisasi yang ditugaskan atau dipercayakan dalam melakukan pengendalian hanya terdahadap biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan atau aktifitas perusahaan. Yang menjadi tanggung jawab manajer pusat biaya adalah bagaimana supaya biaya-biaya yang berada dalam wewenangnya digunakan secara efektif dan efisien.
Dalam menentukan kinerja manajer pusat biaya dapat disimpulkan bahwa efektif tidaknya suatu pusat biaya tergantung pada kemampuan manajernya dalam hal pencapaian tujuan non finansial. Sebagai contohnya kualitas produk, kesesuaian antara jadwal dan pelaksanaan operasi atau juga pada pembinaan mental karyawan yang baik. Sedangkan investasi suatu pusat biaya yang lebih ditonjolkan adalah perbandingan antara anggaran biaya dan realisasinya. Peranan, wewenang, dan tanggung jawab manajer akan diperhatikan dari kedua aspek tersebut diatas. Pusat biaya ini lebih dikenal dalam perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan juga perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang.
Terjadinya biaya dalam pusat biaya ini tidak selalu sebagai akibat dari keputusan yang diambil oleh manajer pusat biaya. Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam pusat biaya dapat dikendalikan oleh manajer, maka dalam pengumpulan dan pelaporan biaya harus dipisahkan antara biaya-biaya yang terkendalikan dengan yang tidak terkendalikan. Hanya biaya-biaya terkendalikan saja yang dilaporkan dan dimintakan pertanggungjawaban dari padanya.
Pengertian dari biaya terkendali itu sendiri dapat disimpulkan sebagai biaya yang timbul dari sebuah pusat pertanggungjawaban yang dipengaruhi secara signifikan oleh manajernya selama waktu tertentu. Hal ini dijelaskan oleh Polimeni (1993, hal. 383) :
“Biaya-biaya terkendali adalah biaya-biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh manajer unit dalam suatu periode tertentu”
Kesimpulan mengenai biaya dapat dipertegas dengan memperhatikan lagi pendapat dari ahli lain yaitu Horgren (1994, hal. 535) :
“Biaya yang terkendali adalah setiap biaya yang pada pokoknya menjadi subjek pengaruh dari manajer tertentu dari pusat pertanggungjawaban tertentu untuk rentang waktu tertentu”
Proses pemisahan antara biaya terkendali dan biaya tak terkendali yang tidak dilakukan secara tepat akan dapat menyesatkan penilaian prestasi terhadap seorang manajer. Jika biaya tersebut mengharuskan adanya pelaporan pertanggungjawaban pada pihak manajer artinya biaya itu berada dalam kendali manajer. Keputusan manajer pusat biayalah yang mempengaruhi biaya yang terjadi dalam pusat biaya, yang berarti pusat pertanggungjawaban melaporkan biaya-biaya yang terjadi berdasarkan periode waktu yang ditentukan. Adanya pendelegasian wewenang terhadap manajer pusat pertanggungjawaban juga ikut menentukan dikendalikan atau tidaknya suatu biaya. Sebagai contoh, jika seseorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemerolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut. Seorang manajer jelas dapat mempengaruhi jumlah suatu biaya jika ia memiliki wewenang dalam memperoleh dan menggunakan jasa.
Walaupun suatu biaya telah digolongkan pada biaya tak terkendali terdapat kemungkinan berubah menjadi biaya yang terkendali. Hal tersebut mungkin dilakukan dengan melalui dua cara, yaitu :
- Merubah dasar pembebanan biaya, dari dasar alokasi menjadi langsung.
- Mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan.
Penetapan biaya terkendali dan biaya tak terkendali yang tepat berpengaruh pada penilaian prestasi manajer yang pada akhirnya nanti akan dapat memacu motivasi para manajer dalam berprestasi semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan pribadi dan tujuan perusahaan. Dalam prakteknya nanti adanya biaya terkendali dan biaya tidak terkendali ini digambarkan melalui adanya klasifikasi pengkodean dari semua biaya yang ada dalam perusahaan.
Jenis biaya tersebut didasarkan atas variabilitas biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dan wewenang manajer pusat biaya dapat dibedakan seperti yang diterangkan oleh Mulyadi(2001, hal. 171) :
Gambar 2.1
Hubungan Biaya dengan Variabilitas Biaya dan Wewenang
Sumber : Konsep, Manfaat & Rekayasa. Mulyadi. 2001
Engineered variable cost tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh manajer pusat pertanggungjawaban, karena jenis biaya ini sangat ditentukan oleh teknologi. Committed fixed cost merupakan contoh lain biaya yang dalam jangka pendek tidak dapat dipengaruhi secara penuh oleh manajer pusat pertanggungjawaban. Committed fixed cost adalah biaya tetap yang timbul dari pemilikan pabrik, ekuipmen, dan organisasi pokok. Biaya ini tetap dikeluarkan guna mempertahankan kemapuan perusahaan dalam memenuhi tujuan-tujuan jangka panjang. Contoh Committed fixed cost adalah biaya depresiasi, pajak bumi dan bangunan, biaya asuransi, sewa dan gaji karyawan.
Sedangkan pusat biaya dapat dibedakan atas dua jenis jika ditinjau dari hubungan antara masukan dan keluaran sebagaimana yang diterangkan oleh Anthony dan Govindarajan (1998, hal. 477) :
a. Discretionary Expense Center
Merupakan pusat biaya dimana jumlah biaya yang diukur tergantung pada kebijakan manajemen yang didasarkan atas ketentuan yang ditetapkan. Pusat pertanggungjawaban ini muncul karena adanya unit yang outputnya tidak dapat diukur sebagai akibat dari hubungan antara input dan output tidak nyata. Karakter dari pusat pertanggungjawaban ini adalah outputnya tidak dapat diukur dengan satuan moneter. Efisiensi pusat biaya jenis ini tidak dapat ditentukan dengan jalan membandingkan biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terjadi karena nilai output yang dihasilkan tidak dapat ditentukan.
Pusat biaya ini melibatkan bidang administrasi dan unit-unit yang mendukung, misalnya hubungan dengan bagian akuntansi dan hubungan dengan pihak-pihak industri lainnya.
b. Engineered Expense Center
Karakteristik dari pusat pertanggungjawaban yang dikenal juga dengan sebutan “standard cost center” adalah inputnya dapat diukur dengan satuan moneter, output yang dihasilkan dapat diukur dalam bentuk wujud fisiknya dan jumlah input yang digunakan dalam menghasilkan output dapat dihitung.
Dari karakateristik diatas dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjabawan ini dalam mengukur kinerja manajernya telah menggunakan ukuran efektifitas dan efisiensi. Sedangkan yang menjadi dasar pengukuran kinerja atau prestasi dari manajer pusat biaya ini adalah biaya standar. Jika biaya yang terjadi lebih besar dari biaya standar maka terdapat penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable) yang berarti prestasi manajernya kurang baik. Sebaliknya jika terdapat penyimpangan yang menguntungkan (favorable) dimana biaya yang terjadi lebih kecil dari biaya yang dianggarkan maka manajer dinilai memiliki prestasi yang patut dipuji.
2. Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan merupakan salah satu bagian dari perusahaan dimana wewenang dan tanggung jawab manajernya terbatas pada penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk menilai prestasi manajer pusat pendapatan maka yang dinilai adalah pendapatan yang dihasilkannya dibandingkan dengan anggaran pendapat yang telah ditetapkan.
3. Pusat Laba
Pusat pertanggungjawaban jenis ini seringkali dikaitkan dengan desentralisasi. Hal ini disebabkan karena pusat laba dianggap sebagai penerapan dari akuntansi pertanggungjawaban yang mengarah pada desentralisasi murni. Pengukuran prestasi manajernya dapat dengan mudah ditentukan dari laba yang diperoleh perusahaan pada tahun yang bersangkutan sehingga terkesan penerapan desentralisasi mutlak diperlukan.
Pengertian dari pusat laba itu sendiri dapat tercermin melalui pendapat Polimeni (1993, hal. 379) :
“Pusat laba merupakan bagian perusahaan yang memperoleh pendelegasian wewenang atau pengendalian baik atas perolehan pendapatan maupun pengeluaran biaya”.
Pusat laba merupakan bagian dari perusahaan, dimana manajernya bertanggung jawab terhadap laba yang dihasilkan perusahaan atau dengan kata lain yang berhubungan dengan biaya yang terjadi dan pendapatan yang diperoleh.
Apabila perusahaan menjadikan salah satu fungsi didalamnya sebagai pusat laba maka akan terlihat adanya keuntungan-keuntungan seperti dibawah ini dikemukakan oleh Anthony (1992, hal. 257) :
- Kecepatan dalam pengambilan keputusan operasi akan dapat ditingkatkan karena banyak keputusan usaha kita sampaikan terlebih dahulu pada pihak atasan untuk mendapatkan pertimbangannya.
- Kualitas dari kebanyakan keputusan dapat lebih ditingkatkan lagi karena keputusan-keputusan tersebut langsung dibuat pihak-pihak yang lebih dikenal dengan situasi dari kondisi lingkungan.
- Pihak manajer dikantor pusat akan terbebas dari tugas pengambilan keputusan sehari-hari dan oleh karenanya dapat lebih mengkonsentrasikan kegiatan mereka untuk aktivitas-aktivitas yang lebih tinggi.
- Kesadaran adalah laba (provit consciousness) akan dapat ditingkatkan.
- Aspek pengukuran prestasi kerja lebih diperluas.
- Manajer-manajer lini yang tidak terlampau dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang terlampau ketat dari pihak atasannya akan dapat lebih bebas unutk menggunakan inisiatif maupun imajinasinya.
- Divisi dalam hal ini dapat menjadi suatu arena pelatihan yang istimewa oleh para manajer dilatih untuk mengelola seluruh kegiatan fungsional.
- Apabila perusahaan tersebut menerapkan strategi diversifikasi usaha, maka sistem divisionalisasi ini akan dapat digunakan untuk pengkhususan bakat dan pengalaman dari berbagai situasi.
- Divisionalisasi akan dapat dipakai oleh pihak manajemen puncak untuk mengetahui inti yang menyeluruh tentang komposisi komponen laba dari perusahaan secara keseluruhan.
4. Pusat Investasi
Pusat pertanggungjawaban jenis terakhir ini merupakan pengaplikasian dari sistem akuntansi pertanggungjawaban dimana wewenang dan tanggung jawab dari manajer meliputi investasi yang dilakukan oleh perusahaan dikaitkan dengan laba yang dihasilkan dari investasi tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pendapat Polimeni (1993, hal. 385) mengenai defenisi pusat investasi :
“Suatu unit dimana pelaksanaan kerja diukur berdasarkan pendapatan biaya dan investasi dalam aktiva yang dianggarkan dan menejernya bertanggungjawab atas ketiga unsur tersebut diatas”
Penentuan prestasi seorang manajer pusat investasi jelas ditentukan oleh kemampuannya dalam menyeimbangkan laba yang dihasilkan dengan investasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Sesuai tidaknya laba dan investasi yang telah dianggarkan dengan yang terjadi di lapanganlah yang akan menentukan apakah seorang manajer memiliki kualitas yang baik ataupun sebaliknya.
Dalam pengukuran pusat investasi dapat digunakan dua macam cara, yaitu menggunakan ROI dan RI. ROI (Return on Investment) merupakan pengukuran pusat investasi dengan cara menentukan rasio laba yang telah ditetapkan dengan investasinya. Sedangkan cara kedua yaitu dengan menggunakan RI (Residual Income) adalah dengan menghitung selisih antara laba dikurangi biaya modal yang diperhitungkan atas investasi.
2.2 Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
2.2.1 Defenisi Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
Sebelum membahas tentang defenisi informasi akuntansi pertanggungjawaban akan dijelaskan pengertian masing-masing variabel yang terkait. Informasi sebagai kata kunci dalam hal ini dapat dijabarkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Bodnard (1986, hal 6) :
“Information is useful to wide variety of to assist in the planning and control activities of to organization”.
Informasi merupakan data-data yang berasal dari berbagai sumber yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk membantu dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian perusahaan.
Sedangkan pendapat dari Burch (1986, hal 3) mengenai informasi adalah :
“Information is data that have been put into a meaningful and useful context and communicated to a repicient who use it to make decisions”
Yang disebut dengan informasi menurut ahli ini adalah data yang telah digunakan dan memiliki andil yang cukup serta telah dikomunikasikan pada penggunaannya dalam rangka membuat berbagai keputusan.
Pengertian atau defenisi informasi dari kedua pendapat ahli diatas kiranya dapat disimpulkan bahwasanya informasi merupakan segala sesuatu yang berupa data, pengamatan, persepsi atau hal-hal lain yang dapat digunakan untuk membantu penggunanya dalam membuat berbagai keputusan. Informasi yang dijelaskan diatas secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : informasi kuantitatif dan informasi kualitatif. Informasi kualitatif adalah informasi yang menyediakan data-data yang sifatnya non moneter, dengan kata lain tidak memakai satuan uang sebagai dasar perhitungannya. Informasi jenis kedua, yaitu informasi kuantitatif, sebaliknya merupakan informasi yang memiliki dasar pengukuran yang jelas, yaitu satuan uang.
Informasi kuantitatif yang lebih dikenal dengan sebutan informasi akuntansi memiliki berbagai aspek yang dapat dijelaskan satu demi satu. Terlabih dahulu akan dibahas mengenai pengertian informasi akuntansi.
Informasi akuntansi merupakan data yang menjadi lebih berarti dan lebih bernilai setelah melalui proses, yang menjadikan data-data tersebut bermanfaat bagi pihak yang menggunakannya. Informasi akuntansi dapat dikelompokkan mnejadi tiga bagian, yaitu : informasi operasi, informasi akuntansi kuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi operasi merupakan informasi akuntansi yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Informasi ini digunakan untuk mengolah kedua jenis informasi akuntansi lainnya, yaitu informasi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Contoh dari informasi operasi dalam suatu perusahaan adalah :
- Informasi mengenai bahan baku yang digunakan (jenis dan kuantitasnya).
- Informasi mengenai jumlah persediaan barang jadi dalam gudang.
- Informasi mengenai jumlah produksi pada waktu tertentu.
Informasi akuntansi jenis berikutnya adalah informasi akuntansi keuangan. Hasil dari informasi akuntansi keuangan biasanya lebih ditujukan bagi pihak-pihak eksternal atau yang berada di luar perusahaan. Para pengguna informasi akuntansi keuangan ini memanfaatkan informasi tersebut untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan mengenai hubuangannya dengan perusahaan. Sebagai ilustrasi, para investor menggunakan informasi akuntansi keuangan (dalam hal ini melalui laporan keuangan) untuk melihat apakah mereka dapat mempercayakan dananya pada perusahaan atau tidak. Pihak-pihak lainpun menggunakan informasi akuntansi keuangan dengan tujuan yang berbeda satu sama lain, misalnya : bank, pemegang saham, pemerintah, dll.
Informasi akuntansi manajemen merupakan informasi akuntansi yang akan lebih difokuskan dalam pembahasan ini. Informasi ini berhubungan erat dengan dua fungsi pokok dalam manajemennya, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian. Informasi yang termasuk informasi akuntansi manajemen misalnya: laporan mengenai anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi berbagai pusat-pusat pertanggungjawaban dan lain-lain.
Informasi akuntansi manajemen dapat meliputi dua jenis informasi, yaitu : informasi yang menyangkut masa lalu dan informasi tentang masa depan. Dari kedua jenis informasi ini nantinya akan didapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu dikenal dengan sebutan penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi dapat berupa penyimpangan yang menguntungkan (favorable) dan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable). Dalam informasi akuntansi manajemen hal-hal ini akan ditelusuri dengan lebih terarah. Penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan operasi (menguntungkan atau tidak menguntungkan) akan dilihat penyebab. Apabila ditemukan penyebab dari penyimpangan tersebut maka selanjutnya akan dicarikan jalan agar penyimpangan yang terjadi hanya yang bersifat menguntungkan (favorable) saja.
Informasi akuntansi manajemen dapat dihubungkan dengan tiga aspek penting, yaitu dengan objek informasi, alternatif yang dipilih dan wewenang manajer. Masing-masing aspek ini menjadikan informasi akuntansi manajemen dapat dipilah-pilah berdasarkan aspek tersebut. Aspek objek informasi akan melahirkan informasi akuntansi penuh, yang merupakan informasi mengenai seluruh aktiva dan pendapatan yang diperoleh dan atau seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi.
Sedangkan informasi akuntansi differensial lahir dari adanya aspek alternatif yang dipilih. Informasi akuntansi diferensial yang berhubungan dengan alternatif yang dipilih oleh manajemen dalam mengambil keputusan, merupakan informasi akuntansi yang akan membantu pihak manajemen dalam menentukan keputusan terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia. Apakah perusahaan akan membeli, menyewa atau membuat sendiri suatu peralatan dapat dijadikan sebagai salah satu contoh dari informasi akuntansi diferensial. Keputusan yang menjadi hasil dari informasi akuntansi diferensial dapat dijadikan sebagai alat yang akan mengurangi ketidakpastian yang muncul akibat terdapatnya berbagai alternatif.
Informasi akuntansi manajemen yang ketiga ini adalah informasi akuntansi pertanggung jawaban yang lahir dari aspek wewenang manajer. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang berkaitan dengan wewenang manajer atas biaya, pendapatan dan aktiva perusahaan. Para manajer pusat-pusat pertanggungjawaban memiliki wewenang penuh terhadap biaya, pendapatan dan aktiva yang ada dalam masing-masing pusat prtanggungjawaban yang dipimpinnya. Manajerlah yang membuat keputusan berkaitan dengan biaya, pendapatan dan aktiva. Hal ini menjadikan manajer sebagai orang yang bertanggung jawab atas prestasi pusat pertanggungjawaban yang dibawahinya. Wewenang didelegasikan dari manajer atas ke manajer di bawahnya dan pendelegasian ini menuntut manajer bawah mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang kepada manajer atasannya.
Dengan demikian, tanggung jawab timbul sebagai akibat adanya pendelegasian wewenang dari satu tingkat manajemen yang lebih tinggi ke tingkat manajemen yang lebih rendah. Untuk dapat dimintai pertanggungjawaban, manajer tingkat yang lebih rendah harus mengetahui dengan jelas wewenang apa yang didelegasikan kepadanya oleh atasannya. Dengan demikian, wewenang mengalir dari tingkat manajemen atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab mengalir sebaliknya. Oleh karena itu, timbul kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi untuk menilai pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang. Informasi akuntansi yang bersangkutan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang disebut dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban.
2.2.2 Jenis-Jenis Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan perwujudan dari tanggung jawab manajer terhadap pusat-pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi pertanggungjawaban dapat dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu dalam bentuk anggaran dan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban. Untuk lebih jelasnya jenis informasi akuntansi pertanggungjawaban akan diuraikan lebih lanjut.
1. Anggaran
Menurut pendapat Hongren dan Harrison(1993, hal. 888) anggaran adalah sebagai berikut :
“Suatu pernyataan kuantitatif tentang rencana tindakan dan alat bantu untuk koordinasi dan implementasi”.
Pendapat lain dari Munandar (1994, hal. 1) mengenai pengertian dari anggaran dijelaskan :
“Anggaran : Suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”
Dari kedua defenisi anggaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran merupakan serangkaian rencana yang dinyatakan dalam satuan uang. Rencana-rencana tersebut digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan dan ditujukan untuk kepentingan masa yang akan datang.
a. Tujuan dan Manfaat Anggaran
Menurut Horngren dan Horrison (1993, hal. 888), kegunaan anggaran :
- Memberikan arah, sistem anggaran agar memaksa manager untuk menetapkan tujuan masa depan yang realistis.
- Memberikan motivasi pada pegawai, anggaran adalah memberi motivasi pada pegawai perusahaan di semua tingkat untuk mencapai tujuan perusahaan.
- Mengkoordinasikan aktivitas, anggaran adalah mengkoordinir semua aktivitas perusahaan.
- Membantu dalam melakukan evaluasi pelaksanaan, suatu sistem anggaran membantu perusahaan dalam melakukan evaluasi apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah dicapai atau belum, dengan melakukan perbandingan antara jumlah biaya penerimaan yang dianggarkan dengan yang dicapai.
Berdasarkan pendapat diatas anggaran memiliki peranan untuk mengkoordinasi semua aktivitas yang berada dalam lingkup operasi perusahaan. Anggaran juga akan dapat membantu para manajer dalam mencapai tujuan perusahaan. Manfaat lainnya adalah tercapainya suatu pemahaman tentang bagaimana prestasi dapat diukur dengan sebaik mungkin.
Untuk lebih memahami manfaat dari anggaran ada baiknya diperhatikan pendapat dari Munandar (1994, hal. 10) yaitu :
- Sebagai pedoman kerja
- Sebagai alat pengkoordinasian kerja
- Sebagai alat pengawasan kerja
Sebagai alat perencanaan dan pengendalian, menurut Utama (1990, hal 9) anggaran memiliki peranan sebagai berikut :
- Menyadari kemungkinan masa datang dalam kondisi normal, sehingga kebanyakan asumsi yang mendasar dapat diidentifikasikan.
- Mengkomunikasikan atau memperkenalkan sasaran dan metode yang dipilih oleh manajemen puncak, sehingga semua manajer mengerti dan mendukung anggaran tersebut.
- Mengkoordinasi semua faktor produksi sehingga bawahan dapat mencapai sasaran umum.
- Menetapkan harapan sebagai suatu kerangka dasar penilaian hasil kerja sehingga para pekerja mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan termotivasi untuk mencapai sasaran anggaran serta menilai prestasinya berdasarkan kriteria anggaran.
b. Keterbatasan Anggaran
Dari sekian banyak manfaat dari anggaran yang telah diuraikan diatas ternyata tetap dapat ditemui adanya keterbatasan-keterbatasannya, khususnya jika dihubungkan dengan fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut diantaranya menurut Utama (1990, hal. 9) :
- Anggaran merupakan estimasi dari sebuah rencana kegiatan yang dituangkan dalam bentuk angka-angka sehingga ada kalanya estimasi yang dilakukan tergantung pada kemampuan dari orang yang melakukan estimasi (estimator)
- Anggaran ada kalanya tidak sesuai lagi dengan perubahan-perubahan kondisi yang ada sehingga harus dilakukan penyesuaian terhadap anggaran tersebut.
- Anggaran tidak selalu dapat dijadikan sebagai jaminan dalam pencapaian tujuan perusahaan.
- Anggaran tidak dapat menggantikan fungsi langsung alat bantu dari manajemen sehingga peran manajemen masih sangat diperlukan.
c. Penyusunan Anggaran
Sebelum membahas tentang pendekatan dan proses yang dilakukan dalam menyusun suatu anggaran ada baiknya diperhatikan syarat-syarat tertentu suatu anggaran yang baik. Berdasarkan pendapat dari Utama (1990, hal. 9) ada tiga syarat agar anggaran dapat dikatakan baik, yaitu :
- Ada koordinasi
- Ada komunikasi
- Waktu yang tepat
- Kemampuan estimasi yang baik
Agar anggaran dapat dikatakan baik maka penyusunan anggaran tersebut harus dilakukan sebaik mungkin. Penyusunan anggaran memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut, seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001, hal. 494) :
- Penetapan sasaran oleh manajer atas.
- Pengajuan usulan aktivitas dan taksiran sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut oleh manajer bawah.
- Review oleh manajer atas terhadap usulan anggaran yang diajukan oleh manajer bawah.
- Persetujuan oleh manajer atas terhadap usulan anggaran yang diajukan oleh manajer bawah.
Terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran, diantaranya komite anggaran, departemen anggaran dan para manajer pusat pertanggungjawaban. Komite anggaran bertugas untuk mengkoordinasikan berbagai usaha anggaran dari masing-masing pusat pertanggungjawaban. Komite anggaran ini hanya berbentuk pada saat penyusunan anggaran dan setelah anggaran selesai disusun maka komite anggaran tidak berfungsi lagi. Komite anggaran terdiri dari direktur utama, direktur pemasaran, direktur keuangan dan administrasi dan manajer departemen keuangan.
Dalam penyusunan anggaran setiap manajer pusat pertanggungjawaban harus diberi peran aktif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan jalan memberikan wewenang untuk menyusun anggaran dan program kerja dari pusat pertanggungjawaban yang dibawahinya.
Tahapan awal dari proses penyusunan anggaran setelah dibentuk komite anggaran adalah mempresentasikan usulan anggaran dan program kerja didalam rapat anggaran. Setelah itu dilakukan analisa dan kompilasi terhadap usulan-usulan tersebut dan dilakukan revisi pada bagian yang memerlukan perbaikan. Anggaran yang telah direvisi diberikan pada manajer setelah terlebih dahulu melalui proses pengesahan. Anggaran yang telah disahkan ini nantinya akan dijadikan acuan bagi para manajer pusat pertanggungjawaban dalam melakukan aktivitas departemennya.
d. Jenis-Jenis Anggaran
Anggaran dapat dibedakan menurut sifat, fleksibelitas, ruang lingkup penyusunan dan jangka waktunya.
1. Berdasarkan sifatnya anggaran dibedakan atas :
a) Appropriation Budget :
Merupakan anggaran yang menyatakan batas jumlah maksimum pengeluaran yang diizinkan untuk kegiatan tertentu yang telah ditetapkan, biasanya digunakan oleh pemerintah.
b) Performance Budget :
Merupakan anggaran yang disusun berdasarkan fungsi, aktifitas dan hasil yang dicapai. Biasanya diterapkan pada kegiatan-kegiatan yang diukur prestasinya.
2. Berdasarkan fleksibelitasnya anggaran dibedakan atas :
a) Fleksible Budget
Merupakan anggaran yang disusun berdasarkan tingkat volume kegiatan suatu bagian.
b) Fixed Budget
Merupakan anggaran yang disusun untuk periode tertentu mengenai pendapatan, biaya dan laba, tidak tergantung pada besarnya volume kegiatan.
3. Berdasarkan ruang lingkup penyusunan anggaran dibedakan atas :
a) Comprehensive Budget (Master Budget)
Merupakan anggaran yang meliputi fungsi-fungsi dan tingkat manajemen perusahaan.
Dikelompokkan menjadi :
1) Subtantive plan, merupakan perencanaan yang mencerminkan materi-materi yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka pendek maupun panjang.
2) Financial plan, merupakan penjabaran dari rencana yang ada menjadi sebuah anggaran yang memiliki nilai finansial.
b) Partial Budget
Merupakan anggaran yang disusun untuk satu unit kerja saja.
4. Berdasarkan jangka waktu, anggaran dibedakan atas :
a) Strategic Budget
Merupakan anggaran yang disusun untuk jangka panjang (lebih dari satu tahun).
b) Tactical Budget
Merupakan anggaran yang disusun untuk jangka pendek (kurang dari satu tahun)
Dikelompokkan menjadi :
1) Operasional Budget, merupakan rencana dari semua kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuannya dalam mendapatkan laba, yang terdiri dari anggaran proyeksi laba/rugi dan anggaran pembantu proyeksi laba/rugi.
2) Financial Budget, merupakan anggaran yang disusun sebagai akibat terjadinya perubahan kekayaan, hutang, serta piutang perusahaan. Biasanya terdiri dari anggaran proyeksi neraca dan anggaran pembantu proyeksi rencana.
2. Laporan Pertanggungjawaban
Hasil dari informasi akuntansi yang berikutnya adalah laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban merupakan perwujudan tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban terhadap anggaran yang telah ditentukan. Prestasi seorang manajer pusat pertanggungjawaban akan dinilai dengan jalan membandingkan anggaran yang telah ditetapkan untuk pusat pertanggungjawabannya dengan laporan pertanggungjawaban yang dibuat.
a. Tujuan Laporan Pertanggungjawaban
Berdasarkan pendapat dari Usry dan Milton (1992, hal. 271) terdapat beberapa tujuan dari laporan pertanggungjawaban, yaitu :
- Memberi informasi kepada manajer dan pengawas mengenai pelaksanaan kerja.
- Mendorong para manajer dan pengawas untuk mengambil tindakan langsung yang diperlukan guna memperbaiki perlaksanaan kerja.
Agar tujuan laporan pertanggungjawaban efektif ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
- The responsibility concept should be employed.
- The exception principle should be applied as much as possible.
- In general, figure should be coorporative.
- To the expert practical, data should be ancreasingly in summary form for each succesively higher level management.
- Report generally should be include interpretative comentary or to be self explanatory.
Perhatian utama yang ditekankan untuk dapat mencapai laporan pertanggungjawaban yang efektif adalah adanya konsep pertanggungjawaban yang jelas. Tanpa adanya batasan wewenang yang jelas antara masing-masing pusat pertanggungjawaban maka laporan yang akan disajikan akan menjadi sulit dibuat. Kemungkinan terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas sangat besar sehingga laporan yang dibuat menjadi berkurang realibilitasnya.
Sebuah laporan pertanggungjawaban yang efektif menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terjadi antara anggaran dengan realisasi yang sebenarnya terjadi. Penyimpangan yang ditimbulkan akan dianlisa lebih lanjut untuk kemudian dilaporkan pada manajemen diatasnya. Pelaporan yang dilakukan dipengaruhi oleh struktur organisasi perusahaan, semakin tinggi level manajemen yang dituju maka laporannya harus semakin ringkas.
b. Karakteristik Laporan Pertanggungjawaban
Menurut Dearden dan Bedford (1990, hal. 533) terdapat beberapa karakter dari laporan pertanggungjawaban :
- It identifies the varience of annual performance from the budget according to the factors that caused by them and organizational unit responsible.
- It include an annual forecast.
- It include an explanation of :
a. Reason for variance.
b. Action being taken to correct any unfavourable variance.
c. The time require for any correction action to be effective.
Dari karakter-karakter diatas dapat disimpulkan bahwa laporan pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai penyimpangan yang terjadi pada sebuah pusat pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban juga membuat penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan serta usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi penyimpangan tersebut pada masa yang akan datang, lengkap dengan waktu yang dibutuhkan.
Laporan pertanggungjawaban akan dilaporkan oleh masing-masing bagian dalam perusahaan berdasarkan pada wewenang dan tanggung jawabnya. Sistem pelaporan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu :
1. Sistem pelaporan yang didasarkan atas fungsi bisnis.
Berarti manajer yang ada bertanggung jawab dan memiliki wewenang terhadap masing-masing fungsi pokok dalam perusahaan, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi keuangan.
2. Sistem pelaporan yang didasarkan atas lini produk.
Tanggung jawab manajer sebatas pada produk yang dihasilkan. Perusahaan membagi tanggung jawab pada manajer berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Manajer produksi, pemasaran dan keuangan produk A akan mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada manajer produk A dan hal ini juga berlaku pada produk lain yang ada.
3. Sistem pelaporan yang didasarkan atas wilayah :
Tanggung jawab dan wewenang manajer dibatasi pada wilayah yang menjadi kendalinya.
2.2.3 Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya
Adanya informasi akuntansi pertanggungjawaban memberikan kontribusi positif terhadap perusahaan. Menurut pendapat Wilson(1983, hal. 138) ada beberapa keuntungan dari informasi akuntansi pertanggungjawaban :
- It help to create an atmosphere of cost consciousness throughout the organization.
- It tends to get cost control action quickly without delays resulting from the need for senior executive to receive a monthly report before decisions can be made.
- It help to give all levels of management a sence of team spirit with a common purpose.
Maksudnya adalah :
1. Informasi akuntansi pertanggungjawaban membantu manajer ke arah menciptakan suatu atmospir pentingnya biaya sepanjang seluruh organisasi.
2. Informasi akuntansi pertanggungjawaban cenderung untuk mendapatkan tindak pengendalian biaya yang dengan cepat dan dengan segera sebagai hasil kebutuhan akan eksekutif senior untuk menerima suatu laporan bulanan sebelum keputusan dapat dibuat.
3. Informasi akuntansi pertanggungjawaban membantu manajemen dalam memberi peran dan tanggungjawab kepada semua unit tingkatan manajemen dengan suatu tujuan umum.
Oleh karena penelitian informasi akuntansi pertanggungjawaban dilakukan pada pusat biaya saja, maka pembahasan hanya terdapat pusat biaya saja. Informasi akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya memungkinkan suatu lingkungan yang berorientasi pada anggaran yang direncanakan dan realisasi biaya yang dikeluarkan. Dengan adanya informasi akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya artinya manajer pusat biaya akan lebih berhati-hati terhadap kegiatan yang dilakukannya karena semua biaya yang dikeluarkan akan dipertanggungjawabkan dan nantinya akan dievaluasi dengan membandingkan dengan realisasi yang terlaksana. Hal tersebut ini nantinya yang akan menentukan prestasi dari manager pusat biaya. Manajer yang terlalu royal dalam melakukan kegiatan operasinya tanpa mendatangkan hasil yang sebanding atau tidak efisien melalui informasi akuntansi pertanggungjawaban akan terlihat dengan jelas.
Dengan penerapan informasi akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dalam perusahaan akan memacu para manajer pusat biaya dan karyawan untuk bekerja lebih cepat. Keputusan para eksekutif yang tergantung pada laporan yang diterima setiap bulannya memaksa para karyawan yang bekerja supaya dapat memberikan laporan secara tepat waktu. Jadi terdapat saling ketergantungan yang positif dari informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam hubungannya dengan pemberian laporan yang tepat, cepat dan akurat.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ini juga memberikan rasa kekeluargaan untuk dapat bekerja sama demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai target dan mewujudkan tujuan pusat biaya khususnya dan perusahaan umumnya, memerlukan kerja sama dan dukungan dari seluruh aspek lingkungan perusahaan. Dengan kata lain penerapan informasi akuntansi pertanggungjawaban dapat menciptakan suatu dorongan moril yang akan mengarahkan para karyawan untuk bekerja secara efektif dan efisien dengan anggapan dengan kerjasama yang baik maka tanggung jawab apapun dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
2.3 Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya Untuk Memotivasi Prestasi Manajer Pusat Biaya
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai informasi akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya untuk memotivasi prestasi manager pusat biaya, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu definisi dan pembahasan dari motivasi prestasi manajer.
Menurut pendapat Mulyadi (2001, hal. 177) :
“Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan bertujuan”.
Jadi, motivasi prestasi manajer adalah proses prakarsa yang dilakukan secara sadar dan bertujuan, diiringi dengan usaha dan keinginan yang keras untuk meningkatkan prestasi kerja. Dalam hal ini, pembahasan hanya ditekankan terhadap motivasi prestasi manajer pusat biaya. Motivasi prestasi sangat mempengaruhi perilaku dan tindakan manajer pusat biaya dalam pencapaian tujuan. Tujuan dan fungsi pusat biaya adalah penekanan terhadap penggunaan biaya atau nilai masukan yang seminimal mungkin dapat menghasilkan nilai keluaran yang maksimal, akan dapat dicapai jika manajemen perusahaan mengetaui cara memotivasi para karyawannya untuk melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin.
Manajer pusat biaya yang berkemampuan tinggi dan berbakat dalam bagian keuangan dan anggaran, tidak akan menghasilkan kinerja yang baik jika usahanya untuk berprestasi sangat rendah atau tidak menyadari perannya sebagai manajer keuangan dan anggaran selaku manajer pusat biaya. Oleh karena itu, untuk memungkinkan seorang manajer berprestasi tinggi diperlukan tiga faktor penunjang, yakni kemampuan dan bakat yang tinggi dalam bidangnya, usaha yang maksimal, dan persepsi yang jelas mengenai peran dan manajer tersebut dalam pencapaian tujuan.
Motivasi yang ditanamkan manajemen perusahaan hendaknya mempunyai dasar dan tujuan yang jelas agar dapat dipedomani dan dijiwai oleh masing-masing karyawan. Tidak hanya itu saja, setiap karyawan perusahaan juga harus menanamkan kesadaran akan tanggung jawab masing-masing individu maupun tanggung jawab per unit kerja.
Untuk lebih memahami aspek motivasi dalam perilaku individu, dibawah ini disajikan gambar model aspek motivasi dalam perilaku individu menurut Porter-Lawler :
Gambar 2.2
Model aspek motivasi dalam prilaku individu Porter-Lawler dan Peranan
Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban untuk Memotivasi Prestasi Manajer
Sumber : Konsep, Manfaat & Rekayasa, Mulyadi. 2001
Peranan informasi akuntansi pertanggungjawaban untuk memotivasi prestasi manajer pusat biaya dapat terlihat dalam anggaran dan realisasinya dalam laporan pertanggungjawaban biaya. Informasi akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai pengukur prestasi dan alat pengirim peran kepada manajer pusat biaya yang diberi peran dalam pencapaian sasaran perusahaan, sehingga proses penyusunan anggaran yang baik akan mengakibatkan setiap manajer menyadari perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, sehingga akan menimbulkan komitmen yang tinggi dalam diri manager untuk berprestasi sesuai yang tercantum dalam anggaran. Anggaran biaya yang dapat memotivasi manajer pusat biaya adalah anggaran yang disusun sesuai dengan tingkat kebutuhan perusahaan dan ditekan seoptimal mungkin tanpa harus mempengaruhi kualitas perusahaan. Motivasi manajer pusat biaya terlihat dalam aktivitas dan perilaku manajer agar bagaimana anggaran biaya tersebut dapat terealisasi dengan baik dengan penggunaan biaya secara efektif dan efisien. Realisasi biaya tersebut dituangkan dalam laporan pertanggungjawaban.
Disamping itu, motivasi untuk berusaha dipengaruhi oleh nilai penghargaan (kotak nomor 1) dan kemungkinan usaha akan diberi penghargaan (kotak nomor 2). Jika dalam struktur penghargaan (reward structure) perusahaan, informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian yang disignifikasikan, maka informasi akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ini akan berdampak terhadap motivasi manajer pusat biaya melalui dua jalur berikut ini :
1. Menimbulkan pengaruh langsung terhadap motivasi manajer dengan mempengaruhi kemungkinan usaha diberi penghargaan (kotak nomor 2). Jika struktur penghargaan sebagian didasarkan atas informasi akuntansi pertanggungjawaban, maka manajer akan berkeyakinan bahwa kinerjanya yang diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban (informasi masa lalu) akan diberi penghargaan yang sebagian besar didasarkan atas informasi akuntansi. Kemungkinan kinerja akan memperoleh penghargaan inilah yang memotivasi manajer untuk meningkatkan usaha.
2. Secara tidak langsung informasi akuntansi pertanggungjawaban berdampak terhadap motivasi melalui nilai penghargaan (kotak nomor 1). Informasi akuntansi pertanggungjawaban (berupa informasi masa lalu) digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Jika struktur penghargaan sebagian besar didasarkan atas informasi akuntansi, manajer akan memperoleh kepuasan (kotak nomor 9). Kepuasan manajer atas penghargaan yang diterimanya dipengaruhi oleh penilaian manajer atas kepantasan penghargaan tersebut. Tinggi rendahnya kepuasan manajer tergantung atas penghargaan yang diterimanya berdampak atas penghargaan yang diterimanya berdampak atas tinggi rendahnya nilai penghargaan (kotak nopmor 1). Faktor yang terakhir ini berdampak terhadap motivasi manajer untuk berusaha (kotak nomor 3).
Dari model aspek motivasi dalam perilaku individu menurut Peter-Lowler dapat disimpulkan bahwa penghargaan yang diberikan pihak perusahaan pada manajer dapat memotivasi prestasi manajer sehingga tujuan perusahaan akan dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N., dan Govindarajan, Vijai, 1998. Management Control System, Nine Edition, Ricard D Irwin Inc, USA.
Anthony, Robert N., John, Dearden., dan Norton M. Bedfor., 1993. Sistem Pengendalian Manajemen, Terjemahan Maulana, Agus, Jilit 1, Edisi ke-6. Binarupa Aksara, Jakarta.
Burch, John, 1986, Informasi System : Theory and Practice, Fourth Edition, John Wiley and Sons, Canada.
Bodnar, George H., 1986, Accounting Informasi System, John Wilwy and Sons Inc, New York.
Chasien, James A., 1996, Cost Accounting, Mc Graw Hill Book Company, USA.
Horgern dan Harrison, 1993, Akuntansi Biaya: Dengan Pendekatan Manajerial, Terjemahan Sulistianingtian, Endah, Edisi Indonesia ke-8, Salemba Empat. Jakarta
Horgern dan Harrison, 1993, Akuntasi, Terjemahan Dewo, Setio Anggoro, Thomas J. Sekokusumo, dan Utama Sidoharta, Edisi Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
Horngren, Charles T., dan Foster, George, 1991. Cos Accounting : A Managerial Empasis, Seventh Edition, Practic Hall Inc, USA.
Hilton, Ronald W., Managerial Accounting, 1991, International, Mc Graw Hill Inc, USA.
Munandar, M., 1994, Budgeting;Perencanaan kerja, pengkoordinasian kerja, Pengawasan kerja, BPFE, Yogyakarta.
Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi ketiga, STIE YKPN, Yogyakarta.
Most, Kenneth, dan Lewis, Ronald J., 1992, Cost Accounting. Grid Publishing Inc, USA.
Mazt, Adoloph dan Usry, Milton, 1992, Akuntansi Biaya : Perencanaan dan pengendalian, Terjemahan Wibowo, Hermand, Jilid 1, Edisi 8, Erlangga. Jakarta.
Polimeni, Ralp S., Frank J. Fabozzi, dan Arthur H., 1991, Akuntansi Biaya: Konsep dan Aplikasi untuk Pengambilan Keputusan Manajerial, Terjemahan
R.M.S. Wilson, 1983, Cost Control Handbook, Second Edition, Gower Publishing Inc, USA.
Stoner, James F., dan Edward R. Freeman, dan Daniel R. Gilbert Jr., 1996, Management, Terjemahan Sindoro, Alexander, Jilid 11, Edisi Bahasa Indonesia, PT. Prehallindo, Jakarta.
Utama, Irene Rahmawati, Suatu Pandangan Atas Pemeriksaan Budget, Majalah Akuntansi No. 9
Demikianlah Artikel Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban
Sekianlah artikel Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-akuntansi.html
Makalah Tentang Akuntansi Pertanggungjawaban