, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Makalah Tataniaga Ternak, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu bidang agribisnis yang berkembang di Indonesia adalah bidang peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia baik dari segi kesejahteraan hidup masyarakat dengan meningkatkan gizi yang lebih tinggi maupun dari segi kesejahteraan beternak yang dapat meningkatkan pendapatan contohnya beternak sapi, ayam potong, petelur, dan lain-lain (Syamsuharlin, 2012).
Masyarakat luas membutuhkan makanan yang bermutu tinggi dalam jumlah yang banyak. Dalam hal inilah peternakan dapat memberi sumbangan yang terbesar. Kebutuhan makan manusia yang semakin meningkat memerlukan peternakan yang khusus menghasilkan produk-produk tertentu dengan pemberian pakan dan manajemen yang baik. Produk-produk dari peternakan meliputi daging, susu dan telur. Seiring dengan bertambahnya waktu dan tingkat pendidikan maka kebutuhan akan protein hewani (susu, telur dan daging) meningkat.
Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap pangan sumber hewani menuntut perusahaan-perusahaan peternakan untuk meningkatan produksinya. Peningkatan tersebut harus disertai dengan penanganan yang memadai dan terpadu dalam tatalaksana manajemen yang baik mengenai pakan, pengendalian penyakit, maupun penanganan hasil produksi. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pemasaran (tataniaga) yang efektif dan efisien dengan sistem manajemen yang baik.
Pasar juga merupakan tempat terjadinya mekanisme pasar yang mencakup informasi tentang jumlah kualitas, dan harga dari barang yang diperdagangkan. Mekanisme tersebut menuntut penyaluran atau pemasaran produk dari pedagang ke konsumen, sehingga sangat diperlukan dan segmen pasar yang dituju. Pemasaran (tataniaga) sebagai salah satu komponen pasca produksi yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam usaha peternakan.
Melihat begitu pentingnya produk peternakan maka dalam makalah ini akan membahas tentang permasalahan yang terkait dengan kebijakan-kebijakan disektor peternakan.
Permasalahan
Secara umum permasalahan yang dihadapi dibidang peternakan saat ini khususnya di Kalimantan Selatan yaitu :
a. Penguasaan usaha dari hulu sampai hilir oleh perusahaan (unggas)
b. Persaingan antara perusahaan peternakan dan peternakan rakyat (unggas)
c. Kerja sama antara perusahaan dengan rakyat kecil (kemitraan) khususnya disektor perunggasan
d. Penurunan kualitas daging
e. Kurangnya kebutuhan daging sapi di Kalimantan Selatan
f. Pemotongan sapi betina produktif
PEMBAHASAN
a. Penguasaan usaha dari hulu sampai hilir oleh perusahaan (unggas)
Seperti yang kita lihat sekarang ini, usaha-usaha peternakan di Kalimantan Selatan khususnya unggas banyak di monopoli oleh perusahaan. Hal ini lah yang menyebabkan produksi unggas lebih banyak dan merupakan persaingan bagi peternakan rakyat yang hanya memelihara dalam skala kecil. Kelibihan produksi inilah yang menyebabkan harga dipasaran menurun. Dengan menurunnya harga dipasaran maka peternakan rakyak kecil ini sering mengalami kerugian, karena biaya produksi yang meliputi bibit, pakan, obat dan tenaga kerja ditanggung oleh individu yang hanya mempunyai modal terbatas. Apabila peternakan rakyat mengalami rugi, maka untuk memulai usahanya perlu waktu yang cukup untuk mencari modal. Kadang-kadang dan tidak sedikit peternakan rakyat yang telah mengalami kerugian tidak dapat berusaha lagi, diakibatkan karena modal yang terbatas atau tidak cukup.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1999, mengenai larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Kebijakan ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi peternakan rakyat yang lebih rentan dengan fluktuasi harga (Binaukm, 2010).
b. Persaingan antara perusahaan peternakan dan peternakan rakyat (unggas)
Usaha peternakan ayam broiler (ras) ditinjau dari aspek finansial merupakan salah satu usaha di bidang agribisnis yang memberikan keuntungan. Dalam menjalankan usaha ayam broiler terdapat 2 jenis pengelolaan, yakni dikelola secara mandiri (peternak mandiri) dan dikelola dalam bentuk plasma-inti (peternak plasma inti). Para pedagang dalam menjalankan usahanya benar-benar dikelola sebagai usaha memperoleh pendapatan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lain halnya dengan para peternak yang dalam menjalankan usahanya relatif kurang memberikan keuntungan, sehingga sebagian kecil para peternak dalam melakukan usahanya sebagai usaha sampingan.
c. Kerja sama antara perusahaan dengan rakyat kecil (kemitraan) khususnya disektor perunggasan
Keppres No. 50 Tahun 1981, berisi tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras. Kebijakan ini sebagai tanggapan terhadap adanya kemelut antara peternak kecil dengan peternak besar. Peternak kecil sering mengalami kesulitan bahan baku dan harga jual daging dan telur turun. Para peternak tersebut mengadukan kesulitannya kepada DPR. Kebijakan ini merupakan suatu upaya restrukturisasi dan stabilisasi perunggasan setelah terjadi ketimpangan struktur usaha dan timbulnya pertentangan peternak kecil dengan peternak besar. Namun dalam implementasinya, masih terjadi pelanggaran. (Binaukm, 2010).
Oleh sebab itu Menteri Pertanian RI menerbitkan SK Mentan No. TN. 406/Kpts/5/1984 yang mengatur pola kerjasama tertutup yang saling menguntungkan antara perusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Kerjasama ini disebut dengan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) (Binaukm, 2010).
d. Penurunan kualitas daging
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta merupakan hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen semaksimal mungkin (Meeuns, 2012).
Permasalahan yang dihadapi sekarang ini yaitu penurunan kualitas daging yang dapat merugikan konsumen serta dapat menurunkan harga jual. Di Kalimantan Selatan Penurunan kualitas daging yang sering dijumpai yaitu dagingnya memar dan berwarna kebiru-biruan, penurunan kualitas daging ini dapat diakibatkan karena proses pemanenan ayam yang kurang hati-hati sehingga menyebabkan ayam tersebut terbantur benda keras didekatnya, selain itu yang sering dilakukan oleh pengangkut ayam (broker) yaitu pengangkutan yang tidak sesuai atau melebihi jumlah ayam dengan memaksakan pengangkutan melebihi kapasitas pengangkutan. Sehingga menyebabkan ayam berdesak-desakan, tidak dapat bergerak dan terbentur. Hal inilah yang dapat menurunkan kualitas akan daging ayam tersebut.
Pemasaran hasil peternakan merupakan suatu proses pemindahan dengan membawa hasil ternak dari produsen ke konsumen. Dalam mengatur proses pemasaran ini, maka bantuan teknik tetap diprioritaskan dengan dibentuknya lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah dibidang ini (Meeuns, 2012).
e. Kurangnya kebutuhan daging sapi di Kalimantan Selatan
Pada tahun 2004 pemerintah mengadakan swasembada pembibitan sapi bali di kalimantan selatan lebih tepatnya didaerah marabahan. Namun swasembada tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Setelah sekian tahun berjalan sampai sekarang, Kalimantan Selatan sangat kekurangan akan ketersediaan daging sapi. Karena ketersediaan daging sapi tersebut maka saat ini harga daging sapi sangat mahal, bahkan dengan harga yang mahal, untuk mendapatkan daging sapi sangat susah.
Selatan merupakan lahan yang sangat prospektif untuk pengembangan sapi potong. Sehingga dengan mengembangkan sapi potong di Kalimantan Selatan diharapkan Kalimantan Selatan tidak kekurangan produk akan daging sapi. Pada sekarang ini Kalimantan Selatan masih memenuhi produk daging sapi dengan memasok sapi potong dari NTB.
f. Pemotongan sapi betina produktif
Ini merupakan permasalahan yang sulit untuk di atasi oleh pemerintah. Pemotongan sapi betina produktif masih ada dilakukan oleh peternak atau jasa pemotongan hewan (kecuali RPH). Dengan kondisi kekurangan daging seperti Kalimantan Selatin ini memungkinkan para peternak atau penjual daging untuk memotong sapi betina produktif untuk memenuhi kebutuhan akan daging.
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
a. Penguasaan usaha dari hulu sampai hilir oleh perusahaan dan Persaingan antara perusahaan peternakan dan peternakan rakyat (unggas)
Untuk memenuhi kebutuhan daging ayam di Kalimantan Selatan ini, perusahaan peternakan merupakan pemasok terbesar dibanding dengan peternakan rakyat.
Keppres No. 50 Tahun 1980, berisi pembatasan skala usaha budidaya ayam ras. Skala maksimum yang diperkenankan sebesar 650 ekor per periode. Pemerintah berusaha mendorong usaha peternakan rakyat, namun kebijakan ini lebih banyak dinikmati oleh pengusaha besar. Pembatasan skala usaha ini kurang mendukung bagi pengembangan agribisnis peternakan ayam ras. Keppres ini kemudian dicabut dan diganti dengan Keppres No. 22/1990 (Binaukm, 2010).
Kemudian Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, mengenai larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Kebijakan ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi peternakan rakyat yang lebih rentan dengan fluktuasi harga. Sehingga pengstabilan harga merupakan alternatif yang terbaik untuk mengembangkan usaha di bidang peternakan agar dari sisi peternak kecil maupun perusahaan peternakan tidak merasa dirugikan.
b. Kerja sama antara perusahaan dengan rakyat kecil (kemitraan) khususnya disektor perunggasan
Kerja sama antara perusahaan dengan perternak kecil merupakan salah satu untuk memproduksi daging unggas lebih banyak. Dilihat dari satu sisi peternak kecil sangat diuntungkan namun disisi lain juga rugi. Dari sisi menguntungkan yaitu peternak kecil tidak perlu modal untuk melakukan usahanya, semua kebutuhan usaha di berikan bantuan oleh perusahaan kecuali kandang dan tenaga kerja. Namun disisi lain kerugian peternak yaitu bila dilihat pada kondisi sekarang ini peternak kecil sangat tipis keuntungannya. Harga ayam sudah dikontrak oleh perusahaan, sehingga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak sangat susah.
Umum pemerintah mempunyai keberpihakan kepada peternakan rakyat yang merupakan bagian utama dalam pembangunan agribisnis peternakan Indonesia. Melalui pola kemitraan dengan memberikan kesempatan usaha bagi peternak rakyat yaitu berupa kemudahan mendapatkan fasilitas pendukung untuk budidaya ternak ayam ras serta pemasaran produk ternak ayam ras (Binaukm, 2010).
c. Penurunan kualitas daging
Peningkatan mutu pengolahan produk peternakan yang salah satunya adalah daging segar merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kegiatan agribisnis peternakan. Hal ini sesuai dengan visi Renstra Direktorat Jendral Pengolahan dan Pamasaran Hasil Pertanian (P2HP) yaitu meningkatkan kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal (Armelia, 2010).
Agar kualitas daging tetap terjaga, maka proses pemeliharaan dan pengangkutan hasil peternakan harus sesuai dengan standar.
jangan melakukan pengangkutan hasil peternakan yang melebihi kapasitas. Proses pemanenan ternak unggas juga harus dilakukan dengan baik agar kualitas dagingya tetap terjaga.
d. Kurangnya kebutuhan daging sapi di Kalimantan Selatan
Untuk mengatasi kekurangan daging sapi di Kalimantan Selatan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan budi daya sapi potong, dengan dukungan lahan yang sangat prospektif di Kalimantan Selatan.
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan bahwa tahun 2014 Indonesia menjadi negara swasembada daging. Tuntutan ini muncul karena hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih mengimpor + 600 ribu ekor sapi, 70 ribu ton daging per tahun. Pencanangan ini sangat berarti dan bernilai strategis disamping karena ternak dan produknya ini telah menjadi tumpuan hidup jutaan peternak Indonesia juga untuk memenuhi adanya peningkatan kebutuhan daging atau ternak baik atas dasar kesadaran maupun atas pertambahan penduduk (Armelia, 2010).
e. Pemotongan sapi betina produktif
Untuk menghindari pemotongan sapi betina produktif yaitu kesadaran dari pihak pemotongan ternak bahwa kondisi ternak sekarang sudah mulai kurang, sehingga apabila sapi betina produktif dipotong maka mengembangkan ternak sapi lagi sangat susah. Selain itu untuk menghidari pemotongan betina produktif, sekarang sudah ada jasa pemotongan hewan (RPH) dimana pemotongan yang dilakukan di RPH ini sudah memenuhi standar dan seleksi.
KESIMPULAN
Pada perundang undangan tentunya kita beracuan kepada azaz kepentingan masyarakat sebagai orang yang bergerak dan berkreasi dibatasi oleh perundang undangan. Tentunya sisi positif dan sisi negatif bagi pelaku setiap penggerak usaha peternakan berbeda beda sesuai dengan kebutuhan masing masingnya. Adapun tujuan dari dibentuknya undang undang adalah untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat secara merata dan tidak ada istilah anak tiri atau pun anak kandung dalam perundang undangan. Perundang undangan akan selalu mengalami revisi sesuai dengan keadaan dan kenutuhan masyarakat yang melaksanakan perundang undangan tersebut. Yang paling penting dalam undang undang adalah orientasi yang sesuai untuk kebutuhan masyarakat luas, bukan hanya untuk pihak tertentu menguntungkan dan untuk masyarakat lainnya mengalami kerugian dalam pelaksanaan undang undang tersebut.
Permasalahan kebijakan-kebijakan peternakan di Kalimantan Selatan cukup banyak, sehingga perlu dilakukan pemecahan masalahnya di bidang tersebut, agar tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Armelia Rika. 2010. Pasca panen dan pemasaran ternak. http://previllege.blogspot.com / 2010 / 11 / pasca-panen-dan-pemasaran peternakan.html. Diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 20:15.
Syamsuharlin Eko. 2012. Contoh laporan praktik lapang tataniaga. http://caricolap.blogspot.com / 2012 / 08 / contoh-laporan-praktik-lapang tataniaga. html. Diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 20:15.