Advertisement
Makalah Tentang Bawang Merah
Makalah Tentang Bawang Merah - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Makalah Tentang Bawang Merah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Contoh Makalah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Makalah Tentang Bawang Merahlink :
Makalah Tentang Bawang Merah
Baca juga
Makalah Tentang Bawang Merah
KATA PENGANTAR
Setiap masakan yang dihidangkan hampir tidak terlepas dari kehadiran bawang merah sebagai bumbu penyedapnya. Bumbu ini dapat memberikan cita rasa dan aroma yang khas pada masakan sehingga membangkitkan selera makan.
Keberadaan bawang merah cukup populer di kalangan masyarakat, terutama bagi orang yang banyak terlibat dalam menghidangkan makanan. Karena penggunaan tersebut, kebutuhan terhadap bawang merah dari waktu ke waktu terus meningkat.
Peningkatan kebutuhan bawang merah dapat memberikan peluang yang baik dalam berusaha. Untuk mewujudkan usaha tersebut, banyak aspek yang harus diperhatikan, antara lain mengetahui gambaran karakteristik komoditi, teknik budidaya, pemeliharaan, penanganan, pemasaran dan analisis usahanya.
Karya tulis ini memberikan gambaran tentang pengusahaan bawang merah yang lebih banyak ditekankan kepada segi praktis di lapangan. Meskipun penulisannya masih jauh dari sempurna, tetapi mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya. Kepada semua pihak yang telah membantu dari mulai penulisan hingga selesainya karya tulis ini kami mengucapkan terima kasih.
Padang, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
BAB I MENGENAL BAWANG MERAH......................................... 3
A. Riwayat.................................................................................. 3
B. Klasifikasi.............................................................................. 4
C. Komposisi dan Manfaat.......................................................... 5
BAB III BUDI DAYA SECARA UMUM.............................................. 7
A. Syarat Tumbuh....................................................................... 7
B. Bibit....................................................................................... 8
C. Penanaman............................................................................. 9
D. Pemeliharaan.......................................................................... 10
BAB IV HAMA DAN PENYAKIT......................................................... 12
A. Hama..................................................................................... 12
B. Penyakit................................................................................. 12
BAB V TATA NIAGA........................................................................... 14
A. Bentuk Penjualan.................................................................... 14
B. Tata Niaga Dalam Negeri....................................................... 15
C. Tata Niaga Ekspor................................................................. 15
BAB VI ANALISIS USAHA TANI BAWANG MERAH..................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan.
Bawang merah di kenal hampir di setiap negara dan daerah di wilayah tanah air.
Bawang merah memiliki nama ilmiah yaitu Alium cepa var. Ascalonicum atau cukup disebut Allium ascolonicum.
Bawang yang semarga dengan bawang daun, bawang putih, dan bawang bombay ini termasuk family liliaceace.
Tanaman bawang merah lebih banyak dibudidayakan di daerah daratan rendah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah.
Tanaman ini tidak menyukai tempat-tempat yang tergenang air, apalagi becek.
Walaupun bawang merah tidak menyukai tempat yang tergenang air, tetapi tanaman ini banyak membutuhkan air, terutama dalam masa pembentukan umbi.
Daerah yang mempunyai kondisi di atas menjadi sentra produk bawang merah yaitu : Brebes, Probolinggo, Majalengka, Tegal, Nganjuk, Cirebon, Kediri, Bandung, Malang dan Pemalang. Daerah-daerah tersebut termasuk ke dalam urutan 10 besar sentra produk bawang merah di Indonesia.
Mengingat kebutuhan terhadap bawang merah yang kian terus meningkat maka penguasahaannya memberikan gambaran (prospek) yang cerah. Prospek tersebut tidak hanya petani dan pedagang saja, tetapi juga bagi semua pihak yang ikut terlibat di dalam kegiatan usahanya, dari mulai penanaman sampai ke pemasaran.
Cerahnya prospek bawang merah juga didukung oleh tidak adanya bahan pengganti (barang substitusinya), baik yang sintesis maupun alami.
Bawang merah tergolong komoditi yang mempunyai nilai jual tinggi di pasaran. Keadaan ini berpengaruh baik terhadap perolehan pendapatan. Apalagi didukung dengan cepatnya perputaran modal usaha bawang merah.
Pada umur 60 – 70 hari tanaman sudah bisa dipanen. Dengan demikian keuntungan bisa di raih dengan cepat dalam waktu relatif singkat.
BAB II
MENGENAL BAWANG MERAH
A. Riwayat
Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia Tengah, yaitu di deretan daerah sekitar India, Pakistan, sampai Palestina.
Negara-negara di Eropa Barat, Eropa Timur dan Spanyol, baru mengenal bawang merah sekitar abad ke depalan. Dari sini kemudian bawang merah menyebar hingga ke deretan Amerika, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Penyebaran ini tampaknya berhubungan dengan pemburuan rempah-rempah oleh bangsa Eropa ke wilayah Timur jauh yang kemudian berlanjut dengan pendudukan kolonoal di wilayah Indonesia.
Penyebaran bawang merah telah meluas hampir ke setiap negara. Oleh karenanya, bawang merah mempunyai sebutan yang berbeda untuk negara yang berbeda. Di kalangan internasional, bawangmera di beri nama Shallot.
Di Indonesia, bawang merah juga telah merambah ke berbagai daerah sehingga komoditi ini memiliki nama khas di masing-masing daerah.
Di Indonesia, bawang merah juga telah merambah ke berbagai daerah sehingga komoditi ini memiliki nama khas di masing-masing daerah.
Di Minahasa misalnya, paling tidak terdapat lima nama panggilan khas untuk bawang merah, yaitu lasuna makamu, lasuna radang, lasuna raidang, lasuna mahandong.
B. Klasifikasi
Keluarga liliaceaceae yang termasuk ke dalam genus Allium mempunyai lebih dari 500 spesis. Dari jumlah tersebut, jenis yang telah dibudidayakan dapat dibagi ke dalam 7 kelompok.
1. Allium Cepa L.
Kelompok ini meliputi bawang biasa seperti bawang bombay dan bawang merah.
2. Allium Sativum L.
Kelompok ini adalah kelompok bawang putih. Jenis ini mempunyai bentuk daun dan seperti pita.
3. Allium Ampeloprasum L. atau Allium Parrum L.
Kelompok ini mempunyai bentuk batang yang besar dan bentuk daun seperti pipa. Jenisnya meliputi bawang prei, bawang timur, atau leek dan kurrat.
4. Allium Fistulosum L.
Kelompok ini meliputi bawang bakung dan welsh atau sibol. Jenis ini mempunyai bentuk daun seperti pipa.
5. Allium Schoenoprasum
Kelompok ini meliputi bawang kucai atau chive. Jenis ini memiliki bentuk daun jarum.
6. Allium Chinense G. Don
Bawang ini juga disebut bawang rakkyo
7. Allium Tuberosum Rottler ex Sprengel
Bawang ini disebut juga bawang prei cina.
C. Komposisi dan Manfaat
1. Komposisi Kimia
Bawang merah bukanlah merupakan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, atau mineral. Namun komponen-komponen tersebut ada di dalam bawang merah, walaupun dalam jumlah sedikit.
Di dalam umbi bawang merah terdapat komponen lain yang dinamakan allin. Allin merupakan suatu senyawa yang mengandung asam amino yang tidak berbau, tidak berwarna, dan dapat larut di dalam air. Karena sesuatu hal, allin kemudian berubah menjadi senyawa allicin. Senyawa allicin dengan thiamin (Vitamin B) dapat membentuk ikatan kimia yang disebut allithiami. Senyawa bentukan ini ternyata lebih mudah diserap tubuh dari pada Vitamin B menjadi lebih efisien dimanfaatkan tubuh.
2. Manfaat
Bawang merah banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap rasa makanan, sedangkan umbi bawang merah dapat berkhasiat untuk mengobati luka. Caranya, umbi diiris-iris tipis lalu dicampur dengan minyak kelapa dan garam, kemudian di panasi sampai mendidih. Setelah agak dingin campuran ini dioles-oleskan ke luka. Dengan cara ini maka luka akan segera mengering baik pada bagian luar maupun dalam.
Bawang merah juga berguna untuk obat masuk angin. Caranya, umbi dipotong-potong dan dicampur sedikit minyak kelapa, kemudian digosok-gosokan sebagai alat penggosok kebagian punggung sampai kulit yang di gosok berwarna memerah.
Menurut sebuah penelitian, bawang merah mampu menurunkan kandungan gula dan kolesterol tubuh, menghambat penumbuhan trombosit, serta meningkatkan aktifitas fibrinolitik sehingga dapat memperlancar aliran darah. Bawang merah juga mampu memobilisasi kolesterol dari tempat penimbunannya.
Sebenarnya masih banyak lagi khasiat bawang merah untuk obat tradisional, seperti untuk obat penyakit gondongan (bof), bisul, sukar buang air, kejang, kembung, dan penyakit lainnya.
BAB III
BUDI DAYA SECARA UMUM
A. Syarat Tumbuh
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman meliputi iklim dan jenis tanah. Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan adalah sinar matahari, suhu, ketinggian, dan curah hujan.
1. Iklim
Dalam pertumbuhannya, tanamanbawangmerah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah. Bawang merah tidak tahan kekeringan, karena akarnya yang pendek. Selama pertumbuhan umbi, dibutuhkan air yang cukup banyak. Sebaiknya bawang merah ditanam dimusim kemarau atau pada akhir musim hujan, agar tanaman mendapatkan pengairan yang baik.
Tanaman bawang merah dapat di tanam didaratan rendah sampai daratan tinggi (0-900 m dpl) dengan curah hujan 300-2500 mm/th. Pada suhu yang rendah, hasil (umbi) bawang merah kurang baik. Pada suhu 220C tanaman masih mudah membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanaman di dataran rendah yang bersuhu panas. Daerah yang sesuai adalah yang suhunya sekitar 25-320 C dan suhu rata-rata tahunannya 300C.
2. Tanah
Tanaman bawang tanah menyukai tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi, sehingga hasilnya besar-besar.
Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman bawang merah adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik karena mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu.
Keasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk bawang merah adalah yang agak asam sampai normal (6,0 – 6,8). Tanah yang terlalu asam dengan pH dibawah 5,5 banyak mengandung garam aluminium (Al). Garam ini bersifat racun sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil.
Oleh karena di tanah asam tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik maka tanah tersebut perlu pengapuran. Pengapuran ini sebaiknya dikerjakan beberapa minggu sebelum penanaman. Jangan mengapur tanah saat bawang merah sudah ditanam, karena akar bawang merah tidak akan tahan terhadap kapur.
B. Bibit
Penggunaan bibit yang bermutu tinggi merupakan langkah awal peningkatan produksi. Tanaman bawang merah umumnya diperbanyak dengan menggunakan umbinya.
Penyediaan bibit bawang merah dapat diperoleh dengan mengusahakan bibit sendiri atau dengan membeli :
1. Membeli Bibit
Bibit yang bermutu baik memperlihatkan ciri-ciri fisik yang lebih baik, sehat dan bersifat unggul. Bibit yang sehat biasanya berasal dari tanaman yang sehat, ini dapat dilihat dari umbi yang warnanya tampak cerah dan tidak terlihat adanya serangan hama dan penyakit. Bibit yang baik umbinya berwarna cerah, utuh, tidak cacat, padat, berukuran sedang, dan umbi sudah disimpan selama 2-6 bulan.
2. Mengusahakan Bibit Sendiri
Umbi yang dipanen untuk bibit harus sudah cukup tua. Umbi yang sudah tua dapat diperoleh dari tanaman yang berumur sekitar 70-90 hari. Pada saat umur tersebut, daun tanaman sudah menguning, pangkal daun terlihat mengering, dan daun rebah. Apabila umbi terasa lunak dan kurang padat bila dipegang, kemungkinan besar umbi itu berasal dari tanaman yang belum tua.
Pengeringan umbi dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering buatan. Untuk menghasilkan biji bawang merah yang sama dengan induknya dilakukan teknik selfingyaitu suatu cara untuk mendapatkan hasil yang murni (penyerbukan terjadi dalam satu tanaman). Untuk memperoleh hasil tersebut, penyerbukan perlu bantuan manusia.
Pembijian bawang merah dapat dilakukan dengan perlakuan suhu rendah (vernalisasi). Cara menghasilkan biji adalah dengan menanam bawang merah yang mudah berbunga sebagai tetua jantan dan bawang merah berbunga steril sebagai tetua betina.
C. Penanaman
1. Waktu Tanam
Bawang merah biasanya ditanam pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Waktu tanaman sangat penting, karena harus diperhatikan agar tanaman yang berumur antara 60-90 hari ini dapat dipanen pada musim kemarau juga.
Tanaman bawang merah dapat juga ditanam merata sepanjang tahun, asalkan drainasenya dijaga dengan intensif.
Penanaman bawang merah sebaiknya dikerjakan pada saat cuaca cukup cerah, hindarilah penanaman saat cuaca berkabut.
2. Cara Tanaman
Sebelum bibit ditanam, tanah hendaknya disiram air lebih dahulu dan dibuat lubang tanaman dengan menggunakan tugal kecil untuk memudahkan penanaman.
Setelah penanaman selesai bedengan disiram dengan air atau diairi dengan sistem “leb”. Nantinya, umbi bibit mulut tumbuh setelah sekitar 5 – 7 hari.
Jarak tanaman akan memperoleh umbi dengan ukuran yang besar sesuai permintaan konsumen, yaitu sekitar 4-7 g/umbi.
Untuk penanaman bibit jenis impor, misalnya bawang Bangkok dan Filipina yang umbinya berukuran besar, biasanya menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm.
D. Pemeliharaan
Salah satu langkah terpenting dalam budi daya bawang merah adalah pemeliharaan.
1. Penyiraman
Penanaman bawang merah dilakukan pada musim kemarau, maka pengairan memegang peranan yang penting. Penyiraman air dapat menggunakan gembor atau sprinkler. Dapat juga dengan cara menggenangi air di sekitar bedengan yang disebut dengan “sistem leb”.
Penyiraman mulai dilakukan sejak penanaman setiap hari sekali, pagi atau sore hari. Saat cuaca panas dan tanah terlalu kering, dapat dilakukan penyiraman dua kali sehari.
Pembentukan dan pembesaran umbi umumnya terjadi bila tanaman sudah berumur 45 hari. Oleh karena itu, penyiraman bisa dilakukan dua kali sehari. Penyiraman dihentikan 3-5 hari menjelang pemanenan agar umbi tidak mudah busuk.
2. Pemupukan
Pupuk organik yang diberikan yaitu pupuk urea atau ZA, TSP, dan KCl. Pemupukan diberikan dengan cara ditaburkan pada larikan di antara barisan tanaman sedalam kira-kira 5 cm. Namun pada kenyataannya, beberapa petani tidak memberikan pupuk seperti itu, hanya diberikan di permukaan tanah.
BAB IV
HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
Beberapa hama yang sering menyerang tanaman bawang merah diantaranya sebagai berikut :
1. Ulat Tanah
Gejala serangan tersebut disebabkan oleh ulat tanah atau Agrotis ipsilon (Hfn). Ia menyerang semua jenis tanaman (polifag). Ulat ini menyerang tanaman pada malam hari dengan memotong pangkal batang. Sedangkan pada siang hari ulat bersembunyi di dalam tanah.
2. Hama Thrips
Penyebab serangan tersebut adalah Thrips tabacilind yang disebut juga hama thrips atau hama bodas. Yang menjadi hama adalah larva dan thrips yang dewasa. Kedua stadium ini menyerang tanaman bawang dengan cara menghisap cairan daun, terutama daun yang masih muda.
3. Ulat Daun
Penyebab adalah ulat daun bawang merah (spodoptera exigua). Ulat yang masih muda berwarna hijai seperti daun sehingga sering sulit diamati.
B. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain disebabkan oleh :
1. Bercak Ungu
Yang disebabkan oleh cendawan Alternaria Porri (Ellcif). Penyebarannya dibantu oleh angin dan serangga. Masuknya konidium kedalam tanaman melalui luka dan mulut daun. Pada serangan yang hebat penyakit ini sering mengakibatkan gagalnya panen.
2. Embun Tepung
Penyebabnya adalah cendawan Peronospora destruktor (Berk) casp. Bila malam hari berkabut dan menjelang pada paginya banyak embun menempel didaun bawang maka spora akan menempel pada daun itu. Akibatnya terjadilah infeksi penyakit embun tepung.
3. Busuk Umbi
Adanya gejala yang dikenal sebagai penyakit busuk umbi atau busuk putih (white rout). Penyebabnya adalah cendawan Sclerotium Cepivorium Berk.
4. Antraknosa
Penyebabnya adalah cendawan colletritichum sp. Cendawan itu jenis c. gloeosporoides pens atau c. circinas.
BAB V
TATA NIAGA
A. Bentuk Penjualan
1. Umbi Basah
Dalam bentuk umbi basah, bawang merah dijual tidak lama setelah panen. Jadi penjemurannya hanya dilakukan beberapa saat saja.
Penjualan dalam bentuk umbi basah tidak banyak dilakukan, kecuali bila kebutuhan petani sedang mendesak atau ada pesanan yang mendadak. Bentuk ini biasanya dipasarkan hanya disekitar daerah sentra produksi.
2. Umbi Kering
Ada 2 bentuk umbi kering yang dipasarkan, yakni bentuk ontongan (ikatan pada daun) dan protolan (tanpa ikatan). Bentuk ontongan biasanya dipasarkan ketempat-tempat yang tidak terlalu jauh dari sentra produksi sedangkan bentuk protolan di pasarkan ke tempat yang lebih jauh, seperti pemasaran antar pulau/ekspor.
3. Bibit
Untuk keperluan bibit, umbi bawang dipanen lebih tua, sekitar 10 hari dari waktu panen biasanya. Umbi untuk bibit perlu dijemur sampai kering/sekitar 4-5 hari. Setelah itu, umbi diikat dan disimpan di para-para dalam gudang penyimpanan selama tidak kurang dari 3 bulan.
B. Tata Niaga Dalam Negeri
Tidak ada ketentuan resmi yang mengatur tataniaga tersebut sehingga pengadaan dan penyaluran dapat dilakukan secara bebas oleh petani maupun pedagang. Dalam pelaksanaannya, ada 3 pihak yang terlibat, yaitu petani sebagai penyedia komoditi, pedagag perantara, dan konsumen akhir.
Cara yang bisa ditempuh petani dalam menyalurkan hasil panennya yaitu sebagai berikut :
1. Melalui tengkulak kampung yang langsung mendatangi lahannya. Tengkulak kampung menyalurkannya kepada tengkulak pasar. Penyaluran selanjutnya pedagang antar kota, antar pulau atau pedagang pengecer di pasar-pasar kecil.
2. Petani menjual hasil panennya secara langsung kepada pegadang antar kota, pedagang antar pulau, atau melalui perantara calo (makelar). Pada cara ini pedagang langsung mendatangi lahan petani dan mengadakan transaksi. Apabila telah ada kata sepakat maka komoditi langsung diangkat. Dari sini bawang merah berpindah tangan ke pedagang besar (grosir) dan selanjutnya disalurkan kepada para pedagang pengencer. Konsumen terakhir dapat memperolehnya dari para pedagang pengencer.
C. Tata Niaga Ekspor
Ekspor bawang merah biasanya dilakukan oleh para pengusaha bermodal besar karena untuk melakukan ekspor diperlukan banyak sekali biaya. Komoditi tersebut dapat diterima dinegara tujuan dengan tidak adanya kerusakan selama pengangkutan.
Para eksportir bisa mendapatkan komoditi dengan 2 cara, yakni menanam sendiri atau membeli / kerja sama dengan para petani. Para petani yang mempunyai lahan luas dapat bekerja sama dengan eksportir untuk dapat melakukan ekspor. Agar biaya tersebut dapat tertutupi, jumlah komoditi yang diekspor haru besar, kualitasnya terjamin dan pengepakkannya harus benar-benar kuat.
BAB VI
ANALISIS USAHA TANI BAWANG MERAH
Selain mengusahakan satu komoditi pertanian sebaiknya dipelajari lebih dahulu usaha taninya. Dengan demikian dapat diketahui gambaran untung ruginya. Sejauh mana keberhasilan yang dapat dicapai, serta peluang yang ada dalam mengusahakan komoditi tertentu.
Dalam perhitungan analisis usaha bawang merah biaya produksi dibedakan antara biaya tetap dan biaya farrable. Yang tergolong biaya tetap antara lain biaya sewa lahan dan pembelian peralatan pertanian. Sedangkan biaya variable meliputi biaya pembelian sarana produksi, seperti bibit, pupuk dan pestisida, serta biaya tenaga kerja.
Biaya tenaga kerja disini dibedakan atas tenaga kerja pria yang dihitung dalam HKP (Hari Kerja Pria) dan tenaga kerja wanita yang dihitung dalam HKW (Hari Kerja Wanita). Tenaga kerja pria dibayar lebih mahal dari tenaga kerja wanita karena biasanya tingkat pekerjaan yang mereka lakukan lebih berat.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari membudidayakan tanaman bawang merah, berikut ini disajikan analisis usaha tani komoditi tersebut. Analisis ini merupakan data biaya dan penerimaan usaha tani bawang merah seluas 1 hektar di daerah Brebes pada tahun 1993.
Analisis Usaha Tani Bawang Merah Per Hektar Untuk Satu Musim Tanam.
A. Biaya Variabel
1. Bibit 1.000 kg @ Rp. 1.400,00 Rp. 1.400.000,00
2. Pupuk
Urea 500 kg @ Rp. 325,00 Rp. 162.500,00
TSP 300 kg @ Rp. 400,00 Rp. 120.000,00
KCl 100 kg @ Rp. 400,00 Rp. 40.000,00
Pupuk kandang 10 ton @ Rp. 25.000,00 Rp. 250.000,00
3. Pestisida Rp. 480.000,00
4. Tenaga Kerja
Pembuatan bendengan (diborongkan) Rp. 360.000,00
Pencangkulan 60 HKP @ Rp. 3.000,00 Rp. 180.000,00
Penanaman - 8 HKP @ Rp. 3.000,00 Rp. 24.000,00
- 15 HKW @ Rp. 2.000,00 Rp. 30.000,00
Penyiraman 150 HKP Rp. 450.000,00
Pemupukan dan penyiangan 60 HKW Rp. 120.000,00
Penyemprotan 30 HKP Rp. 90.000,00
Panen - 30 HKP Rp. 90.000,00
- 50 HKW Rp. 100.000,00
Total Biaya Variabel Rp. 3.896.500,00
B. Biaya Tetap
1. Sewa lahan Rp. 500.000,00
2. Sprayer 2 buah @ Rp. 40.000,00 Rp. 80.000,00
Total Biaya Tetap Rp. 580.000,00
C. Biaya Tak Terduga Rp. 447.650,00
D. Biaya Total
= A + B + C Rp. 4.924.150,00
E. Penerimaan
10 ton @ Rp. 800,00/kg Rp. 8.000.000,00
F. Keuntungan
= Penerimaan – Biaya Total Rp. 3.075.850,00
Selanjutnya analisis yang digunakan adalah rasio penerimaan dan biaya (return and cost ratio atau R/C rasio) dan break event point (BEP).
1. R/C Rasio
Analisis R/C rasio menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan..
R/C rasio
=
= 8.000.000/4.924.150
= 1,62
Nilai R/C rasio besarnya 1,62. Ini berarti dari Rp. 4.924.150,00 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar 1,62 kali lipatnya.
2. Break Event Point
Break event point (BEP) merupakan titik impas, dimana pada titik itu keadaan usaha tani tidak untung dan tidak rugi. Nilai titik impas itu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
BEP
=
=
= 1.506.493
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa membudidayakan bawang merah akan mencapai titik impas pada tingkat penjualan Rp. 1.506.493,00. Bila ingin memperoleh keuntungan, berarti harus melampaui jumlah penjualan tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bawang merah tergolong tanaman semusim atau setahun ini bukan hanya digunakan untuk pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan, tetapi juga bisa untuk mengobati segala penyakit seperti demam, masuk angin, menghilangkan lendir di tenggorokan, mengobati maag, dan mempunyai banyak khasiat.
B. Saran
Maka dari itu bawang merah sangatlah dibutuhkan oleh kalangan masyarakat, karena bawang merah mempunyai banyak kegunaan yang bisa membantu masyarakat dari segi kenikmatan makanan sampai ke pengobatan dan mungkin dari itu pergunakanlah bawang merah yang mungkin bisa membantu kita.
Demikianlah Artikel Makalah Tentang Bawang Merah
Sekianlah artikel Makalah Tentang Bawang Merah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Makalah Tentang Bawang Merah dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/07/makalah-tentang-bawang-merah.html
Makalah Tentang Bawang Merah