Advertisement
Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah)
Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah) - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Contoh Makalah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah)link :
Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah)
Baca juga
Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah)
SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI
A. Proses Terbentuknya Bumi
Proses terbentuknya Bumi sendiri tidak dapat dipisahkan dari kelahiran alam semesta dan proses terbentuknya tata surya. Hal itu karena bumi merupakan bagian dari alam semesta dan tata surya.
Bumi mulai terbentuk saat butiran debu dan gas yang berada di sekitar Matahari saling melekat membentuk partikel. Partikel-partikel tersebut selanjutnya menggumpal menjadi lebih besar dan saling bertabrakan hingga membentuk benda-benda berukuran planet. Salah satu benda tersebut diperkirakan sebagai bumi dalam bentuk massa batuan yang dikelilingi gas dan tidak mengandung air.
Gaya berat yang dimiliki bumi meningkatkan tekanan sehingga bagian dalam Bumi akan mencair. Sementara itu, bahan yang berat seperti besi akan tertekan dan tenggelam ke dalam Bumi, sedangkan bahan yang ringan akan muncul dan mengapung ke permukaan membentuk kerak Bumi.
Adanya pemanasan di dalam Bumi menyebabkan terbentuknya uap air dan gas-gas lainnya hingga membentuk atmosfer. Diperkirakan unsur-unsur yang terkandung dalam atmosfer pada saat itu adalah hidrogen, helium, metana, dan amonia. Susunan unsur seperti itu sama dengan susunan unsur pada atmosfer planet Yupiter. Unsur oksigen belum banyak terkandung dalam atmosfer. Bertambah banyaknya kadar oksigen terjadi pada saat batuan yang leleh secara terus-menenus terurai hingga cukup untuk mendukung kehidupan tumbuhan dan hewan.
Seiring dengan terbentuknya atmosfer tersebut, awan yang telah ada sejak awal tersapu oleh angin matahari. Atmosfer pun mengurangi pancaran langsung matahari ke bumi. Bumi menjadi dingin dan uap air membentuk awan tebal di atmosfer.
Perlahan-lahan dan dalam kurun waktu jutaan tahun awan tersebut mendingin, uap air mengembun, selanjutnya menjadi hujan yang sangat lebat hingga membanjiri bumi dan mendinginkan batuan di permukaan bumi
Limpahan air hujan tersebut pada akhirnya berkumpul pada tempat yang rendah di bumi hingga terbentuk samudera. Namun, pada saat itu samudera belum terasa sangat asin. Hujan yang turun terus-menerus melarutkan garam dari tanah dan batuan dan dialirkan oleh sungai hingga ke laut.
Menurut Rittmann (1960), sekitar 4,6 miliar tahun yang lampau awan, debu, dan gas yang mengapung di ruang angkasa mulai mengecil. Materi pada pusat awan itu mengumpul menjadi matahari. Kira-kira 100 juta tahun yang lalu, sisa gas dan debunya memipih menjadi awan berbentuk cakram di sekitar matahari. Butir-butir debu dalam awan itu saling melekat dan membentuk planet-planet kecil dengan diameter beberapa kilometer. Benda-benda ini bertabrakan dan bergabung membentuk planet.
Skema lahirnya bumi, menurut Rittmann (1960), dilukiskan dalam Gambar 2.34. Proses urutan kelahiran bumi menurut Rittmann adalah sebagai berikut:
- Bumi mulai terbentuk ketika butir-butir debu dalam cakram awan di sekitar matahari saling melekat. Partikel-partikel ini menggumpal menjadi badan yang lebih besar. Kemudian, badan-badan itu bertumbukan dan membentuk benda-benda berukuran planet.
- Sisa-sisa dari awan asli berjatuhan. Energi dari bahan yang jatuh ini, bersama dengan pemanasan yang terjadi akibat pelapukan radioaktif menyebabkan melelehnya bumi.
- Akibat pelelehan ini, bahan-bahan yang mampat terutama besi tenggelam ke pusat planet dan menjadi intinya. Seluruh permukaan bumi tertutup oleh lautan batuan yang meleleh. Bahan-bahan yang lebih ringan, seperti uap air dan karbon dioksida beralih ke luar dan membentuk suatu atmosfer purba.
- Akibat aliran cepat dari partikel-partikel bermuatan dari matahari menyapu bersih sisa-sisa awan asli dari tata surya sehingga benturannya ke bumi berkurang. Planet itu mendingin dan uap air membentuk awan tebal di atmosfer.
- Awanpun mendingin, uap airnya mengembun, dan hujan deras membanjiri bumi. Hujan deras itu mendinginkan bebatuan di permukaan bumi.
- Limpahan air dari badai itu menyatu di tempat yang rendah sehingga terjadi awan. Karbon dioksida dan udara mulai larut dalam genangan air sehingga planet ini makin menjadi dingin.
- Kira-kira 2,5 miliar tahun yang lalu, sebuah bumi yang biru telah muncul. Awan menghilang dan matahari menyinari dunia yang sangat mirip dengan dunia kita sekarang
Menurut Hasil Penelitian Proses pembentukan bumi terbagi menjadi 3 tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap pada saat bumi marupakan planet yang homogen atau belum terjadi diferensiasi dan zonafikasi.
2) Proses diferensiasi atau pemilahan, yaitu ketika material besi yang lebih berat tenggelam menuju pusat bumi dan material yang lebih ringan bergerak ke permukaan. Pada tahap ini, bumi tidak lagi homogen, tetapi terdiri atas 2 bagian, yaitu material yang lebih berat (besi) di pusat bumi dan material yang lebih ringan di bagian yang lebih luar.
3) Proses zonafikasi, tahap dimana bumi terbagi menjadi beberapa zona atau lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian bawah, zona transisi, astenosfer yang cair dan litosfer yang terdiri atas kerak benua dan kerak samudra.
Awal sejarah terbentuknya bumi., beberapa lapisan utama memisah atau berdiferensiasi didalam planet. Panas yang dihasilkan oleh tumbuhan-tumbuhan planetoid membuat seluruh planet tetap panas dan leleh. logam-logam yang lebih berat, seperti nikel, dan besi tenggelam ke pusat dan membentuk inti berupa logam, sewaktu planet mendingin magma yang ensiasi, dan suatu kerak tipis terbentuk pada permukaannya.
a) Era Pra-Kambrium (4,5 milyar tahun)
Era ini berawal 4,5 milyar tahun yang lalu, merupakan awal pembentuk kerak bumi yang terus berkembang, pembentukan atmosfer, dan pembentuk hidrosfer. Kehidupan pada era ini mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi organisme bersel banyak.
Kehidupan yang paling awal muncul adalah mikroorganisme (bakteri ganggang) di dalam samudera. Fosil tertua yang berhasil ditemukan adalah f Stromatolit dan Cyanobacteria yang umumya sekitar 3,5 milyar tahun.
b) Era Paleozoik.
Era ini dibagi ke dalam enam periode, yaitu periode Kambrium, Ordovisii Silur, Devon, Karbon, dan Perm.
1) Periode Kambrium (120 juta tahun)
Periode ini dimulai 600 juta tahun yang lalu. Banyak hewan invertebtrata mulai muncul pada periode ini dan hampir seluruh kehidupan berlangsung di lautan. Hewan pada periode ini selalu memiliki kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang banyak dijumpai dengan persebaran yang luas antara lain cacing, koral, moluska, dan artropoda (trilobit).
2) Periode Ordovisiuni (45 juta tahun).
Periode ini dimulai 480 juta tahun yang lalu. Periode ini dicirikan munculnya ikan tanpa rahang yang merupakan hewan bertulang belakang paling tua, antara lain landak laut (ekinoid), bintang laut (asteroid), dan laut (krinoid).
Meluapnya samudera dari zaman es merupakan bagian peristiwa yang terjadi pada periode ini. Daratan Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menemukan celah samudera yang berada di sekitarnya.
3) Periode Shur (30 Juta tahun).
Periode ini dimulai 435 juta tahun yang lalu. Periode ini menjadi peristiwa peralihan kehidupan dari air ke darat. Pada periode ini tumbuhan darat mulai muncul untuk pertama kalinya, terutama tumbuhan paku (Pteridofita).
Selain itu, mulai muncul juga binatang yang bernapas dengan menghirup udara secara langsung (disebut eurepterid). Selama periode ini mulai terbentuk deretan pegunungan yang melintasi Skandinavia, Skotlandia, dan pantai Amerika Utara.
4) Periode Devon (60juta tahun).
Periode ini dimulai 405 juta tahun yang lalu. Periode ini merupakan periode perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan yang memiliki rahang dan ikan hiu makin aktif menjadi pemangsa di lautan. Hewan-hewan amfibi pada periode ini mulai berkembang dan beranjak menuju daratan. Sementara itu, tumbuhan darat untuk pertama kali muncul di daerah rawa.
5) Periode Karbon (70 juta tahun)
Periode ini dimulai 345 juta tahun yang lalu. Pada periode ini ganggang melimpah dan saat pertama kalinya tumbuhan lumut muncul. Pohon-pohon tumbuh dari butiran yang mirip biji-bijian. Periode ini ditandai oleh menyatunya benua-benua membentuk masa daratan yang disebut Pangea.
6) Periode Perm (50 juta tahun)
Periode ini dimulai 275 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan melimpahnya ganggang dan reptil, serta melelehnya lapisan glasier di belahan bumi selatan yang meninggalkan bahan-bahan sedimen. Sementara itu, Benua Pangea bergerak sebagai satu masa daratan.
c) Era Mesozoik.
Era ini dibagi ke dalam tiga periode, yaitu periode Trias, Jura, dan Kreta.
1) Periode Trias (45 juta tahun).
Periode ini dimulai 225 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai oleh munculnya Dinosaurus dan reptilia yang berukuran sangat besar untuk pertama kalinya. Sementara itu, Benua Pengea bergerak ke arah utara dan mulai terbentuk daerah gurun.
2) Periode Jura (50 juta tahun).
Periode ini dimulai 180 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai antar lain oleh adanya kekuasaan Dinosaurus terhadap dunia, munculnya burung yang pertama kali, dan makin banyaknya tumbuhan konifer. Pada periode ini Benua Pangea terpecah dengan pergerakan Amerika Utara yang terpisah dengan Afrika, sedangkan Amerika Selatan terpisah dengan Antartika dan Australia.
3) Periode Kreta atau Zaman Kapur (65 juta tahun)
Periode ini dimulai 130 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai oleh munculnya tumbuhan berbunga serta makin melimpahnya hewan bertulang belakang, ikan, dan binatang amfibi. Akhir dari periode ini ditandai oleh musnahnya Dinosaurus dan tergenangnya daratan oleh samudera. Sementara itu, daratan India mulai terlepas jauh dari Afrika dan bergerak menuju Asia.
d) Era Senozoik
Era ini terbagi ke dalam dua periode, yaitu Periode Tersier dan Periode Kuarter.
1) Periode Tersier
Periode tersier dibagi ke dalam lima epok, yathi Epok Paleosen, Eosen, Oligosen, Miosen, dan Pliosen.
a. Epok Paleosen (10 juta tahun). Epok ini dimulai 65 juta tahun yang lalu. Epok ini ditandai antara lain dengan melimpahnya tumbuhan berbunga serta mulai lazinmya binatang tak bertulang belakang, ikan, amfibi, reptil dan binatang kecil yang menyusui. Sementara itu di daratan terbentuk tanah, khususnya di daerah hujan dan panas, sedangkan gunung masih menjulang tinggi karena belum tererosi.
b. Epok Eosen (15 juta tahun). Epok ini dimulai 55 juta tahun yang lalu. Epok ini ditandai dengan mulai berkembangnya buah, biji-bijian, dan rerumputan melimpahnya burung, amfibi, reptil kecil, dan ikan, serta mulai munculnya kelelawar, unta, kuda, monyet, dan badak. Sementara itu laut mulai menggenangi daratan.
c. Epok Oligosen (14 juta tahun). Epok ini dimulai 40 juta tahun yang lalu Epok ini ditandai dengan munculnya kera primitif dan berkembangnya berbagai binatang pengerat. Pada akhir epok ini hewan raksasa yang mirip badak mulai musnah.
d. Epok Miosen (12 juta tahun). Epok ini dimulai pada 26 juta tahun yang lalu. Epok ini ditandai dengan kemunculan kera di Asia dan Eropa. Selain itu juga muncul jenis-jenis binatang yang lain, misalnya kelelawar, monyet dan beruang primitif.
e. Epok Pliosen (12,5 juta tahun). Epok ini dimulai 14 juta tahun yang lalu. Epok ini ditandai oleh kemiripan kehidupan laut dengan yang ada pada saat sekarang. Burung dan binatang menyusui mirip dengan burung pada zaman modern dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Pada akhir epok inilah manusia mulai muncul.
2) Periode kuater
Periode kuater dibagi ke dalam dua epok, yaitu Epok Pleistosen dan Holose
a. Epok Pleistosen
Epok Pleistosen dimulai 1,75 juta tahun yang lalu. Epok ini ditandai dengan munculnya manusia purba (Homo erectus atau Pithecanthropus erectus). Mamoot, badak berbulu, dan banyak binatang lain berkembang, tetapi musnah menjelang akhir epok ini karena kedinginan. Pada epok ini sebagian besar Eropa, Amerika Utara. dan Asia bagian utara tertutup es, tidak terkecuali Pegunungan Alpen. Cherpatia, dan Himalaya. Namun, meskipun tertutup es masih banyak gunung berapi yang meletus.
b. Epok Holosen
Epok Holosen dimulai 10 ribu tahun yang lalu. Epok ini ditandai dengan berkembangnya manusia modern dan bentuk primitifnya. Manusia mulai memiliki peradaban. Manusia mulai memanfaatkan tenaga angin dan air. Kekuatan sungai, gletser, dan ombak mulai mengikis daratan. Pantai dan delta mulai terbentuk. Gletser zaman es meleleh dan membentuk danau-danau.
B. Sejarah Perkembangan Muka Bumi (Pangea, Gondwana)
Menurut para pakar ilmu bumi, sekitar 200 juta tahun yang lalu di planet bumi hanya ada satu benua yang sangat besar, yang disebut Benua Pangea. Karena adanya tenaga tektonik secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama, Benua Pangea tersebut terpisah menjadi Benua Laurasia di belahan bumi utara, dan Benua Gondwana di belahan bumi selatan. Kedua benua ini dipisahkan oleh sebuah lautan yang disebut Laut Tethys. Selanjutnya Benua Gondwana ini mengalami penurunan sehingga ke bawah permukaan air laut dan menjadi dasar Samudra Hindia. Proses seperti ini disebut proses epirogenesa.
Teori tentang pergeseran benua-benua atau teori apungan benua dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener. Adapun yang mendasari teori Wegener adalah sebagai beikut:
1. Adanya persamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur Benua Amerika Utara dan Amerika Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Benua Afrika. Menurut teori ini kedua benua tersebut adalah daratan yang berimpitan. Hal ini juga bisa dapat dibuktikan dengan kondisi geologi di bagian-bagian tertentu di antara kedua wilayah tersebut. Formasi geologi di sepanjang pantai barat Sierra Leone sampai Tanjung Afrika Selatan, sama dengan apa yang ada di Pantai Timur Amerika, dan Peru. sampai Bahia Blanca.
2. Daerah Greenland saat ini mengalami pergerakan yang semakin menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan kurang lebih 36 meter pertahun. Demikian pula Kepulauan Madagaskar bergerak menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 meter per tahun. Menurut Wegener, benua-benua yang ada sekarang ini, dulu merupakan satu Benua Pangea. Bukti-bukti adanya pergerakan Benua Pangea, adalah sebagai berikut:
a) Bentangan-bentangan samudera dan benua-benua yang mengapung sendiri-sendiri. Menurut penelitian, lempeng-lempeng benua dan lempeng samudra mengapung pada suatu lapisan yang agak cair sehingga lempeng-lempeng tersebut mudah mengalami pergeseran. Akan tetapi pergeseran yang terjadi memerlukan waktu yang relatif lama, bisa ribuan bahkan jutaan tahun.
b) Samudra Atlantik menjadi semakin luas karena Benua Amerika masih terus bergerak ke arah barat, semakin menjauh dari Benua Afrika. Sehingga terjadi lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara-selatan, yang terdapat di sepanjang pantai Amerika Utara bagian selatan. Hal ini bisa dilihat adanya rangkaian Pegunungan Rocky, rangkaian Pegunungan Sierra Madre, terus ke Arab Selatan (Amerika Latin) yaitu rangkaian Pegunungan Cordileras de Losandes (Pegunungan Andes).
c) Adanya kegiatan seismik (gempa bumi) yang luar biasa di sepanjang pantai barat Amerika Serikat. Hal ini bisa terjadi akibat pergerakan Benua Amerika ke arah barat menyebabkan tumbukan-tumbukan lempeng yang menimbulkan getaran gempa dan menghasilkan pegunungan lipatan sepanjang pantai barat Benua Amerika.
d) Batas Samudra Hindia makin mendesak ke utara. Anak benua yang semula diduga agak panjang, tetapi gerakannya ke utara. Maka India makin menyempit dan makin mendekati Benua Eurasia. Proses ini juga menimbulkan terjadinya Pegunungan Himalaya. Proses pergerakan lempeng Samudra Hindia masih terus berlangsung sehingga rangkaian Pegunungan Himalaya terus terangkat naik akibat adanya tumbukan lempeng Samudra Hindia dengan lempeng Benua Asia Eropa.
Proses pemisahan kedua benua ini dapat dilihat dengan beberapa bukti antara pantai barat Benua Afrika dengan pantai timur Benua Amerika, sebagai berikut:
1) Terdapat persamaan jenis batuan di pantai barat Benua Afrika dengan pantai timur Benua Amerika.
2) Adanya persamaan beberapa jenis tumbuh-tumbuhan
3) Persamaan beberapa jenis hewan.
4) Terdapat tanggul dasar samudra di tengah Samudra Atlantik yang memisahkan kedua benua tersebut.
Teori lain yang dikemukakan oleh Decrates adalah teori kontraksi. Bumi kita semakin lama semakin susut karena pendinginan. Pengerutan inilah yang mengakibatkan terjadinya gunung-gunung dan lembah-lembah. Teori ini kemudian dilanjutkan oleh Sues. Persamaan geologi yang terdapat di Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika disebabkan oleh bersatunya daratan-daratan tersebut yang pada awalnya merupakan satu benua yang disebut Benua Gondwana. Benua itu sekarang tinggal sisa-sisanya saja karena bagian lain sudah tenggelam di samudra.
C. Karakteristik Pelapisan Bumi
Bumi tersusun dan lapisan-lapisan, yang setiap lapisan memiliki ciri yang berbeda dengan lapisan lainnya. Sebagai contoh lapisan yang paling luar yang terdiri atas unsur-unsur silisium (Si) dan aluminium (Al), kemudian pada lapisan berikutnya terdiri atas silisium (Si) dan magnesium (Ma). Semakin ke dalam lagi dijumpai lapisan yang banyak mengandung unsur persenyawaan logam sulfida. Sedangkan pada lapisan paling dalam atau inti bumi mengandung besi (Fe) dan nikel (Ni). Ketebalan masing-masing lapisan dapat diketahui dengan perambatan gelombang gempa, karena gelombang gempa dibiaskan oleh lapisan-lapisan tadi sesuai dengan kecepatan gelombang pada lapisan tersebut.
Ketebalan masing-masing lapisan tidak merata. Berikut ini adalah lapisan-lapisan yang merupakan penyusun bumi.
1. Litosfer yaitu lapisan yang berada paling luar bumi dengan ketebalan kira-kira 1.200 km. Berat jenisnya rata-rata 2,8 gr/cm3. Litosfer atau kulit bumi terdiri atas dua lapisan, sebagai berikut:
a. Lapisan Sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun dari logam silisium dan aluminium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan AL2O3. Pada lapisan ini terdapat batuan sedimen, granit, andesit, jenis-jenis batuan metamorf dan batuan lain yang terdapat di daratan. Lapisan ini sering juga disebut kerak bumi yang bersifat padat dan kaku dengan ketebalan kira-kira 35 km, yang dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:
Ø Kerak benua merupakan lapisan padat yang terdiri atas batuan beku dan granit pada bagian atasnya dan batuan beku basal pada bagian bawahnya. Kerak ini menempati sebagian benua.
Ø Kerak samudra merupakan lapisan padat yang terdiri atas endapan laut pada bagian atas, sedangkan di bagian bawahnya berupa batuan-batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku gabro dan peridotik. Kerak ini menempati sebagian samudra.
b. Lapisan Sima yaitu lapisan kulit bumi yang disusun oleh logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO. Lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium, yaitu ferromagnesium dan batuan kalsit. Lapisan sima merupakan bahan yang bersifat elastik dan mempunyai ketebalan rata-rata 65 km.
2. Asthenosfer atau mantel (lapisan pengantara) yaitu lapisan yang terdapat di atas lapisan nife setebal kira-kira 1.700 km. Berat jenisnya rata-rata 5 gr/cm2. Pada lapisan ini merupakan bahan cair dan pijar.
3. Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan mife (nikel dan forum) jari-jarinya kurang 3.470 km dan luasnya kurang lebih 2.900 km dibawah permukaan bumi.
D. Teori Pergerakan Lempeng
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng.
Menurut teori ini kerak bumi (litosfer) dapat diasumsikan sebagai suatu sakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es yang mengapung di atas air laut. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudra yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudra sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak sarnudra. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudra atau keduanya. Ares konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng.
Dalam teori tersebut dijelaskan beberapa analisis antara lain sebagai berikut:
1) Adanya persamaan formasi geologi antara pantai timur Benua Amerika dengan pantai barat Eropa dan Afrika. Hal tersebut membuktikan bahwa formasi geologi di pantai barat Afrika lama dengan pantai timur Amerika.
2) Adanya gerakan Pulau Greenland menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan 36 meter setiap tahun. Sedangkan pulau Madagaskar menjauhi Afrika Selatan sejauh 9 meter/tahun.
Menurut Alfred Wegener, benua-benua yang ada sekarang ini dahulunya membentuk satu benua. Karena adanya gerakan benua besar di selatan ke arah barat maupun utara maka terjadilah hal-hal berikut:
Ø Samudra dan benua-benua mengapung sendiri-sendiri.
Ø Samudra Atlantik, semakin luas karena Benua Amerika bergerak ke arah barat.
Adanya kegiatan gempa yang besar di sepanjang patahan St Andreas, dekat pantai barat Amerika Serikat. Pada tahun 1929 Alfred Wegener meninggal dalam salju di Pulau Greenland, pada saat mengadakan penelitian untuk membuktikan kebenaran teorinya.
Pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan membentuk zona sudaksi dan menimbulkan gaga yang bekerja, baik horizontal maupun vertikal, yang akan membentuk pegunungan lipatan, jalur gunung api/magmatik, persesaran batuan, dan jalur gempa bumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti palung (parit), cekungan busur muka, cekungan antara gunung dan cekungan busur belakang. Pada jalur gunung api/magmatik biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak dan tembaga, sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit. Setiap wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur maupun kegempaannya.
Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan masuk ke bawah yang lain. Daerah basil tumbukan tersebut membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Di belakang daerah tersebut akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunung api serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Lurasia menghasilkan jalur masuk di selatan Palau Jawa dan jalur gunung api Sumatra, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti cekungan Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Sumatra Selatan dan cekungan Jawa Utara.
Pergerakan lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi dan akhimya terjadi pengeluaran material baru dan mantel membentuk jalur magmatik atau gunungan. Contoh pembentukan gunung api di Pematang Tengah Samudra di Lautan Pasifik dan Benua Afrika.
Pergerakan saling berpapasan dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar San Andreas di Amerika. Litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12 lempeng. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer itu mempunyai ukuran yang besar di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar) dan berukuran kecil pada arah vertikal. Lempeng-lempeng bergerak (tektonik) dengan arah mendatar.
Akibat pergeseran arah yang tidak sama, terjadi tiga jenis batas antara lempeng-lempeng itu, yaitu dua lempeng saling menjauh (divergent-bondary), dua lempeng saling bertumbukan (subduction bondary), dan dua lempeng saling berpapasan (transform fault)
1) Dua Lempeng Saling Menjauh (Divergent-Plate Boundaries)
Peristiwa ini dapat terjadi pada suatu lempeng yang sedang pecah. Contoh perbatasan divergent di lempeng samudera adalah punggungan samudera dan perbatasan divergent di lempeng benua adalah Lembah Retak Besar Afrika.
Di daerah dua lempeng yang saling menjauh terdapat beberapa fenomena sebagai berikut:
a) Perenggangan lempeng yang membentuk celah memanjang.
b) Pembentukan pegunungan dasar samudra (mid ocean ridge) di sepanjang tempat perenggangan lempeng-lempeng tersebut.
c) Aktivitas vulkanisme laut dalam menghasilkan lava basalt berstruktur bantal yang dinamakan lava bantal serta hamparan leleran lava (plato lava)
d) Aktivitas gempa.
2) Dua Lempeng Saling Menumbuk (Subduction)
Di daerah pertumbukan dua lempeng terjadi beberapa fenomena sebagai berikut:
a) Lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua,
b) Terbentuk palung laut di tempat tumbukan,
c) Pembengkakan tepi pada lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan.
d) Terjadi aktivitas vulkanisme, intrusi, dan ektrusi,
e) Merupakan daerah hiposenter gempa dangkal dan dalam,
f) Terjadi dislokasi pada lempeng benua yang getarannya disebut gempa,
g) Timbunan sedimen campuran.
Di tempat ini terbentuk Palung-Palung laut, yaitu dasar laut yang dalam dan memanjang. Contoh Palung, antara lain Palung Laut Aleut, Palung Jepang, Palung Guam, dan Palung Mindanao. Pulau Jawa di sebelah selatan, merupakan tempat pertemuan antar lempeng dasar Samudra Hindia dengan lempeng Benua Asia.
Pegunungan di pantai barat Amerika, deretan Pulau Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara adalah akibat dari pembengkakan lempeng benua. Di sepanjang pegunungan dan pulau-pulau itu bermunculan gunung berapi.
Di dasar Palung terjadi kerusakan lempeng benua akibat dislokasi. Selain itu, terjadi Pula pengendapan batuan yang berasal dari laut dalam ataupun dan darat. Endapan campuran tersebut dinamakan batuan bancub atau melange. Bongkahan lempeng benua yang hancur akibat pergesekan akan menambah campuran bancub.
3) Dua Lempeng Saling Berpapasan atau Pergeseran Mendatar (Transform Fault)
Di daerah seperti itu terdapat aktivitas vulkanisme yang lemah disertai gempa yang tidak kuat. Gejala Pergeseran itu tampak pada tanggul dasar samudera yang tidak berhubungan, tetapi terputus-putus akibat pergeseran mendatar tersebut.
Di suatu daerah ditemukan sebuah singkapan kerak bumi. Hal ini disebabkan daerah itu terkikis oleh sungai atau sengaja digali dengan menerobos pegunungan untuk membuat jalan raya. Di dalam singkapan itu tampak lapisan kerak bumi bergelombang, ada bagian yang naik ataupun yang turun. Gejala seperti itu disebut lipatan.
Setelah mengalami pengikisan, sebuah antiklin dapat menjadi puncak pegunungan yang berderet memanjang. Pada sebuah kasus antiklin dapat menjadi lembah, sedangkan sinklin berubah menjadi puncak pegunungan. Gejala seperti ini dinamakan pembalikan topografi. Pembalikan topografi terjadi akibat bagian puncak lipatan yang terdiri atas batuan yang mudah dierosikan. Sementara itu, batuan pada sinidin lebih tahan terhadap, erosi sehingga bertahan menjadi puncak pegunungan. Contoh pegunungan lipatan ialah pegunungan Mediterania dan Sirkum Pasifik.
Sebuah lipatan besar sering mengalami pelipatan lagi sehingga sinklin ataupun antiklinnya bergelombang. Hal-hal seperti ini dinamakan sinklinorium dan antildinorium. Contohnya, di sebelah utana Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat.
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
1. Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua
2. Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
3. Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
4. Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
5. Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua
6. Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
7. Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera
8. Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
E. Persebaran Gempa di Indonesia
Kerak bumi terbagi menjadi lempengan-lempengan. Ada lempengan yang besar dan ada yang kecil. Di antara lempengan-lempengan itu terdapat retakan-retakan besar. Lempengan-lempengan itu bergerak perlahan-lahan dengan kecepatan 3-13 cm/tahun. Di beberapa tempat, lempengan-lempengan tersebut bergerak saling menjauh, mendekat, dan bertumbukan. Di antara Australia dan Antartika terdapat pematang tengah samudra. Pematang ini melebar sebesar 6 sampai 7,5 cm per tahun. Pelebaran dasar samudera ini mendorong lempengan India-Australia ke arah utara sehingga bertumbukan dengan lempengan Eurasia. Tumbukan ini dimulai sekitar 25 juta tahun yang lalu dan terus berlanjut hingga sekarang.
Indonesia tergolong salah satu wilayah paling aktif tingkat kegempaan di muka bumi ini. Pusat-pusat gempa besar yang berkekuatan lebih dan 8 skala Richter terutama dijumpai di sepanjang penyusupan lempeng atau sepanjang sesar geser mendatar dan wilayah dengan gejala-gejala kompresi.
Gempa di Indonesia kurang lebih terjadi rata-rata 500 kali tiap tahun. Gempa-gempa ini tidak bisa dilepaskan. Baja dan proses-proses tumbukan antar lempeng (lempeng samudera dan lempeng benua), yaitu subduction. Pusat-pusat gempa tektonik (episentrum) di Indonesia kebanyakan terdapat di daerah-daerah trench (penunjaman) yang letaknya di dasar laut.
Lempengan India-Australia didorong ke bawah lempeng Eurasia. Tumbukan ini disebut subduksi Tumbukan kedua lempengan tersebut membentuk Pegunungan Himalaya, yakni busur gunung berapi di Indonesia, parit Sunda dan Jawa, serta Tanah Tinggi Nugini. Australia bagian utara telah didorong ke bawah sehingga membentuk Teluk Carpentaria dan Laut Timur serta Laut Arafuru. Ketika pinggiran lempengan Hindia-Australia bertumbukan dengan lempengan Eurasia, lempengan tersebut menunjam (subduksi) ke dalam bumi. Suhu yang sangat tinggi telah melelehkan sedimen laut asal daerah yang menempel di atasnya sehingga menghasilkan magma. Meskipun di Indonesia termasuk daerah dengan gempa-gempa besar, tetapi gempa-gempa tersebut tidak bersifat merusak dengan Skala berat. Di Indonesia gempa besar dan kecil banyak terjadi di bagian timur sepanjang jalur pertemuan lempeng Jawa-Banda dan sesar mendatar Papua dan daerah Maluku
F. Persebaran Gunung Api di Indonesia
Busur gunung-gunung api Indonesia rata-rata terbentuk dengan cara seperti ini. Gempa bumi umumnya terjadi di kawasan ini karena lempengan benua. Gunung-gunung berapi yang terbentuk dengan cara ini disebut gunung api andesit. Lava yang dikeluarkan membentuk bebatuan yang disebut andesit. Gunung berapi andesit sifatnya mudah meletus.
Di Indonesia terdapat 400 gunung berapi, tetapi yang masih aktif kira-kira 80 buah. Gunung-gunung tersebut digolongkan atas tiga barisan sebagai berikut:
1. Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan sekitar Laut Banda;
2. Halmahera dan pulau-pulau sebelah baratnya;
3. Sulawesi Utara, Sangihe, dan Mindanao.
Ada tiga sistem pokok persebaran pegunungan yang bertemu di Indonesia, yaitu sistem Sirkum Australia, sistem busur tepi Asia, dan sistem Sunda.
- Sistem Sirkum Australia
Sistem ini berasal dan Selandia Baru melalui Kaledonia Baru ke Irian (Papua). Bagian utara sistem pegunungan ini bercabang dua sebagai berikut.
1) Dari Kepulauan Bismarck melalui pegunungan tepi utara Papua sampai ke kepala burung menuju Halmahera.
2) Dari ekor Pulau Irian (Papua) melalui bagian tengah sampai ke prgunungan Charleslois di sebelah barat.
- Sistem Busur Tepi Asia
Sistem ini dimulai dari Kamsyatku melalui Jepang, Filipina, Kalimantan, dan Sulawesi. Di Filipina busur tepi Asia bercabang menjadi tiga, yaitu:
1) Cabang pertama, dimulai dari Pulau Luzon melalui Pulau Samar ke Mindanao dan Kepulauan Sulu ke Kalirnantan Utara.
2) Cabang kedua, dimulai dari pulau Samar ke Mindanao dan Sangihe ke Sulawesi.
3) Cabang ketiga, dimulai dari Pulau Luzon melalui Pulau Palawan ke Kalimantan Utara
- Sistem Sunda
Sistem ini dimulai dari Arakan Yoma di Myanmar sampai ke Kepulauan Banda di Maluku. Panjangnya 7.000 km dan terdiri atas lima busur
1) Busur Banda berpusat di Banda.
2) Busur Kepulauan Nusa Tenggara berpusat di Flores.
3) Busur Andaman Nicobar berpusat di Mergui.
4) Busur Arakan Yoma berpusat di Shan (Myanmar).
5) Busur Sumatra - Jawa, berpusat di Anambas.
Sistem Sunda terbagi atas dua busur, yaitu busur dalam vulkanis dan busur luar tidak vulkanis yang terletak di bawah permukaan laut.
Ketiga sistem pegunungän ini bertemu di sekitar Kepulauan Sulu dan Banggai. Indonesia adalah daerah pertemuan rangkaian Mediterania dan rangkaian Sirkum Pasifik dengan proses pembentukan pegunungan yang masih berlangsung. Oleh sebab itu, di Indonesia banyak terjadi gempa bumi.
Demikianlah Artikel Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah)
Sekianlah artikel Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah) dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/07/sejarah-pembentukan-bumi-contoh-makalah.html
Sejarah Pembentukan Bumi (Contoh Makalah)