, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Perencanaan, karakteristik, alat, standar dan kriteria, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Evaluasi merupakan proses untuk menentukan sesuatu berdasarkan objek untuk mencapai criteria, dengan evaluasi kita bisa mendapatkan informasi yang akurat, mengenai efektifitas pembelajaran kepada siswa dan juga untuk mengetahui kesulitan belajar megnajar pada siswa. Evaluasi pendidikan juga merupakan kegian pengendalian penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap beberapa komponen pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab penyelenggara pendidikan. Evaluasi mempunyai criteria tau standar, perencanaan dan juga alat, oleh karena itu, di dalam makalah ini akan diuraikan sedikit tentang criteria atau standar, perencanaan dan juga alat.
B. Tujuan Penulisan
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis mempunyai beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
- Ditinjau sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah evaluasi pembelajaran
- Makalah ini disusun agar kita lebih memahami dan mengerti tentang criteria atau standar evaluasi, perencanaan evaluasi dan juga alat evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kriteria/Standar Evaluasi
Istilah Kriteria dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata Tolok ukur atau Standar. Dari nama-nama yang digunakan tersebut dapat segera dipahami bahwa criteria, tolok ukur atau standar adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur. Criteria tau standar dapat disamakan dengan Takaran. Tentang batas yang ditunjuk oleh criteria. Sebagian orang mengatakan bahwa tolok ukur adalah batas atas, Artinya batas maksimal yang harus dicapai.
Sementara sebagian orang lainnya mengatakan bahwa tolok ukur atau criteria adalah batas bawah yaitu batas minimal yang harus dicapai. Dapat disimpulkan bahwa criteria tau tolok ukur bersifat jamak karena menunjukkan batas atas dan batas bawah. Sekaligus batas-batas diantaranya. Dengan demikian criteria menunjukkan gradasi atau tingkatan. Dan ditunjukkan dalam bentuk kata keadaan atau predikat.
Permasalahan di dalam criteria evaluasi program adalah aturan tentang bagaimana menentukan peringkat-peringkat kondisi sesuatu atau rentangan-rentangan nilai agar data yang dinilai dapat dipahami oleh orng lain dan bermakna bagi pengambil keputusan dalam rangka mengambil keputusan lebih lanjut. Jika evaluator tidak berniat membuat kriteri khusus. Sebaiknya mengambil criteria yang sudah lazim digunakan dan dikenal oleh umum. Misalnya skala 1-10 atau skala 1-100. jika criteria untuk prestasi belajar menggunakan sepuluh jenjang penilaian, yaitu 1 sampai dengan 10 atau 1 sampai dengan 100 (meskipun tidak semua digunakan secara rutin), untuk nilai dalam evaluasi program pada umumnya menggunakan kriteri atau tolok ukur lima jenjang. Namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan tiga jenjang atau tujuh jenjang.
B. Perencanaan Evaluasi
1. Analisis Kebutuhan
Didalam system pendidikan, prestasi belajar siswa merupakan tujuan. Sedangkan pendidikan sendiri merupakan Alat, seperangkat proses dan cara-cara membantu siswa untuk memiliki kemampuan agar dapat mempertahankan kehidupan sendiri serta mempunyai peran terhadap masyarakat sekitar bahkan jika mungkin umat sedunia. Setelah mereka menyelesaikan masalahnya (Kaufman, 1972).
Demi
pencapaian semua peralatan dan media yang ada di sekolah harus digunakan dengan maksimal, dan semua sumber belajar harus benar-benar dimanfaatkan, serta segala upaya yang dikerahkan untuk membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi hasilnya.
Analisis kebutuhan adlaah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Yang dimaksud perubahan disini bukanlah perubahan yang radikal dan tidak berdasar, tetapi perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional, perubahan fungsional yang dapat memnuhi kebutuhan warganegara, kelompok, dan individu. Dalam memberikan uraian tentang analisis kebutuhan ini Kaufman dan English menjelaskannya melalui deskripsi perbandingan antara upaya pemecahan masalah secara tradisional dengan cara yang inovatif, yaitu menggambarkan proses penyusunan rencana pembelajaran dalam sebuah diagram atau bagan proses yang menunjukkan letak analisis kebutuhan.
Tiga langkah penting yang dilakukan guru inovatif dalam menyiapkan rencana pembelajaran memasukkan unsure analisis kebutuhan yang disisipkan antara pemilihan materi dengan pemilihan strategi pembelajaran, yaitu:
a. Ketika diserahi tugas mengajar dan akan mulai melaksanakan tugas, maka seorang guru harus memusatkan perhatian, kearah pencapaian tujuan lalu memperhatikan materi yang menunjang tujuan.
b. Setelah terpilih materi yang akan diterapkan, guru menelaah kembali materi terpilih tersebut, untuk dicocokkan untuk kebutuhan siswa.
c. Setelah guru yakin betul bahwa materi yang dipilih sudah memnuhi kebutuhan siswa yang akan belajar, lalu menentukan strategi yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut.
Apabila rencana pembelajaran tidak dibuat dengan baik, dapat diibaratkan seseorang akan berpergian kurang memahami arah dan liku-liku jalan yang akan sampai ditempat dan ketika sudah sampai pun tidak yakin benar apakah sudah tiba ditempat atau belum.
2. Menyusun Proposal Evaluasi
Perlu ditegaskan kembali bahwa pada dasarnya evaluasi program tidak lain adalah penelitian, tetapi memiliki cirri khusus. Sebetulnya proposal itu sendiri terdiri dari berbagai bagian, secara garis besar isi laporan, hanya dua bagian besar (yang ada dalam proposal) yaitu bagian pendahuluan dan bagian metodologi.
3. Membuat alat atau Instrumen Evaluasi
Dalam setiap penelitian instrument merupakan sesuatu yang mempunyai kedudukan sangat penting, karena instrument akan menentukan kualitas data yang dikumpulkan. Semakin tinggi kualitas instrument, semakin tinggi pula hasil evaluasinya. Dalam buku-buku penelitian selalu disebutkan ada empat persyaratan bagi instrument yang baik, yaitu sebagai berikut:
- Valid atau sahib, yaitu tepat menilai apa yang akan dinilai
- Reliable, dapat dipercaya, bahwa data yang dikumpulkan benar seperti apa adanya, bukan palsu
- Praktibel, yaitu instrument tersebut mudah digunakan, praktis dan tidak rumit
- Ekonomis, yaitu tidak boros dalam mewujudkan dan menggunakan sesuatu di dalam penyusunan, artinya tidak banyak membuang uang, waktu dan tenaga.
Menyusun instrument merupakan pekerjaan yang penting, tetapi memang agak rumit. Itulah sebabnya penyusun dituntut memiliki kemampuan yang memadai seperti yang disyaratkan. Dengan model kemampuan tersebut penyusun akan melangkah dengan pasti, meneliti prosedur yang harus dilalui di dalam menyusun instrument yang tepat bagi para petugas evaluasi program langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi sasaran sebagai objek evaluasi
Komponen sebgai unsure program seringkali tidak mencukupi kebutuhan untuk mengenal kekuatan atau kelemahan program secara keseluruhan. Oleh karena itu, komponen program masih harus dirinci lebih jauh menjadi sub komponen yang biasa dikenal juga dengan istilah “indicator”. Indicator inilah yang menjadi objek sasaran evaluasi. Petunjuk yang digunakan untuk identifikasi indicator adalah:
1. Mulai dari yang sifatnya kuantitatif, baru kualitatif
2. Mulai dari luar, baru mengarah ke dalam. Mulai dari yang umum, baru ke khusus
3. Jika yang diidentifikasi, merupakan proses atau prosedur maka diurutkan dari pemunculannya.
Setelah mengetahui indicator, baru dapat ditentukan apa atau dimana sumber data. Jika sudah diketahui sumber data, baru dapat ditentukan metode pengumpulan data dan istrumennya.
b. Penyusunan kisi-kisi instrument
Dengan membuat kisi-kisi dengan tegas evaluator menunjukkan instrument apa saja yang akan digunakan. Jumlah butir untuk masing-masing instrument dan butir berapa yang ditentukan untuk mengungkap satu data. Di dalam kisi-kisi tidak perlu lagi dicantumkan sumber data dan metode yang digunakan karena instrument untuk metode yang dipilih sudah jelas ditentukan jenisnya.
c. Penyusunan butir-butir instrumen
Hal yang banyak dikeluhkan pada penyusunan instrument oleh peneliti banyak dikeluhkan adalah cara membuat angket. Kesalahan yang umum adalah terhadpa penyimpangan pertanyaan dari indicator yang akan dievaluasi. Untuk menghindari hal ini, penyusun instrument perlu mencoba menjawab sendiri beberapa (atau semua) pertanyaan yang mereka ajukan. Jika jawabannya tidak pas atau melenceng dari maksud pertanyaan, berarti butir tersebut rumusnya salah.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis menyimpulkan bahwa, Istilah Kriteria dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata Tolok ukur atau Standar. Dari nama-nama yang digunakan tersebut dapat segera dipahami bahwa criteria, tolok ukur atau standar adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur. Criteria tau standar dapat disamakan dengan Takaran. Tentang batas yang ditunjuk oleh criteria. Sebagian orang mengatakan bahwa tolok ukur adalah batas atas, Artinya batas maksimal yang harus dicapai.
Analisis kebutuhan adlaah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Yang dimaksud perubahan disini bukanlah perubahan yang radikal dan tidak berdasar, tetapi perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional, perubahan fungsional yang dapat memnuhi kebutuhan warganegara, kelompok, dan individu. Dalam memberikan uraian tentang analisis kebutuhan ini
Perlu ditegaskan kembali bahwa pada dasarnya evaluasi program tidak lain adalah penelitian, tetapi memiliki cirri khusus. Sebetulnya proposal itu sendiri terdiri dari berbagai bagian, secara garis besar isi laporan, hanya dua bagian besar (yang ada dalam proposal) yaitu bagian pendahuluan dan bagian metodologi.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Rineka Cipta. Jakarta. 2008