, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kasab, qadha dan qadar menurut Aswaja, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kasab, Qadha dan Qadar
Definisi ikhtiar adalah melakukan suatu pekerjaan dengan dasar ilmu, kehendak, iradah, dan kodrat; dan sifat ikhtiar muncul dari hubungan antara pelaku dan perbuatan.
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Ny
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”
Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.
Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
B. Kasab/Usaha, Qadha dan Qadar Menurut Ahlussunnah Wal Jama’ah
Salah satu batas pemisah diantara Aqidah Ahlus-Sunnah Wal Jamaah dengan Aqidah-Aqidah yang sesat Jabariyyah, Mu'tazilah dll adalah berhubung dengan Taqdir atau Qadha dan Qadar - ketentuan Allah yang azali.
Walaupun golongan Mu'tazilah dan Jabariyyah telah pupus, namun awas, kerana 'nama' tersebut hanyalah perlambangan. Hakikatnya yang menjadikan mereka sesat adalah pegangan hati iaitu i'tiqad mereka berhubung keTuhanan khususnya didalam perbicaraan ini darihal Qadha dan Qadar. Unsur yang menjadikan mereka sesat adalah sifat mereka.
Dengan demikian sesiapa saja memiliki sifat2 dan i'tiqad mereka, maka tidak syak lagi akan menyimpang dari kebenaran Ahlus Sunnah dan terjatuh kepada kesesatan. Wal Iyazbillah!
Setiap Muslim wajib menghalusi perkara ini agar selamat dunia akhirat. Perhatikanlah baik2, ianya cuma satu garisan halus yang memisahkan Aqidah2 ini.
Pegangan Ahlus-Sunnah Wal Jamaah darihal Taqdir dan usaha ikhtiar :
Sebagai permulaan mari kita melihat beberapa dasar pegangan Ahlus-Sunnah berdasarkan Kalamullah, Hadis Nabi dan perkataan2 Ulama.
Pertama : Allah menetapkan pada azali (sebelum kejadian makhluk) di Luh Mahfuz, segala sesuatu perkara berkenaan makhluknya dari awal sampai akhir.
Firman Allah :
وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِين
Maksudnya: “Dan (ingatlah) tiap-tiap sesuatu Kami catitkan satu persatu dalam Kitab (ibu Suratan) yang jelas nyata”. [Yasin: 12]
Berkata Ibnu Kathir,
(Kami catitkan satu persatu didalam kitab yang jelas nyata) bermaksud segala sesuatu tentang makhluknNya sudah pun tercatit di Luh Mahfuz. Al-Imam Al-Mubin bermaksud sumber segala catitan. Ini lah pendapat Mujahid, Qatadah dan Abdur-Rahman bin Zayd bin Aslam.
Sabda Rasulullah
كتب الله مقادير الخلائق قبل أن يخلق السموات والأرض بخمسين ألف سنة وعرشه على الماء
Maksudnya: “Allah Ta'ala telah menulis taqdir makhluk sebelum Dia mencipta langit-langit dan bumi dalam jarak 50 ribu tahun dan Arasy-Nya berada di atas air”. [Muslim].
Firman Allah Ta’ala
إِنَّ اللَّهَ بَـلِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْراً
Artinya: “Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu. [At-Talaq (65) : 3 ]
Ke 2 : Allah Ta'ala memperlakukan segala segala sesuatu menurut ukuran ketentuan dan kemahuanNya ; dari Ilmu, Kudrat dan IradatNya. Tiada siapa pun boleh mempersoalkan ketentuan dan perlakuannya.
Firman Allah:
وَمَا تَشَآءُونَ إِلاَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَـلَمِينَ
Artinya: “Dan kamu tidak dapat menentukan kemahuan kamu (mengenai sesuatupun), kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan seluruh alam. [At-Takwir (81) : 29]
يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَآءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Artinya: “Allah menentukan pemberian RahmatNya itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya; dan (ingatlah), Allah mempunyai limpah kurnia yang besar.”[Aal-e-Imran (3) : 74 ]
Ke 3 : Hanya Allah Ta'ala yang berkuasa memberi manfaat dan menolak mudarat. Makhluk tidak sedikitpun berkuasa untuk menentukan sesuatu, hanyasanya segala perlaksanaan adalah diatas Kudrat dan IradatNya.
Ibnu 'Abbas berkata: "Sesungguhnya aku berada di belakang Nabi SAW pada suatu hari dan Baginda bersabda: “Wahai pemuda sesungguhnya aku akan mengajar kamu beberapa kalimah (pesanan), iaitu peliharalah Allah (pelihara hak-Nya), nescaya Allah akan memelihara kamu. Peliharalah ALllah (taati perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya), nescaya engkau akan mendapati Dia akan membantumu. Jika kamu hendak meminta sesuatu, mintalah kepada Allah dan jika kamu hendak memohon perlindungan daripada sesuatu, pohonlah perlindungan daripada Allah. Ketahuilah jika seluruh umat berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepada engkau melainkan dengan apa yang telah Allah tetapkan kepadamu. Jika seluruh umat berkumpul untuk memudharatkanmu dengan sesuatu maka tidaklah memberi mudharat mereka itu melainkan dengan apa yang telah Allah tetapkan buat engkau. Telah terangkat kalam-kalam dan telah kering dakwat..”(Sahih Tirmizi)
Ketika Nabi SAW berdoa,: “Wahai tuhan yang membolak-balikkan hati tetapkanlah hati kami dalam agama-MU.” Seterusnya para sahabat bertanya: Adakah hati itu boleh dibolak-balikkan? Lalu Baginda menjawab: Ya, Sesungguhnya hati-hati itu berada di antara jari-jari Allah dan Dia membolak-balikkannya sebagaimana yang dikehendaki-NYA.” –
Ke 4 : Manusia diberi aqal dan usaha ikhtiar untuk berusaha bersungguh-sungguh kepada kebaikan dan keimanan.
Firman Allah:
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: "bahkan sesiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah (mematuhi perintahNya) sedang dia pula berusaha supaya baik amalannya, maka dia akan beroleh pahalanya di sisi Tuhannya dan tidaklah ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita. (Al-Baqarah, 2:12)
Rasulullah SAW bersabda;
“Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang memanfaatkan kamu. Mohonlah bantuan Allah dan janganlah merasa lemah.” (Muslim)
Ke 5 : Allah Ta'ala akan menguji hamba2Nya siapa diantaranya yang terbaik perbuatannya.
Firman Allah:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَـهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّـبِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَـرَكُمْ
Artinya: “Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya orang-orang yang berjuang dari kalangan kamu dan orang-orang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami) dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu”. [Muhammad (47 ; 31 ]
Ke 6: Allah Ta'ala akan mempermudahkan orang2 yang benar2 beriman kepada Nya.
Sayyidina Umar bertanya Nabi SAW:
"Apakah pandanganmu tentang amalan (manusia) yang dilakukan adakah ia sudah ditetapkan sebelumnya atau baru berlaku? Maka dijawab oleh baginda dengan bersabda: Sesungguhnya segala sesuatu telah pun ditetapkan pada setiap perkara. Lalu dibalas oleh Umar: Kalau begitu, adakah kita harus menyerah sahaja? Baginda bersabda: Beramallah wahai anak al-Khattab. Segala sesuatu itu sudah dipermudahkan. Sesiapa yang tergolong di kalangan ahli kebaikan (syurga), maka dia dijadikan beramal dengan amalan ahli syurga dan sesiapa yang tergolong dalam ahli seksa, maka dia dijadikan beramal jahat untuk ke neraka."-( Imam Ahmad)
Sabda Rasulullah SAW:
“Tiada satu jiwa daripada kamu kecuali Allah mengetahui tempatnya di dalam Syurga atau Neraka.” Mereka berkata ‘Waha Rasulullah, jadi kenapa kami perlu beramal? Bukankah lebih baik kami berserah sahaja?’ Jawab Baginda ‘Tidak, sebaliknya beramallah kerana setiap satu dimudahkan untuk apa yang dia dicipta untuknya.’ Kemudian Baginda membaca firman Allah Ta’ala (al-Lail 92:5-10): {Adapun orang yang memberi dan bertaqwa serta mempercayai Syurga maka Kami akan mudahkan untuknya Syurga. Adapun orang yang mendustai dan berpaling serta tidak mempercayai Syurga maka Kami akan mudahkan untuknya keburukan}. (Bukhari)
Dalam satu riwayat lain;
Orang bertanya kepada Rasulullah . ‘Apakah pandangan kamu terhadap ubat yang kami gunakan untuk sembuhkan sakit dan jampi yang kami bacakan, adakah ini akan menolak ketentuan Allah?’ Baginda menjawab ‘Itu semua adalah dalam ketentuan Allah.’ (At-Tarmizi, Ibnu Majah)
Rumusan2 penting:
1. Allah Ta’ala mengatur segala sesuatu menurut KehendakNya serta ukuran yang telah ditentukan bagi mahkluknya.
2. Manusia tidak berhak bercampur dalam urusan taqdir Ilahi.
3. Semua yang telah ditetapkan di azali akan terlaksana pada masa, tempat dan anasirnya - tidak terdahulu dan tidak tekemudian walau sesaat.
4. Segala usaha dan ikhtiar makhluq tidak dapat mengubah Qadha dan Qadar Ilahi. Apabila seseorang berdoa atau berusaha ikhtiar, kemudian Allah Ta'ala memberikan kebaikan atau ni'mat menurut permintaan hamba tersebut, maka hal yang demikian sudah pun tertulis pada azali. iaitu Allah Ta'ala telah mentaqdirkannya untuk berdoa dan Dia mempermudahkan atau menjadikan seseorang berusaha ikhtiar ke arah tersebut.
5. Manusia hanya diperintah melaksanakan perintah Allah sekuat kemampuannya.
6. Pilihan Allah adalah pilihan terbaik bagi hamba2Nya. Maka setiap orang beriman diperintah bersangka baik dengan Tuhannya.
7. Setiap manusia akan diuji dengan berbagai penderitaan dan kesusahan untuk melihat siapa yang benar2 beriman dan berserah diri kepada Allah.
8. Sesungguhnya manusia tiada daya dan upaya sedkitpun kecuali apa-apa yang dianugerahkan oleh Allah!
9. Manusia dilarang menyerahkan kepada Allah Ta'ala semata2 tanpa berusaha dengan alasan semuanya sudah ditetapkan, kerana tiada siapa tahu apa yang ditentukan baginya. Bahkan perbuatan ini berlawanan dengan perintah Allah supaya manusia bersungguh pada JalanNya.
10. Sesiapa yang diberikan kurnia Allah pada kebaikan, wajib dia mengakui segala kejayaannya adalah anugerah Allah padanya bukan sebab usaha ikhtiarnya, bukan sebab doanya atau kepandaiannya lalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya mereka2 yang menemui kegagalan hendaklah mengakui kelemahan dan kekurangan dirinya. Dia hendaklah tetap sabar serta membaiki dirinya.
11. Hamba2 Allah yang berjaya adalah mereka yang melepasi semua ujian Allah Ta’ala serta mendapat keredhaan Allah Ta’ala.
BAB II
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Salah satu batas pemisah diantara Aqidah Ahlus-Sunnah Wal Jamaah dengan Aqidah-Aqidah yang sesat Jabariyyah, Mu'tazilah dll adalah berhubung dengan Taqdir atau Qadha dan Qadar - ketentuan Allah yang azali.
Beberapa hal yang penting untuk kita tahu antara lain ialah:
1. Allah Ta’ala mengatur segala sesuatu menurut KehendakNya serta ukuran yang telah ditentukan bagi mahkluknya.
2. Manusia tidak berhak bercampur dalam urusan taqdir Ilahi.
3. Semua yang telah ditetapkan di azali akan terlaksana pada masa, tempat dan anasirnya - tidak terdahulu dan tidak tekemudian walau sesaat.
4. Segala usaha dan ikhtiar makhluq tidak dapat mengubah Qadha dan Qadar Ilahi. Apabila seseorang berdoa atau berusaha ikhtiar, kemudian Allah Ta'ala memberikan kebaikan atau ni'mat menurut permintaan hamba tersebut, maka hal yang demikian sudah pun tertulis pada azali. iaitu Allah Ta'ala telah mentaqdirkannya untuk berdoa dan Dia mempermudahkan atau menjadikan seseorang berusaha ikhtiar ke arah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir Ibnu Kathir
Futuhul Ghaib
Al-Hikam Ibnu Atho' Illah
Ihya Ulumuddin
http://kerjayahalal.blogspot.com