, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul keterampilan konseling dan langkah-langkah serta teknik konseling, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga kepada para pelajar.
Seperti kita telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah/ problem yang dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya. Dengan melihat pengertian disamping bahwa tidak dapat kita kesampingkan bahwa kode etik juga penting bagi seorang pembimbing, sehingga konselor tidak akan berjalan seenaknya saja.
Oleh sebab itu maka penulis akan membahas mengenai keterampilan, tehnik-tehnik bimbingan dan konseling, serta langkah-langkah umum pelayanan BK di sekolah dan madrasah agar bisa menambah pengetahuan mendalam mengenai bimbingan dan konseling pada anak didik sehingga akan menjadi pencerahan tersendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan-Keterampilan Konseling
1. Keterampilan Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Adapun manfaat perilaku attending yang baik yaitu dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2. Keterampilan Observasi
Keterampilan yang paling penting yang dihasilkan atau yang diperlakukan oleh “attending” secara pribadi adalah keterampilan mengobservasi. Mengobservasi adalah sumber dari belajar konselor tentang klien. Konselor belajar sesuatu tentang orang atau klien melalui observasi terhadapnya.
Carkhuff (1983) menyatakan bahwa yang hendaknya diobservasikan konselor adalah dimensi fisik klien, dimensi emosional klien, dan dimensi intelektual klien.
a. Mengobservasikan dimensi fisik klien
b. Mengobservasikan dimensi emosional
c. Mengobservasikan dimensi intelek.
3. Keterampilan Mendegarkan
Ekspresi verbal adalah sumber input yang paling sering digunakan dalam proses konseling. Apa-apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya adalah merupakan tentang cara klien melihat dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.
4. Keterampilan Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu:
1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.
2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien krena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
5. Keterampilan Refleksi Perasaan
Refleksi adalah teknik untuk menentukan kembali kepada Klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
a. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien.
b. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien.
c. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien.
6. Keterampilan Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman Klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak Klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memugkinkan Klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
a. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan Klien yang tersimpan.
b. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat Klien.
c. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman Klien.
7. Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing)
Menangkap pesan (paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapkan Klien dengan teliti mendengarkan pesan utama Klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons Klien terhadap Konselor.
Tujuan paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada Klien bahwa Konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan Klien; (2) mengendapkan apa yang dikemukakan Klien dalam bentuk ringkasan; (3) memberi arah wawancara Konselornseling; dan (4) pengecekan kembali persepsi Konselor tentang apa yang dikemukakan Klien.
8. Keterampilan Pertanyaan Terbuka (Opened Question) dan Pertanyaan tertutup (Closed Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing Klien agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakakan teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakann kata tanya mengapa tau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan Klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya . oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
9. Keterampilan Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh.., ya.., lalu.., terus…, dan…
10. Keterampilan Interpretasi
Interpretasi yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
11. Keterampilan Mengarahkan (Directing)
Mengarahkan yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
12. Keterampilan Menyimpulkan sementara (Summarizing)
Summarizing yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk: (1) memberikan kesempatan kepada Klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada wawancara konseling.
13. Keterampilan Memimpin (Leading)
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang, seorang konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai tujuan. Keterampilan memimpin bertujuan agar Klien tidak menyimpang dari fokus pembicaraan dan juga agar arah pembicaraan lurus kepada tujuan Konseling.
14. Keterampilan Fokus
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Fokus membantu klien untuk memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Ada beberapa fokus yang dapat dilakukan seorang Konselor yaitu:
1. Fokus pada diri klien
2. Fokus pada orang lain
3. Fokus pada topic
4. Fokus mengenai budaya
15. Keterampilan Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan sebagainya. Adapun tujuan teknik ini adalah untuk:
a. Mendorong Klien mengadakan penelitian diri secara jujur.
b. Meningkatkan potensi Klien.
c. Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
16. Keterampilan Menjernihkan (Clarifying)
Menjernihkan adalah suatu keterampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak maragukan. Tujuannya adalah mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis dan agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
17. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif.
18. Keterampilan saat Diam
Banyak orang bertanya tentang kedudukan diam dalam kerangka proses konseling. Apakah diam itu teknik konseling? Sebenarnya diam adalah amat penting dengan cara attending. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi akan tetapi tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal diam itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal. Akan tetapi jika konselor menunggu klien yang sedang berpikir mungkin diamnya bisa lebih dari 5 detik. Hal ini tergantung feeling konselor.
Tujuan diam adalah: (1) menanti klien sedang berpikir (2) sebagai protes jika klien ngomong berbelit-belit (3) menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
19. Keterampilan Mengambil inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan teknik ini adalah:
1. Mengambil inisiatif jika Klien kurang bersemangat.
2. Jika Klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan.
3. Jika Klien kehilangan arah pembicaraan.
20. Keterampilan Memberi nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, Konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemadirian klien, harus tercapai.
21. Pemberian informasi
Dalam hal informasi yang diminta klien sama halnya dengan pemberian nasehat. Jika Konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi, jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar Klien tetap mengusahakannya. Misalnya klien menanyakan persyaratan untuk memasuki sekolah penerbang. Karena konselor kurang menguasai informasi itu, sebaiknya klien langsung saja mencari informasi tersebut ke sumbernya seperti Direktorat Penerbangan atau sekolah penerbangan.
22. Keterampilan Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling seorang konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik adalah kerjasama konselor dengan Klien.
23. Keterampilan Menyimpulkan
Pada akhi sesi konseling, konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut:
a. Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai kecemasan.
b. Memantapkan rencana klien.
c. Pokok-pokok yang akan dibicarakan pada sesi berikut. Misalnya konselor berkata kepada klien “Apakah sudah dapat kita buat kesimpulan akhir?”
Proses konseling terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
1. Tahapan awal atau tahap mendefinisikan masalah
2. Tahap pertengahan atau disebut juga tahap kerja
3. Tahap akhir atau tahap perubahan dan tindakan (action).
B. Langkah-langkahKonseling
Dalam proses konseling akan ditempuh beberapa langkah yaitu: menemukan masalah, pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, terapi, dan evaluasi atau follow up.
1. Menentukan Masalah
Menentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien (siswa). Misalnya, seorang siswa sebut saja bernama Putra berdasarkan fenomena dan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh siswa tersebut dapat diidentifikasikan bahwa masalah yang sedang dialaminya adalah: (a) sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin), (b) sering bolos sekolah, (c) sering mengganggu teman dalam belajar (suka usil), (d) sulit berkonsentrasi dalam belajar agama Islam, (e) prestasi belajar terus menurun, (f) merokok secara sembunyi-sembunyi (ketagihan rokok), (g) dikucilkan dari prgaulan teman-teman di sekolah atau madrasah, (h) sering ribut dengan orang tua, terutama ayah, dan lain-lain.
2. Pengumpulan Data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan (data putra). Data siswa yang diumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi: data diri, data orang tua (ayah ibu), data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.
Data diri bisa menyangkut nama lengkap dan nama panggilan atau nama kesayangan, jenis kelamin, anak ke berapa, status anak dalam keluarga (kandung, tiri, angkat), tempat tanggal lahir, agama, hobi atau cita-cita, ciri-ciri tubuh, alamat, dan lain sebagainya. Data orang tua dapat mencakup: nama ayah, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan nama ibu, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan lain-lain. Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain. Data kesehatan dapat mencakup: riwayat penyakit yang sudah pernah diderita, pernah atau tidak dirawat di rumah sakit dan ganngguan kesehatan yang lain yang bisa mempengaruhi fisik dan psikis siswa yang bersangkutan. Data lingkungan dapat mencakup: di mana siswa tinggal, dengan siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh keluarga, dalam lingkungan seperti apa, dan lain sebagainya.
3. Analisis Data
Data-data siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara kualitatif. Misalnya hasil tes belajar Bagus pada setiap mata pelajaran memperoleh nilai lima (5) dan rata-rata di bawah lima. Berdasarkan data tersebut bisa dinyatakan bahwa prestasi belajar Bagus adalah rendah dan seterusnya untuk data yang diperoleh melalui tes. Selanjutnya, data yang diperoleh melalui nontes (misalnya sosiometri) dari 40 orang teman sekelas Bagus hanya lima (5) orang yang suka berteman dengan Bagus. Berdasarkan data tersebut, analisisnya adalah Bagus cenderung tidak disukai teman-temannya (fenomenanya adalah Bagus dikucilkan dari teman-temannya di sekolah) dan seterusnya. Dari analisis data akan diketahui siapa Bagus? Dan apa sesungguhnya masalah yang dialami Bagus?
4. Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar belakang masalah atau faktor – faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (klien). Pada contoh diatas adalah pembimbing mencari faktor – faktor penyebab timbulnya masalah pada putra, yakni faktor-faktor penyebab prestasi belajar putra yang rendah dan dikucilkan dari pergaulan oleh teman-teman disekolah dan madrasah.
5. Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (dalam contoh diatas adalah masalah pada putra) selanjutnya pembibimbing menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan diambil. Jenis bantuan apa yang bisa diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oeh siswa (putra). Berdasarkan masalah putra di atas, bisa diberikan bimbingan belajar misalnya pelajaran remidial, les tambahan, dll yang sesuai dengan bimbingan belajar atau bimbingan sosial yang tujuanya agar putra memperoleh penyesuaian sosial dengan teman-temanya di sekolah dan madrasah.
6. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan, selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang ditetapkan. Dalm contoh di atas, pembimbing melksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang telah ditetapkan untuk memecahkan masalah Bagus.
7. Evaluasi atau Follow Up
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan memperoleh hasil atau tidak. Dalam contoh diatas apakah pelaksanaan pemberian bimbingan belajar dan sosial kepeda putra telah memberikanhasil dimana prestasi belajar putra meningkat atau perilaku putra berubah sehingga mulai disenangi oleh teman-temanya atau belu. Apabila sudah memberikan hasil, apa langkah-langkah selanjutnya yang perlu di ambil? Begitu juga selanjutya apabila belum berhasil.
C. Teknik-teknikKonseling
Yang dimaksud dengan teknik-teknik konseling yaitu cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang konselor dalam proses konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai social, budaya, dan agama.
Bagi seorang konselor menguasai teknik-teknik konseling merupakan suatu kunci keberhasilan untuk mecapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespons klien secara baik dan benar sesuai keadaan klien saat itu. Respons konselor berupa pertanyaan-pertanyaan verbal dan nonverbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.
Sebagai suatu proses, implementasi teknik-teknik konseling akan melaui beberapa tahap-tahap kegiatan berupa:
1. Persiapan Konseling
Pada tahap ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor untuk memulai proses konseling yaitu: membentuk kesiapan untuk konseling, memperoleh riwayat kasus, dan evaluasi psikodiagnostik.
a. Kesiapan untuk Konseling
Kesiapan konseling ditujukan kepada konselor maupun kliennya.setiap aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Untuk dapat melakukan konseling secara efektif dan agar konseling berhasil dan berdaya guna, maka konselor harus melakukan persiapan. Begitu juga klien harus siap mengikuti konseling agar dapat berpartisipasi aktif sesuai tuntutan konselor.
b. Riwayat Kasus
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa yang lalu. Secara sederhana riwayat kasus bias dikatakan melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dialami klien.
c. Evaluasi Psikodiagnostik
Psikodiagnosis dapat dilakukan melalui tes dengan tujuan untuk memperoleh data tentang kepribadian klien melalui sampel tingkah laku dalam situasi yang terstandar. Penggunaan tes psikodiagnosis dalam konseling berfungsi untuk: menyeleksi data yang diperlukan bagi konseling; meramalkan keberhasilan konseling; memperoleh informasi yang lebih terperinci; dan merumuskan diagnostic yang lebih tepat.
2. Teknik-teknik Melakukan Konseling
Proses konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehingga konseling bias berjalan secara effektif dan efisien. Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik dalam konseling.
a. Teknik Rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.
b. Perilaku Attending
Attending merupakan upaya konselor mengahmpiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilakuseperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik harus mengombinasikan ketiga aspek di atas sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Perilaku attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan akrab, serta mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
c. Teknik Structuring
Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien. Structuring ada yang bersifat inplisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh klien dan ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling.
Ada lima macam structuring dalam konseling yaitu: batas-batas waktu baik secara individu maupun seluruh proses konseling; batas-batas tindakan baik konselor maupun klien; batas-batas peranan konselor; batas-batas proses atau prosedur, misalnya menyangkut waktu atau jadwal, berapa lama konseling akan dilakukan dan lain sebagainya; serta structuring dalam nilai dan proses, semisal menyangkut tahapan-tahapan yang harus ditempuh, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama proses konseling berlangsung.
d. Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending, karena tanpa attending tidak aka nada empati. Empati ada dua macam yaitu empati primer yang apabila konselor hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien dengan tujuan agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Empati yang kedua yaitu empati tingkat tinggi yang apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, keinginan, dan pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
e. Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlakukan terhadap klien. Refleksi perasaan bisa berwujud positif, negatif, dan ambivalen.
f. Teknik Eksplorasi
Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam konseling sangat penting karena umumnya klien tidak mau terus terang. Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu: eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran, dan eksplorasi pengalaman.
Eksplorasi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang tersimpan. Eksplorasi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Eksplorasi pengalaman yaitu keterampilan atau kemampuan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman klien yang telah dilaluinya.
g. Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)
Sering klien mengemukakan ide, pikiran, perasaan, serta pengalaman secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahami. Untuk itu maka konselor perlu menangkap pesan untama dari apa yang disampaikan oleh klien dan menyampaikannya kepada klien dengan bahasa konselor sendiri. Tujuan dari paraphrase adalah mengatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien.
h. Teknik Bertanya
Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka percakapan dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipikirkan oleh klien. Untuk itu, konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada dua macam yaitu bertanya terbuka (open question), dan bertanya tertutup (closed question). Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan jawabannya, sedangkan pada pertanyaan tertutup telah menggambarkan alternatif jawabannya misalnya jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.
i. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu, konselor harus mampu memberikan dorongan minimal kepada klien,yaitu suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien.
j. Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah laku klien, agar klien megerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.
k. Teknik Mengarahkan (Directing)
Seperti telah disebutkan di muka bahwa proses konseling memerlukan partisipasi secara penuh dari klien. Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan menyuruh klien memerankan sesuatu (bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu.
l. Teknik Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan bersama konselor. Selain itu, untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap. Tujuan lainnya yaitu untuk meningkatkan kualitas diskusi serta mempertajam atau memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
m. Teknik-teknik Memimpin
Agar wawancara konseling tidak menyimpang, maka konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai secara efektif dan efisien.
n. Teknik Fokus
Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraandengan klien. Fokus akan membantu klien untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Fokus ada empat macam dalam konseling yaitu: fokus pada diri klien, fokus pada orang lain, fokus pada topik, serta fokus mengenai budaya.
o. Teknik Konfrontasi
Teknik ini dalam konseling dikenal juga dengan memperhadapkan. Teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan.
p. Menjernihkan (Clarifying)
Dalam konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar, atau agak karuan. Tujuan teknik ini ialah untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alas an-alasan yang logis. Tujuan yang lain adalah klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan pengalamannya.
q. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Melalui teknik ini, komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan secara efektif.
r. Diam sebagai Suatu Teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap ada, yaitu melalui perilaku nonverbal.
s. Mengambil Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan kurang partisipatif. Teknik ini diterapkan apabila untuk mengambil inisiatif apabila klien kurang bersemangat, klien lambat berpikir untuk mengambil keputusan, serta klien kehilangan arah pembicaraan.
t. Memberi Nasihat
Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabilaklien memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas atau tidak memberikan nasihat. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat adalah aspek kemandirian dalam konseling. Para penganut teori Client Centered menyatakan bahwa apabila klien masih dinasihati berarti belum mandiri. Dengan perkataan lain, pemberian nasihat tidak sesuai dengan hakikat kemandirian dalam konseling.
u. Pemberian Informasi
Apabila konselor tidak mengetahui informasi, sedangkan klien memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui, sebaiknya dipayakan agar klien tetap mengusahakannya sendiri.
v. Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien untuk dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan tindakan sesuatu) guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Atau rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik harus merupakan kerja sama antara konselor dengan klien.
w. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu kesimpulan. Atau konselor membantu klien membuat kesimpulan yang menyangkut diri klien selama melakukan konseling.
x. Teknik Mengakhiri
Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknikdalam proses konseling.
BAB III
PENUTUP
Teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan secara individual (Individual Guidance Counseling).
Ada beberapa langkah umum dalam melaksanakan pelayanan BK di Sekolah, seperti: Tahap Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Analisa dan tahap Tindak Lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta Jakarta.
Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya