, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Latar belakang munculnya aswaja, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah
- Latar Belakang Masalah
Pada zaman yang serba meoderat saat ini banyak pemuda-pemudi yang kurang mengetahui sejarah atau terbentuknya agama yang berkembang di Indonesia. Terutama agama Islam.
Seharusnya pemuda-pemudi terutama yang beragama Islam, mengetahui sejarah-sejarahnya ataupun aliran-aliran yang berkembang dan bermunculan.
Dari situ pula perlu diketahui bahwa Nabi SAW telah mengisyaratkan bahwa hanya ada satu aliran yang benar, dan akan selamat yakni Ahlussunnah wal jama’ah, maka hendaknya kita mengetahui latar belakang munculnya Ahlussunnah wal jama’ah.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat merumuskan sebagai berikut :
- Pada abad berapa Ahlussunnah wal jama’ah muncul ?
- Siapa yang berperan utama yang mempopulerkan ahlussunah wal jama’ah ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Lahirnya Ahlussunnah wal jama’ah
Setelah Rasulullah SAW wafat, bibit-bitit perselisihan diantara umat Islam mulai tampak perselisihan dalam berbagai masalah menyebabkan timbulnya firqoh-firqoh atau aliran-aliran seperti telah di ramalkan oleh Rasulullah SAW. Menurut para ahli sejarah, firqoh-firqoh dalam Islam timbul pada akhir pemerintahan Sayyidina Utsman bin Affan. Ketika itu, tampil Abdullah Ibnu Saba’ seorang pendeta Yahudi asal Yaman yang mengaku Islam.
Adapun firqoh-firqoh yang muncul pada masa sahabat di antaranya :
1) Mazhab Wishayah
Mazhab ini berhasil mempengaruhi para pendukung sayyidina Ali bin Abi Thalib menurut mazhab ini, ada washiyat dari Nabi SAW untuk menjadikan sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah sesudah beliau wafat. Di tegaskan pula bahwa hanya sayyidina Ali yang berhak menjadi Khalifah pengganti Rasulullah SAW.
2) Hak Illahi
Seperti halnya Mazhab Wishayah aliran ini di propaganda oleh Abdullah Ibnu Saba’. Aliran ini memperkuat kedudukan Sayyidina Ali menurut aliran ini, hanya sayyidina Ali yang berhak menjadi khalifah karena hal itu telah menjadi ketentuan Allah SWT.
Pada tahun 31 H muncul golongan syi’ah yang sangat fanatik terhadap Sayyidina Ali bahkan terlalu mendewakan Sayyidina Ali.
3) Khawarij (yang keluar)
Golongan ini merupakan kelompok tentara Ali yang memisahkan diri golongan ini bersemboyan “la hukma illa lillah”. Mereka memandang bahwa pelaku majelis tahkim yang menerima tahkim adalah kafir.
Lambat laun golongan khawarij pecah menjadi beberapa sekte di antaranya :
- Al-Muhakkimah - Al-Azariqah - Al-Najdat | - Al-Ajaridah - Al-Sufriyah - Al-Ibadah |
4) Murji’ah
Kelompok ini di pimpin oleh Hasan bin Bilal Al-Muzni, kelompok ini mengeluarkan fatwa bahwa berbuat maksiat tidaklah mengandung mudharat apabila sudah beriman dan begitupun berbuat kebajikan juga tidak mengandung manfaat jikalau masih kafir karena itu pelaku dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir.
5) Jabariyah
Tokoh golongan ini bernama Jahm bin Sofwan dari Khurasan. Golongan ini mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa (Majbur).
Manusia tidak mempunyai daya, kehendak. Dan pilihan Artinya semua telah di tentukan oleh Allah SWT.
6) Qodariyah
Golongan ini dipimpin oleh Ma’abd Al-Juhaini golongan ini mengajarkan bahwa manusia berkuasa atas segala perbuatannya.
7) Mu’tazilah
Golongan ini di pelopori oleh Wasil bin Atha’ dalam membahas masalah-masalah ketuhanan mereka lebih banyak memakai akal sehingga mereka dikenal sebagai kaum Rasionalis.
Akal menempati tempat utama, sehingga kurang memperhatikan dalil-dalil Naqli (Al-Qur’an dan Al-Hadits).
Beberapa golongan di atas tumbuh dan berkembang karena persoalan politik. Pada saat-saat yang demikian ajaran Ahlussunnah wal jama’ah mutlak di populerkan kembali sehingga umat Islam dapat terbebas dari ajaran yang sesat.
Jadi Ahlussunnah wal jama’ah bukanlah satu ajaran yang muncul sebagai reaksi dari timbulnya beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni seperti :
Syi’ah, Khawarij, Murji’ah, Jabariyah, Qodariyah, dan Mu’tazilah. Tetapi Ahlussuunnah wal jama’ah benar-benar sudah ada sejak zaman nabi SAW dan justru aliran-aliran itulah yang menodai kemurnian ajarannya.
2.2 Kelahiran Ahlussunnah Wal Jama’ah dan perkembangan
Ahlussunnah wal jama’ah muncul pada abad ke tiga Hijriah. Yang di anggap berjasa mempopulerkan kembali adalah Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansyur Al-Maturidi, Imam Hasan lahir di Basrah (Iraq) pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324/935 M. Sedangkan Imam Maturidi lahir di desa Maturid Samarqan dan wafat pada tahun 333 H, seperti Imam Al-Asy’ari. Maturidi juga mempunyai kajian tentang I’tiqad Ahlussunnah wal jama’ah sebagai mana yang di ajarkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya.
BAB III
ANALISIS PEMBAHASAN
Seperti yang penulis sampaikan pada halaman sebelumnya bahwa ajaran Ahlussunnah wal jama’ah populer setelah munculnya firqoh-firqoh yang menyimpang. Tetapi ahlussunnah wal jama’ah muncul bukan karena reaksi firqoh-firqoh tersebut.
Adapun banyaknya firqoh-firqoh dalam agama Islam di propagandai oleh seorang pendeta Yahudi asal Yaman yang mengaku Islam yakni Abdullah Ibnu Saba’.
Keterangan di atas menunjukkan bahwa adanya kaum kafir yang mengaku-ngaku Islam yang bermaksud ingin memecah belah umat Islam, dan sampai saat ini pula telah banyak ajaran-ajaran atau firqoh-firqoh yang bermunculan dan banyaknya kaum kafir yang selalu berusaha merubah kaidah-kaidah Islam.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa firqoh yang di dalamnya terkandung atau di tanamkan ajaran Ahlussunnah wal jama’ah dan mengikuti ketentuan-ketentuan yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, maka dapat di pastikan ajaran tersebut ajaran yang benar.
4.2 Saran
Dari pengamatan yang di lakukan penulis, penulis dapat memberi saran yaitu :
1) Jangan mudah terpengaruh dengan ajaran-ajaran yang belum jelas
2) Kita harus mendalami tentang ajaran Ahlussunnah wal jama’ah, sehingga memiliki kaidah yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Suyoto, 1998, Pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an Jilid 2, Lampung Tengah : PC. LP. Ma’arif NU.
Poerwadarmito, W.J.S. 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Catatan Ke-IV. Jakarta : PN. Balai Pustaka.
Amirudin, dkk. 2008., Pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an,Lampung : DW Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Lampung