Advertisement
Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua
Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Contoh Makalah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Durhaka Terhadap Kedua Orang Tualink :
Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua
Baca juga
Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan remaja sangat identik dengan permasalahan-permasalahan yang sangat akan dipengaruhi pada masa sekarang dapat banyak remaja sekarang yang durhaka kepada orang tuanya.
Dalam masa ini pula mereka berusaha untuk memperlakukan perlakuan yang tidak baik selama ini menjadi baik dan terpuji dan untuk itu perubahan yang dialami remaja.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulis untuk membuat karya tulis ini diantaranya :
1) Dapat menghilangkan durhaka kepada kedua orang tua.
2) Dapat berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua.
3) Untuk menghilangkan ketakutan terhadap siksaan Allah yang amat pedih baik didunia maupun di akhirat.
4) Untuk menaah, kedua orang tua dan menghindari berbuat maksiat terhadap keduanya.
5) Menghindari perlakuan kasar, membentak dan menggakal suara berhadapan keduanya.
6) Mendahului ucapan salam bila temu dengan temu.
7) Mendahului bakti kepada ibu, mengasihi dan berbuat baik kepadanya melebihi apa yang dilakukan terhadap bapak.
C. Ruang Lingkup
1) Kisah – kisah orang durhaka
2) Sebab-sebab terjadinya kedurhakaan.
3) Kiat mencari solusi.
4) Etika-etika yang perlu diperhatikan terhadap kedua orang tua.
5) Hal-hal yang dapat membantu berbakti pada orang tua.
D. Rumusan Masalah
Masalah yang disampaikan pada makalah ini sangatlah bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari. Dewasa ini seperti yang telah kita ketahui saja, remaja khususnya sangatlah kurang menghargai kedua orang tuanya. Sungguh memprihatinkan.
E. Pendekatan Metode
Masalah “Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua” yang disampaikan pada makalah ini mengandung nilai yang sangat tinggi, karena adanya hubungannya dengan nilai (norma) keagamaan, adat dan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kisah – Kisah Orang Durhaka
1) Seorang laki-laki memukuli ayahnya disuatu tempat.
2) Sebagian orang Arab menceritakan kalau orang tuanya yang sudah tua renta, dia diberi cobaan.
3) Orang yang mengeluhkan kesedihan hatinya dan mencerca sang anak yang telah mendurhakai ayahnya.
4) Salah seorang sarjana yang menitipkan ayahnya ke Panti Jompo.
5) Seseorang yang mendapat warisan harta dan ayahnya dan mendo’akan agar meninggal dunia.
B. Sebab – Sebab Terjadinya Kedurhakaan
Terjadinya kedurhakaan pada kedua orang tua, karena banyak sebab diantaranya :
1) Ketidaktahuan akan buah dari perbuatan baik yang akan diterima dalam waktu dekat dan akan datang.
2) Ketidaktahuan akibat kedurhakaan yang dialami dalam waktu dekat yang akan datang.
3) Jeleknya standar kependidikan.
4) Prilaku yang kontratitif.
5) Intern yang jelek dari anak-anak.
Hal ini membuat mereka melawan kepada kedua orang tuanya.
6) Kedurhakaan yang turun temurun
Salah satu sebab terjadinya kedurhakaan anak-anak terhadap orang tua mereka. Bila sang ayah adalah seorang durhaka terhadap kedua orang tua maka akan terbawa ke pada anaknya.
7) Kurangnya ketaqwaan kepada Allah saat terjadi talak.
8) Membedakan antara satu anak dengan yang lainnya. Ini menambah rasa kebencian dan iri.
9) Mengedepankan keterangan dan kesenangan sendiri.
10) Mudah kehilangan kesabaran
Sebagian anak-anak ada yang memiliki sifat seperti ini, sehingga tidak boleh ada seorang pun di rumah yang berbuat kesalahan. Maka bila kaca pecah atau ada perabotan rumah rusak, maka beliau sangat marah sekali. Maka demikian pula anak-anak juga terkadang melawan jika disuruh orang tuanya.
11) Ketidak pedulian orang tua didalam membantu anak-anak dan mesti mereka untuk melakukan kebijakan dan berbuat baik bila mereka menunjukkan tindakan positif, tidak dapat disangkal lagi bahwa dalam kondisi apapun, baik keduanya adalah tetap wajib berlaku.
12) Perangai istri yang amat jelek
Terkadang ada suami-suami yang suka sama istri yang berperangai jelek, itupun kalau perangai suaminya jelek. Maka untuk istri (para wanita) sangatlah buruk dipandang jika berperangai yang tidak pantas (tidak senonoh)
13) Tidak merasa berbuat durhaka kepada orang tua
Sebagian kaum laki-laki belum pernah merasakan kasih sayang seorang Bapak, sebagai kaum wanita sangatlah kodrat merasakan kasih sayang seorang ibu.
C. Kiat Mencari Solusi
Disana telah disinggung tentang besarnya hak kedua orang tua seperti terhadap tindakan terbaik kepada keduanya telah disinggung beberapa hal tentang gejala kedurhakaan terhadap kedua orang tua. Maka alangkah pantasnya seorang yang berakal jernih selalu untuk slalu berbakti kepada kedua orang tua, menghindari perbuatan durhaka semata karena mengharapkan pahala yang besar disisi Allah.
Dan rasa takut terhadap siksanya yang amat pedih, baik didunia maupun di akhirat. Untuk itu perlu kita jelaskan kembali apa makna dan apa saja yang perlu diperhatikan terhadap keduanya.
D. Etika Yang Perlu Diperhatikan Terhadap Kedua Orang Tua
Diantara etika-etika tersebut adalah :
1) Menaati keduanya dan menghindari berbuat maksiat terhadap keduanya.
2) Merunduk menghindari tawaduk dan bersikap senang terhadap kedua orang tua.
3) Merasa senang melakukan, menghindari sikap kesal dan ucapan “Ah”.
4) Mengasihi dan mencintai keduanya.
5) Mendahului ucapan salam bila bertemu dengan keduanya serta mencium tangannya.
6) Mendengar dengan baik dan menghadap sujud bila keduanya.
7) Memberikan tempat duduk seluasnya didalam majelis.
8) Duduk dihadapan mereka dengan penuh kesopanan dan rasa hormat.
9) Menghindari kebiasaan menyebut-nyebut kebaikan etika melayani / memberi.
10) Mengajak keduanya kepada yang makruf.
E. Hal – Hal Yang Dapat Membantu Dalam Berbakti Kepada Orang Tua
1) Memohon pertolongan kepada Allah, memperbaiki hubungan dengannya melalui ibadah.
2) Mengingat keutamaan berbakti kepada keduanya dan juga akibat-akibat berbuat durhaka kepada keduanya.
3) Mengingat keutamaan kedua orang tua terhadap manusia. Keduanyalah yang menjadi sebab keberadaannya dialam dunia ini keduanyalah yang bersusah-susah untuknya, melimpahkan sepenuh kasih sayang dan kerinduan serta mendidiknya hingga besar.
4) Hendaknya seseorang memantapkan pada dirinya untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua dan berusaha keras serta berjuang penuh untuk itu sehingga menjadi tabi’at dan kebiasaannya.
5) Bila si anak sudah berkeluarga maka dia harus berusaha agar menyelaraskan hubungan istrinya dengan keduanya.
6) Bertaqwa kepada Allah dalam kondisi terjadinya perceraian (thalag).
7) Keshalihan orang tua
Keshalihan mereka merupakan sebab keshalihan anak-anak dan bakti mereka.
8) Saling berwasiat agar berbakti
Yaitu : Dengan memberikan sugesti terhadap orang-orang yang berbakti dan mengingatkan mereka akan bakti tersebut.
9) Termotivasinya orang tua untuk membantu anak-anak mereka agar berbakti.
10) Hendaknya si anak menempatkan diri seakan dalam posisi sebagai kedua orang, lantas bertanya kepada dirinya.
11) Membaca riwayat hidup orang-orang yang berbakti kepada kedua ortu mereka.
12) Seseorang hendaknya merasakan betapa gembiranya kedua orang tua apabila kita berbakti kepada ortu mereka.
F. Beberapa Contoh Kisah Orang – Orang Yang Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Mereka
Diantaranya adalah
1) Nabi Nuh
Contoh kebaktian beliau terhadap kedua orang tuanya dimana beliau senantiasa berdo’a dan bermohon ampunan untuk keduanya. Sebagaimana firmannya dalam surat Nuh ayat 28 yang artinya :
“ Ya Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan”
2) Nabi Ibrahim
Beliau merupakan imam Al-Muwahhidin (Pemimpin ahli tauhid), dan juga kekasih Allah, dengan penuh kelemah lembutan, santun dan semangat yang tinggi dalam berdialog dengan sang ayah agar dapat memberi hidayahnya, dan menyelamatkannya.
Beliau bertutur kepada ayahnya, yang artinya :
“ Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun. Wahai Bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepada mu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai Bapakku, jangalah kamu menyembah syaitan, sesungguhnya syaitan itu durhaka terhadap yang maha pemurah. Wahai Bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimba azab oleh yang maha pemurah. Maka kamu menjadi kawan bagi Syaitan”.
3) Nabi Ismail Bin Ibrahim
Beliau memberikan contoh dan teladan dalam berbakti kepada kedua ortu yang tiada tandingannya sepanjang sejarah manusia. Yaitu saat sang ayah berkata kepadanya “Wahai anandaku! Sesungguhnya aku telah bermimpi menyembelihmu (Ash-Shaffat : 102)
Kiranya apa jawaban sang anak? Apakah ia mengulur-ulur dan bermalas-malasan ataukah ia merasa linglung dan berat? Tidak!!! Bahkan sebagaimana yang diberitahukan oleh Allah.
“ Wahai Ayahandaku! Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Jika dikehendaki Allah, engkau akan mendapatkan ku termasuk ke dalam orang-orang yang bersabar” (Ash-Shaffat : 102)
Didalam hadist disebutkan bahwa tatkala Ibrahim merasa yakin dengan apa yang dilihatnya didalam mimpi. Dia berkata kepada anaknya “Wahai Anandaku! Siapkan tali dan pisau, lalu mari kita berangkat kecelah perbukitan untuk mencari kayu, tetapi ketika mereka sudah sampai di celah “Tsubair” barulah dia memberitahukan perihal perintah yang diembankan kepadanya. Manakala ingin menyembelih, sang anak berkata “Wahai Ayahanda ku! Kencangkanlah ikatan yang menambatku supaya aku tidak meronta, halangi mataku dengan pakaianmu supaya tidak kena darah dan ibunda kelak melihatnya, asah dengan tajam pisaunya serta segeralah menggorok leherku dengan pisau itu supaya lebih ringan bagiku. Sesampai Ayahanda di rumah dan diketika bunda bertanya, sampaikan salamku buatnya.
Ketika itu sang ayah tak sanggup mendengar perkataan anaknya Ibrahim dan sang anak menangis dan di ketika sang ayah meletakkan mata pisau ke tenggorokan Ismail, mata ujung pisau terbalik dan terdengarlah seruan-seruan Firman Allah :
“Wahai, Ibrahim! Engkau telah membenarkan mimpimu” (Ash-Shaffat : 104 – 105).
4) Nabi Isa
Semasa beliau masih dalam ayunan, Rabb telah memuji dan menyanjungnya sebagai anak berakhlak kepada ibunya.
G. Gejala – Gejala dan Bentuk – Bentuk Durhaka Terhadap Orang Tua
Durhaka terhadap kedua orang tua dapat timbul dalam gejala-gejala yang banyak dan bentuk yang fariativ, diantaranya :
1) Membuat kedua orang tua menangis dan bersedih. Baik melalui perkataan, perbuatan atau apa saja yang dapat menyebabkan hal itu.
2) Menghardik, membentak serta meninggikan suara.
3) Mengucapkan kata “ah” dan merasa bosan dengan perintah keduanya.
Kita diajarkan agar meninggalkan perlakuan semacam ini. Betapa banyak orang yang bila diperintah oleh keduanya, selalu membantahnya, dengan ucapan “ah” meskipun pada dasarnya dia akan mematuhinya. Sungguh orang semacam ini tidak menyadari bahwa kata yang diucapkan tersebut merupakan salah satu dosa besar bila diucapkan terhadap kedua orang tua.
4) Cemberut dan mengernyitkan kening dihadapan keduanya.
5) Memandang kearah keduanya dengan pandangan beringas, menghina, membuyarkan impian serta melekatkan label bodoh, tolol dan dungu terhadap keduanya.
6) Memerintah keduanya
Seperti menyuruh ibunya menyapu rumah, mencuci pakaian atau menyajikan makanan. Ini semua adalah perbuatan yang tidak pantas untuknya.
7) Mengomeli makanan yang disajikan ibu
Tindakan ini mengandung 2 larangan :
Pertama, mencela makanan, Rasulullah saja tidak pernah berbuat. Yang demikian, Bila beliau suka, beliau makan, bila tidak, beliau tinggalkan.
Kedua, kurang sopan terhadap Ibu dan membuatnya hatinya gundah.
8) Tidak membantu keduanya dalam mengurus rumah
Dalam hal ini, baik menata, menyiapkan makanan ataupun yang lainnya. Bahkan ada sebagian anak laki-laki menganggap pekerjaan tersebut sebagai mengurangi haknya dan mengebiri kelelakiannya. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah-Nya kepada orang yang seperti mereka.
9) Membuang muka bila keduanya berbicara dengannya, tidak mendengarkannya atau cepat-cepat memotong ucapan mereka. Mendustakan, membatantah serta mempertajam perdebatan dan perselisihan terhadap keduanya.
10) Jarang minta izin dan meminta sumbangsih pemikiran keduanya atau bahkan tidak sama sekali.
11) Tidak meminta izin kepada keduanya saat masuk menjumpai mereka
Hal ini tentunya bertentangan dengan tatakrama yang semestinya dilakukan terhadap mereka sebab bisa saja keduanya atau salah satu dari keduanya tengah dalam kondisi yang tidak boleh dilihat siapapun.
12) Membawa-bawa berbagai problem dihadapan kedua orang tua. Baik yang terjadi dengan saudara-saudara istri ataupun anak-anaknya.
13) Mencela kedua orang tua dihadapan orang banyak dan menyebutkan kejelekan atau aib mereka.
14) Mencaci maki serta melaknat keduanya, na’udzubillahi min dzalik.
Hal ini baik secara langsung ataupun sebagai imbas dari seperti seorang anak mencaci maki bapak seseorang atau ibunya.
15) Membawa kemungkaran ke dalam rumah
Seperti membawa alat-alat musik dan kerusakan lainnya ke rumah yang dapat menyebabkan rusaknya seseorang bahkan beramplikasi kepada rusaknya saudara-saudara dan anggota keluarga secara umum.
16) Melakukan perbuatan mungkar dihadapan keduanya.
Seperti merokok, mendengarkan alat-alat musik, tidur ketika shalat lima waktu, menolak bila keduanya membangunkan serta membawa teman-teman nakal ke rumah.
17) Mencoreng citra baik kedua orang tua
Hal ini seperti melakukan hal jelek dan minjijikan dan merusak kehormatan dan harga diri dan bahkan dapat mengiringi pelakunya ke penjara termasuk kedalam perbuatan durhaka terhadap kedua orang tua karena menyebabkan keduanya pilu, sedih, malu dan mendapat aib besar.
18) Melibatkan keduanya dalam kesulitan
Seperti orang yang berhutang uang kemudian tidak melunasinya, melakukan tindakan yang tidak senonoh dan tidak bermoral di sekolah sehingga menyebabkan pihak yang bertanggung jawab untuk mendatangkan orang tuanya pada saat si anak tidak ada atau saat dia berbuat amoral. Barang kali saja, orang tua ini ditahan dulu hingga si anak tadi membayar hutangnya atau datang dengan menyerahkan dirinya.
19) Berlama-lama diluar rumah
Akan mencemarkan dan membuat kalut keduanya terhadap kesalahan si anak. Demikian pula, bisa jadi keduanya sangat memerlukan bantuan si anak bila anak keluar rumah, maka tidak ada yang dapat membantu keduanya.
20) Memberatkan badan keduanya dengan banyaknya tuntutan
21) Lebih tunduk kepada istri ketimbang kepada keduanya.
Sebagian orang ada yang lebih tunduk pada istri ketimbang kedua orang tuanya. Bila sang istri memintanya untuk mengusir keduanya pasti dia akan menurun meskipun keduanya kelak tidak memiliki tempat untuk bernaung lagi.
22) Tidak mempedulikan keduanya saat mereka membutuhkannya atau disaat keduanya sudah tua.
23) Tidak mengakui keduanya, malu menyebut nama serta menisbatkan diri kepada keduanya.
Ini merupakan gejala yang paling buruk dari sekian gejala-gejala yang ada. Memang ada sebagian anak yang begitu terangkat kedudukannya sosial atau mendapat pekerjaan yang bergengsi, dia seakan lupa kepada kedua orang tuanya. Tidak mengakui serta malu melihat keberadaannya dirumahnya apalagi dengan pakaian yang lusuh. Bahkan barang kali bila ditanya. Siapakah keduanya, pasti mereka menjawab pembantu kami.
Sesungguhnya kala lapang orang-orang mulia akan mengingat siapa yang telah dikenalnya di rumah nan kasar.
24) Menitipkan keduanya ke panti jompo atau panti rehabilitasi
Perbuatan ini merupakan puncak dari kebengisan dan akhir dari semua kejelekan dan kenistaan yang membuat seluruh badan merinding karena demikian tersentak. Pelaku perbuatan semacam ini sangatlah laknat Allah SWT.
25) Meyakinkan keduanya dengan melakukan pemukulan. Perbuatan ini tentunya hanya dilakukan oleh orang-orang yang kasar dan keras hati.
26) Tidak menegur dan berbuat baik pada lagi meremehkan bila mana mereka berdua melakukan sebagian maksiat.
27) Bercita-cita agar keduanya atau salah satunya meningal dunia
Hal ini agar dapat mewarisi hartanya jika keduanya kebetulan orang berada dan jika keduanya sakit-sakitan atau faqir, ia bisa segera berlepas diri dari pengawasan dan tindakan mereka yang suka menghalang-halanginya. Dengan begitu, dia bisa terus hanyut dalam kelaliman dan kejahilannya.
28) Membunuh dan menghabisi keduanya
Ini merupakan gambaran yang paling dan amat keji dari sebagian banyak gambaran kedurhakaan. Kadang-kadang kedurhakaan sang anak membuatnya nekad membunuh salah seorang dari keduanya. Baik diakibatkan suapan kebodohannya, kebodohan emosi dalam kondisi mabuk, rakus terhadap harta warisan ataupun lainnya.
Alangkah tidak beruntungnya orang semacam ini. Alangkah gelap wajahnya! Alangkah buruk nasib dan akibat yang akan dialaminya! Bila saja dia tidak mendapat rahmat dari Allah SWT.
29) Bahkil dan Pelik terhadap keduanya.
30) Selalu menyenbut-nyebut kebaikan dan menghitung-hitung pemberiannya kepada keduanya.
Demikianlah diantara sebagian dari gejala-gejala dan bentuk-bentuk kedurhakaan terhadap orang tua yang merupakan perbuatan yang amat jelek dan jalan yang sungguh hina. Perbuatan ini tidak layak di lakukan oleh orang-orang yang berakal, bertaqwa, shalih dan mendapat petunjuk
Alangkah jauhnya keberkah dari si pendurhaka kedua orang tuanya! Alangkah dekat siksaan kepadanya! Dan alangkah cepat kejahatan mendatanginya.
Ini merupakan realitas yang ada dan dirasakan sekali hampir semua orang mengetahui dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri serta mendengar kisah-kisah yang sudah mutawatir berkenaan dengan orang-orang terhina dan mendapat siksaan akibat perbuatan kedurhakaan kepada kedua orang tua mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari yang telah penulis uraikan, kita dapat mengambil kesimpulannya bahwa sungguh banyaknya kedurhakaan yang baik kita ketahui maupun tidak di ketahui. Betapa malangnya mereka yang mendurhakai kedua orang tuanya. Kisah-kisah para pendurhaka dan kisah-kisah nabi yang berbakti telah menjadi contoh dan teladan bagi kita, Penulis khususnya. Dari sana kita dapat mempedoman bahwa merugilah orang-orang yang menyia-nyiakan kedua orang tuanya.
B. Saran
1) Penulis berharap agar dengan adanya makalah mengenai “Durhaka Kepada Orang Tua” ini. Pembaca (Pendengar) dapat mempelajari dengan baik sehingga sifat yang dilaknat Allah itu terjauhkan dari kita.
2) Janganlah pembaca mengambil sisi negatif dari makalah ini. Namun sebaiknya, jadikanlah sebagai acuan agar dapat selalu menyayangi dan berbakti kepada kedua orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
Bin Ibrahim, Al-Hamid, Muhammad. 1994. Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua. Pustaka Al-Safwa.
Demikianlah Artikel Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua
Sekianlah artikel Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2013/11/durhaka-terhadap-kedua-orang-tua.html
Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua