, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN SERTA REAKSI ASAM BASA, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
PERCOBAAN IV
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
SERTA REAKSI ASAM BASA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini yaitu membuat larutan NaOH dan dari larutan H2SO4, pengenceran larutan H2SO4, menghitung konsentrasi larutan dengan beberapa satuan dan menentukan konsentrasi larutan asam dengan larutan Na2CO3.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua atau lebih zat. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah (Keenan, 1984).
Konsenstrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara antara lain :
1. Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute per liter dari larutan dan biasanya dinyatakan dengan huruf besar M.
2. Molalitas dari solute adalah jumlah mol solute per 1 kg.
3. Persen berat adalah menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
4. Persen volume menyatakan banyaknya ml zat terlarut dalam 100 ml larutan.
5. Part per million menyatakan banyaknya mg zat terlarut dalam 1 kg atau 1 liter larutan.
6. Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan.
7. Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan (Gunawan, 1998).
Untuk mengetahui perubahan warna dipakai suatu indikator. Indikator adalah zat yang warnanya berbeda dalam lingkungan yang sifatnya berlainan. Pada titrasi ini digunakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah senyawa organik golongan pewarna yang mampu memberikan perubahan warna apabila pH dari suatu larutan berubah. Ada beberapa indikator asam basa diantaranya adalah :
- Kertas lakmus.
- Larutan metil orange.
- Phenophtalein (Gunawan, 1998).
Larutan dilihat berdasarkan keadaan fasa setelah bercampur ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Contoh larutan homogen yaitu gula dan alkohol dalam air. Sedang campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih, contohnya air susu dan air kopi (Sukmariah dan Kamianti, 1990).
Larutan dapat dibedakan menjadi :
- Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut relatif terhadap jumlah zat pelarut.
- Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut.
- Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat terlarut atau sudah terjadi pengendapan.
- Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan zat terlarut atau belum terjadi atau terbentuk endapan.
- Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan (Keenan, 1991).
Yang menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen berat (W/W), persen volume (V/V), persen lab, molalitas, molaritas, normalitas, ppm, ppb, fraksimol dan lain-lain (Keenan, 1991).
Titrasi asam basa adalah titrasi yang melibatkan reaksi netralisasi dimana asam bereaksi dengan sejumlah ekivalen basa. Kurva titrasi dibuat dengan memplot pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan. Titran selalu merupakan asam atau basa kuat, sedangkan analit bisa berubah basa atau asam kuat ataupun basa atau asam lemah (Oxtoby, 2001).
Indikator adalah suatu asam atau basa, maka jumlah yang harus ditambahkan hendaknya sesedikit mungkin, sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi pH dan titran yang menyebabkan terjadinya perubahan sedikit. Dengan demikian indikator biasanya dibuat dengan konsentrasi beberapa persen saja dan ditambahkan sekitar 2-3 tetes ke dalam larutan yang titrasi (Oxtoby, 2001).
Campuran asam basa dapat dititrasi secara bertahap bila ada perbedaan yang mencolok. Di sini harus ada perbedaan Ka sedikitnya 104. Bila campuran dua asam kuat dititrasi bersamaan, maka tidak akan ada perbedaan dengan titrasi asam kuat tunggal, sehingga hanya satu titik ekivalen. Hal yang sama juga terjadi untuk campuran asam lemah jika harga kedua Ka–nya tidak jauh berbeda (Day dan Underwood, 1998).
Titrasi dalam pelarut bukan air asam dan basa dengan tetapan ionisasi kurang dari 10-7dan 10-8 terlalu lemah untuk dititrasi secara akurat dalam larutan berair. Pelarut inert atau aprotik dan pelarut amfiprotik. Dengan pelarut amfiprotik, asam atau basa akan disesuaikan dengan kekuatan kation atau anion, dimana asam dan basa tersebut akan mengalami ionisasi sempurna (Basset, 1994).
Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk sembilam macam larutan, tetapi zat berwujud padat dan cair tidak dapat membentuk larutan dalam pelarut berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud gas akan membentuk campuran heterogen. Sifat larutan sedikit menyimpang dari sifat pelarut karena adanya zat terlarut, penyimpangan semakin besar dan jika komposisi zat terlarut ditambah. Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif disebut konsentrasi (Sukmariah dan Kamianti, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN
- Alat
Alat-alat yang dipergunakan pada percobaan ini adalah Erlenmeyer, buret, gelas piala, labu takar, pipet tetes, pipet Mohr, pipet gondok dan termometer.
- Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah H2SO4, NaOH, Na2CO3, indikator metil orange, PP dan metil merah.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Larutan H2SO4
1. Labu takar 50 ml kosong ditimbang (a gram), dan labu takar 50 ml diisi dengan aquades sampai kira-kira ¾ nya, dan setelah itu ditimbang kembali (b gram, kemudian ukur suhunya (t1)).
2. Gelas ukur kosong ditimbang (c gram), lalu diisi 1 ml H2SO4 pekat, kemudian ditimbang (d gram), serta diukur volume dan suhunya dengan termometer (t2).
3. H2SO4 pekat dituang dengan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam labu takar, labu takar ditepatkan dengan aquades sampai 50 ml, lalu dikocok agar homogen, larutan H2SO4 yang terjadi ditimbang (e gram), suhu diukur dengan termometer (t3).
4. Sifat pelarutan asam sulfat ditentukan dan konsentrasinya dalam satuan % (w/w), % (v/v), molalitas, molaritas, ppm, dan fraksi mol.
B. Pembuatan Larutan NaOH
1. 2 butir NaOH ditimbang (kurang lebih 0,3 gram) dan dlarutkan dalam gelas piala dengan sedikit air yang baru dihangatkan.
2. Larutan dirasakan apakah terasa lebih panas, tetap atau lebih dingin dari sebelumnya.
3. Larutan tersebut dipindahkan kedalam labu takar 50 ml. Gelas piala dibilas dengan aquades.
4. Larutan tersebut diencerkan dan ditepatkan sampai tanda tera, kocok supaya homogen.
5. Konsentrasi NaOH yang dibuat ditentukan dalam molaritas dan % (w/v).
C. Pengenceran Larutan H2SO4
1. 5 ml larutan H2SO4 yang telah dibuat pada prosedur A dipipet, dan dimasukan ke dalam labu takar 50 ml.
2. Larutan tersebut diencerkan dan ditepatkan sampai tanda tera, serta dikocok supaya homogen.
3. Konsentrasi larutan H2SO4 hasil pengenceran ditentukan.
D. Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH)
1. 20 ml larutan NaOH diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2. 2-3 tetes indikator merah metil ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
3. Buret diisi dengan larutan HCl 0,1 N dan dicatat pembacaan awal pada buret.
4. larutan NaOH dititrasi dengan larutan HCl dan dicatat pembacaan volume akhir, titik akhir dilihat bila indikator berubah dari warna kuning menjadi merah muda. Titrasi diulangi sampai 2 kali. Kemudian dirata-ratakan hasil yang diperoleh.
5. Konsentrasi larutan NaOHdihitung.
E. Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl)
1. 20 ml larutan HCl 0,1 N dimasukkan kedalam erlenmeyer, dan ditambahkan 2-3 tetes indikator merah metil.
2. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH (larutan NaOH berada dalam buret). Pembacaan awal dan pembacaan akhir buret dicatat. Percobaan diulangi sampai 2 kali, kemudian dirata-ratakan hasilnya. Serta dihitung konsentrasi NaOH.
3. Hasilnya dibandingkan dengan percobaan pertama.
F. Penentuan konsentrasi larutan standar dengan larutan Na2CO3
1. 15 ml larutan H2SO4 encer yang telah dibuatdiambil dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
2. 2-3 tetes indikator metil orange ditambahkan dan larutan ini dititrasi dengan standar Na2CO3 0,1 M sampai terjadi perubahan warna. Percobaan ini dilakukan 2 kali.
3. Molaritas H2SO4 dihitung hingga 4 (empat) desimal.
4. Titrasi diulangi dengan menggunakan indikator phenolphtalen.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Data hasil Pengamatan
1.1 Pembuatan Larutan H2SO4
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Labu takar 50 ml ditimbang.
Labu takar diisi dengan akuades hingga ¾ penuh dan ditimbang.
Suhu awal diukur.
Gelas ukur kosong ditimbang.
1 ml H2SO4 pekat ditambahkan lalu dikocok hingga homogen.
Suhu akhir diukur.
Gelas ukur tersebut diisi hingga batas tera dengan akuades.
Massa labu takar ditimbang dengan larutan H2SO4.
|
Massa = 45,55 gr.
Massa = 63,28 gr.
Massa = 36,00 gr
Massa = 37,62 gr
Massa = 95,94 gr.
|
1.2 Pembuatan Larutan NaOH
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
Kristal NaOH ditimbang.
Kristal tersebut dilarutkan dengan akuades hangat, dan dirasakan larutannya.
Larutan dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, dan ditambahkan akuades hingga batas tera, serta dikocok sampai homogen.
|
Massa = 0,31 gr
Larutan menjadi lebih hangat.
|
1.3 Pengenceran Larutan H2SO4 0,36 M
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
5 mL H2SO4 hasil percobaan A dimasukan ke dalam labu takar 50 ml.
Larutan ini ditambahkan akuades hingga batas tera.
Larutan ini dikocok hingga homogen.
|
V H2SO4 = 5 ml
V pengenceran =
50 ml
|
1.4 Menitrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH)
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Larutan NaOH hasil percobaan B sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam erlemeyer dan ditambahkan 3 tetes indikator pp.
Larutan HCl 0,1 N dimasukkan ke dalam buret dan dibaca pembacaan volume awal.
Larutan NaOH ini dititrasi.
Volume akhir dibaca.
Volume titrasi dihitung.
|
Warna awal ungu
V1 = a ml HCl
Warna larutan menjadi bening
V2 = b ml
DV = V2 – V1
= b – a
= 21,5 ml
|
1.5 Menitrasi Basa terhadap Asam ( 0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl )
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
10 mL HCl dimasukan ke dalam 100 ml dan ditambahkan 3 tetes metil merah.
Buret diisi dengan NaOH 0,1 N dan dicatat pembacaan volume awal.
Larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH.
Pembacaan volume akhir dicatat.
Volume titrasi dihitung dengan merata-ratakannya.
|
Warna awal pink
V1 = 3,4 ml
Warna larutan menjadi kuning.
V2 = 10,7 ml
DV = V2 – V1
= 10,7 – 3,4
= 7,3 ml
|
1.6 Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
15 mL H2SO4 hasil percobaan C dimasukkan ke dalam erlemeyer 50 ml.
3 tetes metil orange ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
Na2CO3 dimasukkan ke dalam buret dan dibaca volume awal.
Larutan Na2CO3 dititrasi
Pembacaan volume akhirnya dihitung
Volume titrasinya dihitung.
|
Berwarna bening
Warna larutan merah muda
V1 = 10 ml
Warna larutan menjadi jingga.
V2 = 16,8 ml
DV = V2 – V1
= 16,8 – 10
= 6,8 ml
|
2. Perhitungan
A. Perhitungan Molaritas Larutan H2SO4
Diketahui : M1 = 18M
V1 = 1 ml
V2 = 50 ml
Ditanya : M2 = ...?
Jawab :
M1. V1 = M2 . V2
18 . 1 = M2 . 50
M2 =
= 0,36 M
Jadi, molaritas larutan H2SO4 setelah diencerkan adalah 0,036 M.
B. Perhitungan Pembuatan Larutan NaOH
Diketahui : m NaOH : 0,31 gr
V larutan NaOH : 50 ml = 0,05 L
BM : 40 g/mol
Ditanya : a. M NaOH …………. ?
b. % w/v ……………. ?
Jawab :
m NaOH
n NaOH =
BM NaOH
0,31 mol
=
40 g/mol
= 0,00775 mol
mol NaOH
[ NaOH ] =
V larutan NaOH
=
= 0, 155 M
% w/v = . 100 %
= . 100 %
= 6,2 %
C. Pengenceran Larutan H2SO4 0,36 M
Diketahui : V H2SO4 mula-mula = 5 ml
M H2SO4 mula-mula = 0,36 M
V setelah pengenceran = 50 ml
Ditanya : M HCl
Jawab : V Pengenceran . M Pengenceran = V awal . M awal
50 . M pengenceran = 5 . 0,36
M pengenceran = 0,036 M
D. Titrasi Asam Terhadap Basa (0,1 N HCL terhadap 0,1 NaOH)
Diketahui : VHCl(1) = 2 ml
VHCl(2) = 3 ml
NHCl = 0,1 N
VNaOH = 10 ml
Ditanya : NNaOH = ....?
Jawab :
VTitrasi =
= 2,5 ml
NHCl. Vtitrasi = NNaOH. VNaOH
0,1 . 2,5 = NNaOH . 10
NNaOH = 0,025 N
E. Titrasi Basa Terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 HCl)
Diketahui : VNaOH(1) = 10,7 ml
VNaOH(2) = 3,4 ml
NNaOH = 0,1 N
VHCl = 10 ml
Ditanya :
NHCl = ....?
Jawab :
Vtitrasi =
= 7,05 ml
NHCl. VHCl = NNaOH. Vtitrasi
NHCl . 10 = 0,1 . 7,05
NHCl = 0,0705 N
F. Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3
Diketahui : M Na2CO3 (M2) = 0,1 M
V H2SO4 (V1) = 10 ml
V Na2CO3 (V2) = 16,8 ml
Ditanya : M H2SO4(M1) = …… ?
Jawab : M1 . V1 = M2 . V2
M1 . 10 = 0,1 . 16,8
M1 = 0,168 M
Jadi, molaritas H2SO4 adalah 0,168 M.
B. PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan H2SO4
Mula-mula labu takar 50 ml kosong ditimbang dan didapatkan massanya sebesar 45,55 gr. Kemudian diisi dengan akuades ¾ penuh dan menghasilkan massa sebesar 63,28 gr. Setelah dimasukkan 1 ml H2SO4 pekat (18 M).
Setelah itu larutan H2SO4 ditambahkan akuades hingga batas tera (volume larutan 50 ml). Kemudian ditimbang dan didapatkan massanya sebesar 95,94 gr. Molaritas (M) sebesar 0,36 mol/liter.
H2SO4 merupakan asam kuat, cairannya tidak berwarna dan dapat bercampur dalam semua perbandingan. Pembuatan larutan H2SO4 merupakan penggunaan dari prinsip pengenceran larutan. Reaksi yang terjadi :
H
2SO4 (pekat) + H2O(l) H2O(l) + H
2SO4 (encer)
B. Pembuatan Larutan NaOH
NaOH atau Natrium Hidroksida merupakan salah satu basa kuat yang terdisosiasi sempurna dalam air. Garam-garamnya akan membentuk larutan bening dan tidak berwarna, kecuali jika anionnya berwarna. NaOH merupakan padatan yang bila disentuh oleh tangan akan terasa licin.
Percobaan pembuatan NaOH, 0,31 gram NaOH dilarutkan dalam sedikit akuades yang dihangatkan. Tujuan penggunaan akuades hangat adalah untuk mencegah terbentuknya CO3-2. Apabila CO3-2 terbentuk akan menyebabkan berkurangnya kebebasan atau kemolaran kebasaan NaOH, sesuai dengan sifat CO3-2yang bersifat asam sehingga dapat mengurangi kebasaan zat atau larutan. Setelah dilarutkan, NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan akuades hingga batas tera (volume larutan menjadi 50 mL) kemudian dikocok hingga homogen (antara zat terlarut dan pelarut tidak dapat dibedakan lagi). Dari massa dan volume NaOH didapatkan beberapa satuan konsentrasi antara lain % w/v sebesar 6,2 % dan kemolaran NaOH sebesar 0,155 M.
Reaksi yang terjadi:
NaOH(kristal) + H2O(l) NaOH (encer) + H2O (l)
C. Pengenceran Larutan H2SO4 0,36 M
Pada percobaan pengenceran larutan H2SO4, pengenceran dilakukan dengan cara mencampurkan 5 ml H2SO4 percobaan A (0,36 M ) dengan 45 ml akuades. Sehingga, volume larutan menjadi 50 mL. Kemudian larutan dikocok agar homogen. Pada saat larutan sudah homogen warna larutan hasil pengenceranm sebesar 0,036 M. Pada pengenceran volume larutan mengalami perubahan [bertambah], namun mol zat terlarut tetap sehingga berlaku mol mula-mula = mol setelah pengenceran. Reaksi yang terjadi :
H
2SO4 (pekat) + H2O(l) H2O(l) + H
2SO4 (encer)
D. Menitrasi Asam Terhadap Basa
Mula-mula 20 ml larutan NaOH ditambahkan 3 tetes PP. Dari titrasi didapatkan volume sebesar 21,5 ml HCl 0,1 N.
E. Menitrasi Basa Terhadap Asam
Pada percobaan titrasi basa terhadap asam, 10,7 ml. HCl dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Dan sesuai perhitungan Volume titrasi sebesar 7,05 ml. Reaksinya :
NaOH (aq)+ HCl (aql) NaCl (aq) + H2O (l)
F. Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3
Mula-mula 15 ml larutan H2SO4 ditetesi methyl orange, sehingga warna larutan menjadi merah muda Setelah dititrasi warna larutan menjadi jingga. Dan molaritas H2SO4 sebesar 0,168 M. Reaksi yang terjadi :
H
2SO4 (aq)+ Na2CO3 (aql) Na2SO4(aq) + H2CO3 (aq)
VI. KESIMPULAN
1. Untuk membuat larutan H2SO4 0,36 M dilakukan dengan mencampurkan H2SO4 pekat (18 M) dengan sejumlah akuades. Begitu juga dengan pembuatan larutan NaOH 0,155 M diperlukan 0,31 g NaOH dengan sejumlah akuades.
2. Konsentrasi H2SO4 yang diperoleh dari pembuatan larutan H2SO4 adalah 0,036 M.
3. Pada percobaan pengenceran larutan H2SO4; V mula-mula sebesar 5 ml; M mula-mula sebesar 0,36 M; V pengenceran sebesar 50 ml; M pengenceran sebesar 0,036 M.
4. Pada percobaan penentuan konsentrasi larutan standar dengan larutan Na2CO3didapatkan volume titrasi sebesar 16,8 ml, M H2SO4 sebesar 0,168 M dengan trayek perubahan warna merah muda – jingga.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Day, R.A. dan Underwood. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid I. Erlangga. Jakarta.
Sukmariah, M. dan Kamianti. 1990. Kimia Kedokteran I. Bina rupa Aksara Jakarta.
Gunawan, Adi. 1998. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
LAMPIRAN
1. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer dan larutan standar sekunder ?
2. Syarat apa yang harus dipenuhi oleh suatu zat agar dapat dipergunakan sebagai larutan standar primer ?
3. Berikan sifat fisik dan kimia dari senyawa NaOH dan H2SO4.
Jawab :
1. a. Standar primer adalah suatu larutan zat yang dapat dibuat dan diinginkan yang ditimbang secara teliti, kemudian melarutkannya kedalam volume larutan yang volemenya diukur secara teliti.
b. Standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diketahui denga cara pembekuan terlebih dahulu.
2. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu zat agar dapat dipergunakan sebagai larutan standar primer adalah harus memenuhi persyaratan untuk analisa secara titrimetri.
3. Sifat fisik senyawa NaOH adalah
a. padatan berwarna putih
b. jika dalam larutan tidak berwarna
c. tidak leleh (padatan) 3180C
d. bersifat pahit
Sifat kimia NaOH adalah :
a. terurai menjauhi ion H+ dalam larutan
b. dapat berubah warna kertas lakmus merah menjadi biru
c. sebagai penerima proton
d. jika mengenai kulit dapat menimbulkan alergi
Sifat fisik H2SO4 adalah :
a. larutan tidak berwarna
b. terasa asam
c. berat molekul 98,08 dan massajenis 1,84 kg/L
Sifat kimia H2SO4 adalah :
a. menghasilkan ion hidrigen dan dapat memberikan hasil satu protein
b. H2SO4 100% asam sulfat berasap.