, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MAKALAH TUNTUNAN AKHLAK ISLAM, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
AKHLAK TASAWUF
TUNTUNAN AKHLAK ISLAM
Pendahuluan
Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongankepada sikap-sikap untuk maju. Kemajuan materi(madiyah) akan terpacu oleh akhlak manusia yang menggenggam materi tersebut. Akhlak adalah perangaiyang berakar didalam hati sebagai anugerah dari Khalik Maha Pencipta. Adalah satu kenyataan belaka bahwa makhluk manusia mesti terikat erat dengan Khalik sang Pencipta. Akhlak adalah jembatan yang mendekatkanmakhluk dengan Khaliknya. Menjadi parameter menilai sempurna atau tidaknya ihsan Muslim itu. Melaksanakan agama sama artinya dengan berakhlak sesuai dengantuntunan agama Islam. Karena itu, agama bukanlah sebuahbeban, melainkan adalah sebuah identitas (ciri, shibgah). Membebaskan diri dari ketentuan Maha Pencipta, atau membebaskan manusia dari nilai-nilai agama (sepertifree of values yang banyak dipahami oleh masyarakat liberalistik) akan berakibat bahwa makhluk manusia menjadi makhluk yang tidak punya makna. Dengan demikian, semestinya agama harus dilihat sebagai satu keperluan utama. Betapapun keperluan materi telah dapat dipenuhi,suasana hidup akan selalu hambar dan gersang manakala keperluan ruhanik (immaterial, spirituil) tidak diperhatikan. Selalu akan tampak bahwa manusia tanpaagam,a sama saja dengan makhluk yang bukan manusia. Perikehidupan tanpa bimbingan agama, artinya sama dengan peri kehidupan tidak berperikemanusiaan.
Para Nabi dan Rasul yang diutus kepada manusiabertugas memberikan tuntunan akhlak dalam semuaprilaku kehidupan. Rujukan dari tuntunan akhlak adalah wahyu Allah. Semua bimbingan yang terdapat pada semua kitab suci samawi menekankan kepada terpeliharanya adab pergaulan antar manusia dan sesamamakhluk. Tatanan adab pergaulan dimasud selalu di ikatdengan hubungan kasih (mahabbah) dengan Khalik Maha Pencipta, yang disebut dengan ibadah.Tuntunan akhlak dan ibadah bukanlah sebatas teori, tetapi semua prilaku pada seluruh tingkat pelaksanaan hubungan kehidupan. Terlihat nyata dalam bentuk perilaku, contoh dan uswah. Firman Allah menyebutkan “
Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik (uswah hasanah), yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
” (QS.33, al Ahzab: 21).Rasulullah SAW menyebutkan satu tugas risalahnya sebagai “Hanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlakyang mulia” (al Hadist). Pentingnya akhlak di ungkap banyak penyair (ahlihikmah) “innama umamul akhlaqu maa baqiyat, wa inhumudzahabat akhlaquhum dzahabuu”, yang di artikan, “tegak rumah karena sendi, sendi hancur rumah binasa. Tegaknya bangsa karena berbudi, budi hancur luluhlah bangsa”.Masyarakat Minangkabau dengan falsafah “adat basabdi syarak, syarak basandi kitabullah”, sangat banyak menampilkan pepatah, peribahasa yang mengandung ajaran tentang akhlak ini.
A. Kejujuran dan Keadilan adalah Raja
Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap orang untuk berlaku adil, berbuat ihsan (kebajikan), dan membantu karib kerabat. Dan, Allah juga memerintahkan untuk melakukan pencegahan terhadap perilaku keji dan tercela (fahsya’, anarkis). Allah SWT juga memerintahkan untuk menghindar dari kemungkaran (perbuatan terlarang) dan aniaya (anarkis), juga dari perlakuan yang melampaui batas (bagh-ya). Semua peringatan Allah ini harus selalu di ingat oleh manusia (QS.An Nahl,90).Adil, adalah pakaian setiap pemimpin, tidak semata ucapan.Adil, adalah suatu perbuatan, yang di dambakan setiap orang. Menjadi kewajiban setiap pribadi untuk menegakkan dan mempertahankannya.
Agama Islam mengajarkan bahwa setiap orang adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan diminta pertanggungan jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya.Agama menegaskan bahwa, penguasa adalah pemimpin dari rakyatnya.
Seorang suami menjadi pemimpin atas istri,keluarga dan rumah tangganya. Seorang pekerja (khadam) adalah pemimpin atas harta yang di amanahkan oleh majikannya. Konsekwensinya adalah, setiap pemimpin memikul tanggung jawab berlaku adil dan amanah menjaga rakyat yang di pemimpinannya. Maka setiap pemimpin akan ditanya pertanggungan jawab atas kepemimpinannya. (Hadist di riwayatkan Al-Bukhari dari‘Abdullah ibn ‘Umar RA). Pemimpin yang adil, semestinyalah bersikap merendah (tawadhu’) terhadap rakyat yang dipimpinnya (HR.Bukhari, dalam Riyadhus-Shalihin, Imam Nawawi) .Maknanya adalah, kepentingan (aspirasi) rakyat wajib diutamakan.
Hanya ada satu kepentingan, demi kemashlahatan rakyat banyak.Pemimpin dalam pandangan Islam tidak untuk kepentingan kelompok atau golongan. Tetapi untuk kemashlahatan orang banyak. Walaupun barang kali seorang pemimpin memiliki kekurangan fisik, tetapi adil dan berpedoman kepada Kitabullah, maka Muslimin disuruh mengikutnya.
Tuntunan Akhlak Islami
Lemahnya bekalan agama di lapisan umat dan tipisnya pemahaman Islam akan berpengaruh di dalam kehidupan. Paham ‘Ashabiyah (kedaerahan), menghilangkan arti maknawi dari ukhuwah. Persatuan lahiriyah tidak mampu menumbuhkan kebahagiaan mahabbah, cinta sesama. Di sinilah bermula sumber kehancuran. Karena itu Rasulullah SAW selalu berdo’a sebagaimana disampaikan oleh Ummul Mukminin‘Aisyah R ’anha, “allahumma man waliya min amriumatiy syay-an fa syaqqa ‘alaihim fasy-quq ‘alaihi, waman waliya min amri umatiy syay-an far-faqa bihim, far-fuq bihi”, artinya, “Ya Allah, barangsiapa yang menjadi pemimpin atas umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah ia, dan barangsiapa yang memimpin umatku, lalu mengasihi mereka, maka kasihanilah ia.” (HR.Shahih Muslim).
Karena itu, sangatlah tidak pantas bila seorang meminta-minta untuk diangkat menjadi seorang pemimpin. Disampaikan oleh Shahabat Abu Musa RA,tatkala dua orang Bani ‘Ammi minta diangkat menjadigubernur disuatu daerah, maka Rasulullah SAW berkata,“Inna Wallahi, Laa nuwalliy ‘alaa haa-dzal ‘amaliahadan sa-alahu wa laa ahadan harasha ‘alaihi”, artinya, “Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan mengangkat seorang penguasa atas pekerjaan ini apabila ia memintanya atau ambisius kepadanya”
(HR. Muttafaq ‘alaih). Kepemimpinan sesungguhnya adalah amanat dariAllah SWT. Wajib di tunaikan sebagai ibadah di tengahkehidupan masyarakat (rakyat)-nya, atau hablum min an-naas.
Adil adalah Pakaian Setiap Pemimpin
Adil, adalah ciri taqwa. Konsep ini bukan semata teologis, melainkan sangat humanis universal. Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin pemegang tampuk kekuasaan yang melalaikan kepentingan rakyatnyaadalah pemimpin yang sangat dicela. Rasulullah SAWmemperingatkan, “maa min waa-lin yaliy ra’iyyahminal-Muslimin, fa yamuutu wa huwa gaasy-syunlahum, illa harrama-Allahu ‘alaihil-jannah”, artinya, “Tidak seorangpun yang diberi amanat oleh Allah untukmemimpin rakyatnya (kaum Muslimin), lalu ia matidalam keadaan menipu mereka, kecuali Allahmengharamkan baginya sorga (tidak akan masuk sorga)”(HR.Muttafaqun ‘alaihi dari Abi Ya’la (Ma’qal) bin Yasar RA).
Syari’at Islam dimulai dengan Nasehat
Nasehat itu ditujukan untuk seluruh manusia. Mencakup seluruh segi kehidupan. Sumbernyapun jelas. Nasihat yang berpangkal dari Allah (Al Qur'an). Merujuk kepada contoh dan petunjuk pelaksanaan dari Muhammad Rasulullah SAW, yang dikenal sebagai Sunnah Rasul. Mematuhi Allah berarti mematuhi sunnah Rasulullah. Satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan, tidak bisa diingkari atau ditolak. Dalam satu penjelasannya Rasulullah SAW menyebutkan bahwa,“Ad-dien (Syari'at agama Islam) itu adalah nasehat, (Mau'izhah Hasanah).