Advertisement
MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT
MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBATlink :
MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT
Baca juga
MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Efek Samping Obat
Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.
Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini.
Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan.
B. Masalah Efek Samping Obat
Obat, selain memberikan efek terapi yang diharapkan, juga dapat memberikan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat, atau “adverse drug reaction”. Efek samping merupakan efek sekunder, efek yg tidak diinginkan, dapat diprediksi. Kedua efek muncul dengan frekuensi dan durasi yang berbeda pada setiap individu, tergantung dari dosis obat, frekuensi penggunaan, cara pakai, kondisi fisik, dan faktor genetis sang pengguna.
Hampir sebagian besar obat memiliki efek samping karena jarang sekali obat yang beraksi cukup selektif pada target aksi tertentu. Suatu obat bisa bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas dalam berbagai jaringan di tubuh. Sehingga walaupun sasarannya adalah reseptor pada pembuluh darah jantung misalnya, ia bisa juga bekerja pada reseptor serupa yang ada di saluran nafas, sehingga menghasilkan efek yang tak diinginkan pada saluran nafas. Contohnya, obat anti hipertensi propanolol dapat memicu serangan sesak nafas pada pasien yang punya riwayat asma. Misalnya Digitalis : meningkatkan konstraksi miokard, Efek sampingnya: mual, muntah.
Semakin selektif suatu obat terhadap target aksi tertentu, semakin kecil efek sampingnya. Dan itulah yang kemudian dilakukan pada ahli produsen obat untuk membuat suatu obat yang semakin selektif terhadap target aksi tertentu, sehingga makin kurang efek sampingnya.
Efek samping tidak dapat dihindari atau dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari factor-faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui.
C. Macam-macam Efek Samping
1. Obat Tipe A
Efek Samping Tipe A adalah efek samping yang sudah terdeteksi saat uji klinik, berkaitan dengan dosis (dose-related) dan timbul berkaitan dengan efek farmakologi (khasiat) dari obat tersebut.Meningkatkan efek samping yang ditimbulkan, secara umum efek samping tipe A ini tidaklah berat. Contohnya penggunaan fenotiasin dapat menimbulkan ekstrapiramidal karena efek anti kolinergiknya, penurunan dosis berkemungkinan dapat menurunkan efek sampingnya. Peningkatan efek farmakologi melebihi normal suatu obat pada dosis terapi yang dianjurkan, seperti bradikardia pada pengguna antagonist beta-adrenoseptor dan perdarahan pada pengguna antikoagulan. Mudah diduga (prediktabilitas tinggi) melalui pengenalan efek farmakologi obat yang bersangkutan, biasanya tergantung pada dosis yang digunakan. Insiden dan mordibitasnya tinggi tetapi umumnya memiliki angka mortalitas yang rendah. Sering timbul akibat perubahan farmakokinetik obat oleh penyakit atau farmakoterapi yang bersamaan.
Efek Samping Tipe A bersifat intrinsik, bergantung dari konsentrasi, dosis, serta bahan-bahan kimia yang dikandung oleh suatu jenis obat. Umumnya merupakan kelanjutan khasiat terapetik. Kejadiannya dapat diprediksi sebelumnya. Insidens tipe ini paling tinggi. Reaksi-reaksi ini dapat diprediksi dalam hal farmakologi primer dan sekunder obat dan biasanya tergantung kepada dosis. Contoh jenis reaksi ini termasuk hipoglikemia dengan hipoglikemi oral dan hipotensi dengan anti-hipertensi. Reaksi ini harus diantisipasi, dan sering bisa dieliminasi dengan mengurangi dosis. Reaksi-reaksi ini dapat diprediksi dalam hal farmakologi primer dan sekunder obat dan biasanya tergantung kepada dosis. Contoh jenis reaksi ini termasuk hipoglikemia dengan hipoglikemi oral dan hipotensi dengan anti-hipertensi. Reaksi ini harus diantisipasi, dan sering bisa dieliminasi dengan mengurangi dosis.
2. Obat Tipe B
ESO type B (ESO dose Independent) ialah ESO yang merupakan suatu respon jarang atau tidak umum terjadi dan tidak dapat diduga sebelumnya. Si ESO tipe B tidak berhubungan dengan khasiat farmakologik obat, dan yang terjadi tidak bergantung pada dosis. Reaksi ini lebeh jarang terjadi (dibanding dengan tipe A), tetapi lebih sering bersifat fatal.
Reaksi tipe B ini biasanya berat, bahkan sering menyebabkan kematian dan pengurangan dosis tidak bermanfaat untuk mengurangi efek amping. Oleh karene itu, pemberian obat harus segera dihentikan. Reaksi tipe B ini umumnya bersifat imunologik dan dapat timbul sebagai syok anafilakti atau hiperfeleksi maligna.
Untuk menghindari dan untuk kewaspadaan kita terhadap reaksi tipe B ini.diperlukan data-gata berisi informasi mengenai ESO yang telah dilaporkan dari pengalaman pemakaian obat, atau dari evaluasi pemakaian obat.
3. Obat Tipe C (Chronic)
Reaksi yang terkait dengan penggunaan obat jangka lama, contohnya adalah ketergantungan Benzodiazepine, chloroquinedan analgesik nefropati (kerusakan pada ginjal). Reaksi-reaksi dapat dijelaskan dengan baik dan kronik tetapi dapat diantisipasi.
Benzodiazepine biasanya digunakan untuk gangguan kecemasan, insomnia, gangguan kejang, gangguan suasana hati, gangguan gerakan, intoksikasi (keracunan) dan melepaskan ketergantungan terhadap alcohol dan zat lainnya. Contoh obat jenis ini adalah alprazolam, bromazepam, chloridazepoxide, clobazam, clonazepam, clorazepate, diazepam, dll. Chloroquine biasanya digunakan untuk pencegahan malaria dan sebagai modifikasi obat anti rematik. Obat populer berdasarkan Chloroquine adalah Klorokuin FNA, resochin danDawaquin.
4. Obat Tipe D
Efek samping obat tertunda/lambat yang terjadi beberapa tahun setelah terapi seperti karsinogen (penyabab kanker) dan teratogen. Diperkirakan bahwa toksisitas tersebut dihalangi oleh penelitian mutagenisitas praklinis. Penelitian karsinogen untuk senyawa kimia baru perlu dilakukan secara menyeluruh sebelum lisensi produk diberikan. Contohnya efek samping obat diethystilbesterol. Diethystilbesterol digunakan untuk indikasi vaginitisgonorrheal, vaginitis atrofi, gejala menopause, dan postpartum menyusuipenekanan untuk mencegah pembengkakan payudara.
5. Tipe E (Ending)
Efek samping obat terjadi pada akhir terapi jika obat diberhentikan secara mendadak/tiba-tiba. Contohnya pada penggunaan steroid yang meng- induced cushing syndrome. Sindrom Cushing menjelaskan tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan kontak yang terlalu lama dengan tingkat tinggi terhadap hormon kortisol.Kortisol adalah hormon steroid, lebih khusus glukokortikoid yang diproduksi oleh fasciculata zona korteksadrenal.
6. Efek samping yang paling sering muncul, yaitu sakit kepala, darah tinggi, atau seluruh badan terasa tidak enak, selain itu ada beberapa efek samping lain yang lazim muncul, yaitu:
a. Kelelehan
Obat dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas sehingga badan menjadi terasa lelah.
b. Anemia
Merupakan salah satu yang menyebabkan tubuh kita merasa lelah.
c. Masalah pencernaan
Banyak obat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada perut. Obat dapat menyebabkan mual, muntah, kembung, atau diare.
d. Perut kembung
Dapat dikurangi dengan menghindari makanan seperti buncis, beberapa macam sayuran mentah dan kulit sayuran
e. Diare
Diare dapat berkisar antara ringan sampai berat. Jika berat segeralah periksa ke dokter. Jangan lupa perbanyak minum air putih.
f. Lipodistrofi
Yaitu kehilangan lemak pada lengan, kaki dan wajah, penambahan lemak pada perut atau dibelakang leher dan peningkatan lemak (kolesterol) dan gula (glukosa) dalam darah. Perubahan ini dapat meningkatkan resiko serangan jantung atau serangan otak.
g. Tingkat lemak atau gula yang tinggi dalam darah
Termasuk kolesterol,trigliserida dan glukosa. Masalah ini dapat meningkatkan resiko penyakit jantung.
h. Masalah kulit
Beberapa obat menyebabkan ruam (gatal-gatal pada kulit), ada yang bersifat sementara , tetapi dapat menimbulkan reaksi berat. Periksalah ke dokter jika mengalami ruam. Selain itu obat juga dapat menyebabkan kulit kering dan rambut rontok. Pelembab kulit dapat membantu masalah kulit.
i. Neuropati
Neuropati adalah penyakit yang sangat nyeri disebabkan oleh kerusakan saraf. Penyakit ini biasanya dimulai dari kaki dan tangan.
j. Toksisitas mitokondria
Toksisitas mitokondria merupakankerusakan rangka dalam sel. Penyakit ini dapat menyebabkan neuropati atau kerusakan pada ginjal dan dan dapat meningkatkan asam laktit dalam tubuh.
k. Osteoporosis
Pada penderita HIV obat dapat menyebabkan mineral tulang hilang dan tulang menjadi rapuh.
7. Efek teratogenik.
Tragedi talidomit di awal 1960-an meningkatkan minat terhadap pengetahuan, pencegahan, dan pengobatan kelainan perkembangan manusia. Sekitar 3 % dari seluruh bayi manusia baru lahir menunjukkan cacat bawaan yang berarti untuk klinis. Dari jumlah ini,sekitar 7% disebabkan oleh paparan terhadap zat kimia,fisika, biologi selama di dalam kandungan. Sekitar 15%-25% berkaitan dengan mutasi gen atau penyimpangan kromosom, 20% karena etiologi multifaktor dan lebih 50% karena penyebab yang tidak diketahui.
Tahap perkembangan embrio menentukan kerentanan terhadap teratogen. Beberapa paparan teratogenik bertindak langsung terhadap embrio. Sementara, sebagian lagi bertindak melalui penengah (intermediate)yang dihasilkan melalui metabolisme ibu. Tahap kehamilan sangat mempengaruhi kemaknaan paparan obat.
Teratogen dapat bekerja melalui proses yaitu :
a. mengubah kecepatan poliferasi sel
b. menghalangi sel sehingga agregasi tak benar
c. mengubah matriks yang mengganggu perpindahan sel-sel
d. merusak bagian atau kemampuan sel berespon
Beberapa senyawa yang dapat menimbulkan efek teratogenik :
a. Teratogen : Androgen, etisteron, noretisteron, testosteron ,
Cacat Bawaan : Maskulinisasi janin wanita dengan berbagai tingkatan. Genitalia eksternal ambigu karena fusi labial dan hipertrofi klitoris
b. Teratogen : Alkohol
Cacat Bawaan : Fetal alcohol sydrome, retardasi pertumbuhan di dalam kandungan(IUGR), keterlambatan mental, mikrosefali,kelainan okuler, kelainan sendi, dan Short palpebral fissures.
c. Teratogen : Tetrasiklin
Cacat Bawaan : Gigi berwarna,hipoplasia email.
Obat-obatan ini telah dibuktikan dapat membuat cacat janin. Obat-obat yang tercantum dalam daftar ini tidak mutlak dilarang penerapannya, dalam keadaan darurat masih dapat digunakan. Misalnya, semua antiepileptika, kecuali dari kelompok benzodiazepin, termasuk obat ” terlarang “. Namun, bila perlu, obat ini dapat diberikan selama kehamilan, karena resiko timbulnya penyimpangan pada janin lebih besar tanpa pengobatan. Manfaat obat bagi si ibu harus diseimbangkan dengan resiko untuk janin. Bila manfaat bagi si ibu disangsikan, hendaknya obat jangan diberikan.
Obat | Efek teratogenik |
metotreksat | Malformasi SSP, mata, telinga, tangan dan kaki |
Dietilstilbestrol (DES) | Kanker vagina |
Karbamazepin, Asam valproat | Cacat tabung saraf |
fenitoin | Fetal hydanatoin syndrome |
thalidomide | Phocomelia |
warfarin | Tulang rangka, SSP |
Alkohol | Fetal alcohol syndrome |
isotretinoin | SSP, craniofacial, jantung |
Tetrasiklin | Tulang gigi |
ACE inhibitor | Gagal ginjal, tengkorak |
sikofosfamid | Cleft palate, ginjal tidak terbentuk |
D. Faktor-Faktor Terjadinya Efek Samping Obat
E. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Masing-masing obat mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing, baik dari segi manfaat maupun kemungkinan efek sampingnya. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, jangan terlalu terpaku pada obat baru, di mana efek-efek samping yang jarang namun fatal kemungkinan besar belum ditemukan. Sangat bermanfaat untuk selalu mengikuti evaluasi/penelaahan mengenai manfaat dan risiko obat, dari berbagai pustaka standard maupun dari pertemuan-pertemuan ilmiah. Selain itu penguasaan terhadap efek samping yang paling sering dijumpai atau paling dikenal dari suatu obat akan sangat bermanfaat dalam melakukan evaluasi pengobatan.
1. Upaya pencegahan
Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:
a. Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri
b. Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif non-farmakoterapi
c. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
d. Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada: anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung. Pada bayi dan anak, gejala dini efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya kemampuan komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran
e. Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera hentikan obat bila dirasa tidak perlu lagi
f. Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau penyakitnya memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru karena efek samping obat
2. Penanganan efek samping
Dengan melihat jenis efek samping yang timbul serta kemungkinan mekanisme terjadinya, pedoman sederhana dapat direncanakan sendiri, misalnya seperti berikut ini:
a. Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping. Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar, maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan dapat dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila efek samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau idiosinkratik, obat harus diganti dan obat semula sama sekali tidak boleh dipakai lagi. Biasanya reaksi alergi/idiosinkratik akan lebih berat dan fatal pada kontak berikutnya terhadap obat penyebab. Bila sebelumnya digunakan berbagai jenis obat, dan belum pasti obat yang mana penyebabnya, maka pengobatan dimulai lagi secara satu-persatu.
b. Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita.Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok anafilaksi diperlukan pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin atau kortikosteroid (bila diperlukan), dan lain-lain.
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
a. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane
b. Pendarahan usus, akibat Aspirin
c. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2
d. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin
e. Kematian, akibat Propofol
f. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon
g. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik
h. Diare, akibat penggunaan Orlistat
i. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan
j. Demam, akibat vaksinasi
k. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid
l. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia
m.Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan
n. Kerusakan hati akibat Parasetamol
o. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin
p. Stroke atau serangan jantung akibat penggunaan Sildenafil (Viagra)
q. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan
Demikianlah Artikel MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT
Sekianlah artikel MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/11/makalah-kimia-farmasi-efek-samping-obat.html
MAKALAH KIMIA FARMASI : EFEK SAMPING OBAT