Advertisement
EVALUSI PENDIDIKAN
EVALUSI PENDIDIKAN - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul EVALUSI PENDIDIKAN, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
EVALUSI PENDIDIKANlink :
EVALUSI PENDIDIKAN
Baca juga
EVALUSI PENDIDIKAN
EVALUASI PENDIDIKAN
(Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tertulis )
Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah” Evaluasi Pendidikan ”
Dosen Pengampu : Wiwin M. Pd. I
Disusun OLeh : Kelomopok III
1. Faisal (125911 )
2. Feni ( 125911 )
3. Tatik Prisnamasari (12451140 )
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PGMI ( VI E)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)CURUP
TAHUN AJARAN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi. evaluasi adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk langkah berikutnya.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuesioner.
Disini kita harus memiliki keterampilan untuk mengembangkan berbagai bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian kopetensi siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan tentang “Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tulis” sehingga kita bisa mengetahui dan membedakan berbagai instrumen penilaian tes tulis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara merancang Instrumen penilaian tes tertulis?
2. Bagaimana menyusun instrumen penilaian tes tertulis?
3. Bagaimana menilai kualitas instrumen penilaian tes tertulis ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana cara merancang Instrumen penilaian tes tertulis.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana menyusun instrumen penilaian tes tertulis
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana menilai kualitas instrumen penilaian tes tertulis.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengembangan instrumen penilaian Tes Tertulis
Dalam mengembangkan instrumen Tuckman(1978) telah menunjukkan langkah-langkah yang dapat diikuti yaitu dengan menentukan langkah –langkah yang dapat diikuti yaitu dengan menentukan tujuan dan variabel yang akan diukur,menentukan indikkator, menulis butir-butir instrumen, serta menguji coba dan mengevalusi instrumen. Secara umum ,pengembangan instrumen yang akan dilakukan melalui penelitian ini ,mencangkup langkah tujuan , penelaan teori, penetapan konsep,penyusunan kisi-kisi,,menulis instrumen ,penenentuan bobot jawaban, lama menjawab inventor, uji coba, analisis kualitas inventori, dan revisi penataan inventori.Dimana syarat instrumen yang baik harus memiliki karakteristik validitas yang baik dan reabilitas yang tinggi. Dimana validiatas mempunyai arti seberapa jauh ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan reabilitas adalah ketepatan atau keajekan instrumen tersebut dalam mengukur apa yang diukur,artinya kapan pun instrumen tersebut digunakan akan memperoleh hasil ukur yang sama.
A. Cara merancang Instrumen penilaian tes tertulis
Sebelum menulis soal maka hal-hal yang harus di lakukan diantaranya yaitu:
1. menentukan tujuan tes
2. menyusun kisi-kisi soal
3. penulisan soal
4. pemberian skor
5. pelaporan hasil tes
1. Tujuan tes tertulis
Tujuan pembuatan instrumen tes inventori ini adalah untuk memperoleh validitas dan reabilitas yang baik dalam rangka upaya mengembangkan instrumen evaluasi. Tes tertulis terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Tes prestasi belajar ( atau yang disebut juga dengan juga tes pencapaian belajar) dapat dibuat buat untuk tujuan apa hasil yang akan disusun itu dipergunakan. Setelah itu barulah dimulai dengan langkah- langkah utama lainya.
Tujuan tes pencapaian belajar adalah untuk mendaptkan informasi tentang seberapa jauh siswa sudah menyerap isi bahan pengajaran yang disajikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan tes diselenggarakan dengan tujuan:
a) untuk keperluan seleksi,
b) untuk menempatkan orang pada kelas-kelas tertentu,
c) untuk mengetahui hasil belajar,
d) untuk keperluan diagnostik, dan
e) untuk keperluan uji coba
2. Menentukan indikator tes tertulis
Penulisan indikator harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.
Yang perlu diperhatikan dalam menentukan Indikator adalah
· Soal Indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi
· Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
· Indikator mengacu pada materi pembelajaran sesuai kompetensi
Dalam menyusun indikator perhatikan:
1. kata kerja operasional
2. membedakan jenis kelamin
Misalnya : - Ilustrasi gambar, nama, dll.
-Bapak pergi ke ….
-Ibu pergi ke ….
3. pendidikan multikultural (Menghargai keberagaman dalam kebersamaan: Suku, Agama, Ras, dan sejenisnya.
4. kecakapan hidup
Kemampuan dan keberanian menghadapi/mengatasi problema kehidupan:
-Kecakapan Akademik
-Kecakapan Pribadi
-Kecakapan Sosial
-Kecakapan Vocasional
3. Menyusun kisi-kisi soal.
Kisi-kisi disusun dalam bentuk matriks yang memuat komponen- komponen tertentu. Adapun komponen- komponen suatu kisi-kisi ditentukan oleh tujuan penulisan soal tertentu. Ada tes yang kompenennya sederhana , hanya terdiri atas dua, tiga unsur , sementara ada pula tes yang kompenennya lebih kompleks.
Tes formatif ,misalnya cukup memuat dua komponen , yaitu komponen pokok bahasan/subpokok bahasan dan komponen ranah kognitif yaitu aspek tingkah laku yang akan diukur dengan tes yang hendak disusun. Tes sumatif, atau ujian akhir, memiliki lebih banyak komponen. Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan adalah menysun kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of specification, lay-out, plan, or frame work berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Komponen kisi-kisi tes yaitu :
· Jenis sekolah/kelas/semester
· Mata pelajaran
· Kurikulum yang diacu
· Alokasi waktu
· Jumlah soal
· Bentuk soal
· Bahan-bahan pengajaran yang akan diukur
· Jenis kompetensi yang akan diukur (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi)
· Banyaknya soal yang akan disusun untuk masing-masing bahan pengajaran dan kompetensi/aspel intelektual yang akan diukur.
· Bentuk soal
· Tingkat kesukaran masing-masing soal.
Contoh Format Kisi-Kisi Penulisan Soal
Jenis sekolah : SD Alokasi Waktu : 1 menit
Mata pelajaran : IPS Jumlah soal : 10
Kurikulum acuan : KTSP Bentuk Soal : Pilihan ganda Standar Kompetensi
| Kompetensi Dasar | Kelas/ smt.
| Materi
| Indikator Soal
| Bentuk Tes
| No. Soal
|
1.1 Memahami sejarah proklamasi kemerdekaan RI | 1.1 Mendeskripsikan prose terjadinya proklamasi kemerdekaan RI | IV/I | 1.Latar belakang proklamasi 2. proses terjadinya proklamasi | 1.1 mendeskrpsikan Latar belakang proklamasi kemerdekaan RI | PG | 1 |
Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :
· Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan (berdasarkan silabus)
· Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok materi (berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman materi)
· Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi.
· Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi setiap pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan). · Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi
· Pemberian nomor item.
B. Menyusun instrumen penilaian tes tertulis
Berdasarkan kisi-kisi yang telah di dibuat , maka disusun butir- butir instrumen dan kelengkapannya dengan memerhatiakn petunjuk penulisan butir instrumen dan susunan butir .
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi yaitu berisi uraian yang menunjukkan seluruh karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi mencangkup kegiatan (a) menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, (d) menentukan panjang instrumen.
Penyusunan instrumen berupa tes dalam penilaian berbasis kompetensi harus mengacu kepada indikator perilaku siswa sebagimana tertuang dalam kisi- kisi penilaian. Dengan demikian setiap butir soal harus jelas apa yang ditanyakan maupun jawabab apa yang dikehendaki.
Untuk menyusun tes dapat ikuti langkah-langkah sebagi berikut :
ü Merencanaka tes, yang merujuk pada jenis alat penilaian.
ü Menulis butir tes, dengan memperhatikan indikator ketercapaian.
ü Merakit soal tes.
Tes dapat disajiakan dalam bentuk objektif maupaun uraian (non objektif) dengan memperhatikan kaidah penulisan soal terkaita dengan.
1. Segi materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator
b. Untuk soal bentuk objektif , hanya ada satu jawaban benar, sedangkan untuk soal bentuk uraian ruang lingkup pertanyaan maupun jawaban yang diharapkan harus jelas. 2. Segi kontruksi
a. Untuk soal bentuk objektif diantaranya : pokok soal harus jelas, tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar dan pilihan jawaban harus homogon.
b. Untuk soal bentuk uraian , diantaranya : soal menuntut jawaban terurai dan ada petunjuk tentang cara mengerjakannya.
3. Segi bahasa
Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar, singkat , jelas, serta komunikatif.
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan , jumlah peserta , waktu yang tersedia untuk memeriksa , cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak, waktu koreksi sigkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi, seperti pilihan ganda, uraian objektif , uraian bebas, menjodohkan, jawabab singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh dat yang akurattentang pencapaian belajar siswa. Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes, pada umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit.
Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan tes bentuk belajar objektif .
a. Tes uraian
Pada umumnya bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Petunjuk penyusunan tes uraian adalah:
· Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yan diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
· Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
· Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
· Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
· Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
· Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
b. Tes objektif
1. Tes benar-salah (true-false)
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada yang salah. Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah
a. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c. Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
d. Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
e. Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya.
2. Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap item dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).
3. Menjodohkan (Matching test)
Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri jawaban.
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching testhendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.
c. Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
4. Tes isian (complection test)
Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a. Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
b. Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.
c. Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d. Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e. Jangan mulai dengan tempat kosong.
C. Menilai kualitas instrumen penilaian tes tertulis
Setealah setiap kali tes inventori diujicobakan, datanya dianalisis untuk mengetahui kualitas tes inventori. Tujunan analisis adalah untuk mencarai validitas dan reabilitas tes inventori. Tujuan analisis butir soal adalah untuk meningkatkan derajat validitas dan reliabilitas soal secara menyeluruh. Ada empat jenis perhitungan dalam menganalisis butir soal, yaitu :
1. Tingkat kesukaran soal.
2. Daya pembeda soal.
3. Analisis pengecoh (distractor) soal.
4. Analisis homegenitas soal.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas yaitu;
a. Valid : Soal dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas soal dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan pengukuran yang telah ditetapkan
b. Relevan:Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar (Ranah kognitif, afektif dan psikhomotor).
c. Spesifik: Kesulitan soal tidak saja kesulitan materi juga bisa ditambah kesulitan dalam memahami soal bila soal tidak disusun secara spesifik.
d. Representatif: Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan bersifat komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh materi pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan) idealnya harus terwakili dalam soal tes.
e. Seimbang : Dalam proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa setiap pokok bahasan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, soal tes dikatakan seimbang bila pokok bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal.
f. Sensitif : Syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai materi dengan yang tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit sehingga semua siswa tidak dapat mengerjakan.
g. Fair : Tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung jebakan, jelas cakupan materinya, kejalasan norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya. Dalam pelaksanaannya obyektif, tidak merugikan kelompok tertentu.
h. Praktis : Dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi pembiayaan maupun pelaksanaanya. Tes yang baik harus efisien dan mudah untuk dilaksanakan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara umum ,pengembangan instrumen yang akan dilakukan melalui penelitian ini ,mencangkup langkah tujuan , penelaan teori, penetapan konsep,penyusunan kisi-kisi,,menulis instrumen ,penenentuan bobot jawaban, lama menjawab inventor, uji coba, analisis kualitas inventori, dan revisi penataan inventori.Dimana syarat instrumen yang baik harus memiliki karakteristik validitas yang baik dan reabilitas yang tinggi.
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi yaitu berisi uraian yang menunjukkan seluruh karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi mencangkup kegiatan (a) menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, (d) menentukan panjang instrumen.
Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan tes bentuk belajar objektif. Dimana bentuk tes objektif , misalnya soal benar salah, menjodohkan ,penyusunan tes pilihan ganda. Tujuan analisis butir soal adalah untuk meningkatkan derajat validitas dan reliabilitas soal secara menyeluruh.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas yaitu; (1) valid, (2) relevan, (3) spesifik, (4) representatif, (5) seimbang (6) sensitif, (7) fair, dan (8) praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Silverius Suke. Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik. 1991.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Jihad Asep, abdul haris. Evaluasi Pembelajaran. 2008.Jakarta: Multipressindo
Lubis Marwadi ,Zubaedi .Evaluasi PendidikanNilai.2011.Bengkulu: Pustaka Belajar
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar .2013. Surakarta: Pustaka Belajar
Widoyoko Eko Putro.Evaluasi Program Pembelajaran.2009.Yogjakarata: Pustaka Belajar
Hasan Hamid. Evaluasi Kurikulum.2009.Bandung:Remaja Rosdakarya
Arikunto Suharsimi.Evaluasi Program Pendidikan .2004.Jakarta: Bumi Aska
Demikianlah Artikel EVALUSI PENDIDIKAN
Sekianlah artikel EVALUSI PENDIDIKAN kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel EVALUSI PENDIDIKAN dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2015/04/evalusi-pendidikan.html
EVALUSI PENDIDIKAN