, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Makalah Filsafat Agama, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Agama adalah suatu unsure mengenai pengalaman yang dipandang mempunyai nilai tertinggi, yaitu pengabdian kepada suatu kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula segala sesuatu, kemudian yang menambah dan melestarikan nilai-nilai serta sejumlah ungkapan yang sesuai dengan urusan pengabdian tersebut, baik dengan jalan melakukan upacara yang simbolis maupun melalui perbuatan yang bersifat perseorangan ataupun secara bersama-sama.
Agama adalah cara yang dipakai manusia dalam menghidupkan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan di atas jangkauan manusia, yaitu kekuatan yang ghaib dan pada kekuatan-kekuatan tersebutlah kepercayaan manusia menggantungkan harapannya.
Agama adalah petunjuk bagi manusia untuk membedakan baik-buruk, benar-salah dan indah-jelek, petunjuk itu berasal dari Tuhan yang dapat dibuktikan keberadaannya melalui etika, logika dan estetika, pembawa berita-Nya disebut dengan Nabi (Awatara) dan petunjuk yang diberikan disebut dengan kitab Suci yang berisi kumpulan Firman Tuhan Yang Maha Kuasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Ketuhanan
Penuhanan dalam agama adalah sesuatu yang dengan sadar bersedia untuk dikuasai oleh-Nya, baik bagi mereka yang hanya mempercayai dengan perasaan maupun bagi mereka yang memikirkan-Nya dalam perenungan yang filsafati. Tuhan itu dianggap Maha Membiarkan berarti perbuatan buruk seperti perkosaan, pencurian, penindasan dan berbagai dekadensi moral bukanlah kehendak Tuhan, manusia hanya dibiarkan untuk memilih dengan bebas, mana yang buruk dan mana yang baik, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang indah dan mana yang jelek. Sehingga dengan demikian, manuisa berpedoman kepada Kitab Suci-Nya. Jadi yang akan dikaji dalam penulisan ini hanyalah tekstual kitab suci bukan penerapan agama secara empiris, karena tidak menutup kemungkinan umat yang menjalankan aturan agama tidak lagi sesuai dengan para pembawanya (nabi).
Ada beberapa cara yang dilakukan para pencari Tuhan utnuk membuktikan keberadaan Tuhan, antara lain sebagai berikut:
Pertama, melalui pembuktian bahwa Tuhan sebagai pengatur kehidupan, yaitu karena pada alam raya ini ditemukan keteraturan orbit satelit pada planet, orbit electron pada proton, sifat benda cair, gas dan padat sehingga melahirkan berbagai hokum alam sehingga ditemukanlah berbagi alat seperti alat komunikasi, teropong, kamera, computer, dinamit, mesin, lampu, listrik, pesawat, kapal laut, mobil, dan senjata.
Kedua, melalui pembuktian bahwa Tuhan sebagai pencinta yang berkehendak, yaitu ketika Tuhan menciptakan warna lukisan mata kupu-kupu yang menakutkan bagi musuhnya padahal ia begitu indah yang tidak memanaskan tubuhnya pada kunang-kunang, ketika Tuhan menciptakan strategi penyamaran bunglon agar tidak dikejar pemangsanya, ketika menciptakan berbagi penyakit kelamin guna memberi hikmah kepada para pelaku seks bebas, lalu diberikanlah solusi pernikahan dalam agamanya.
Ketiga, melalui pembuktian bahwa Tuhan sebagai pemberi rasa pada manusia berbudaya, yaitu diberi-Nya rasa dongkol, benci, muak, marah, dendam, kepada sesuatu. Kemudian diberi oleh-Nya kitab suci yang mengajarkan dongkol, benci, muak, marah dan dendam kepada sesuatu yang pada tempatnya, seperti kepada ketidakadilan, kedzaliman, penyelewengan, penindasan dan dekadensi moral lainnya. Inilah yang disebut dengan nahi munkar. Sebaliknya pada kesempatan lain diberi oelh-Nya rasa kasih, saying, rindu, suka dan gembira, kemudian diberi-Nya kitab suci yang mengajarkan cinta, kasih, saying, rindu, suka dan gembira dalma membantu orang tua, fakir miskin, anak yatim piatu, serta orang terlantar. Inilah yang dimaksud dengan amar makruf. Hal demikian memberi pembuktian keberadaan Tuhan melalui jalur penciptaan estetika seni.
Tidak ada kata “ketika Tuhan menyaksikan”, karena selamanya Tuhan melihat yang disebut dengan Maha Melihat (Asy Syahid) dan mustahil Tuhan berhenti melihat sebab akan membuat diri-Nya tidak kuasa melihat. Tidak ada kata “ketika Tuhan mencipta”, karena selamanya Tuhan mencipta yang disebut dengan Maha Pencipta (Al-Khaliq), mustahil Tuhan berhenti mencipta sebab akan membuat diri-Nya beristirahat sehingga tidak kuasa lagi.
Pantheisme adalah paham yang mengatakan Tuhan berada di mana-mana, paham ini lahir utnuk memperlihatkan kemahakuasaan Tuhan sehingga berada di mana-mana. Tetapi malah menimbulkan masalah karena akan mempersulit seseorang membuang kotoran karena Tuhan berada di tempat itu, oleh karenanya pengkajian terhadap Tuhan selayaknya dilakukan melalui nama dan sifat-Nya.
B. Filsafat Kitab Suci
Secara filsafati Al-Qur’an mengizinkan perang kepada ketidak-adilan kepada kedzaliman, tetapi Islam juga mengajarkan berkasih saying kepada kebaikan dan kebenaran. Hal ini dilakukan oleh pemerintah yang islami disebut dengan perbuatan amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam filsafat Islam, menurut penulis Allah Maha memiliki segala-galanya (Wallahu ala quli syai’in Qadir) tetapi tidak Maha segala-galanya, karena tidak termasuk ke dalam Maha Goblok, Maha Tolol, Maha Pemalu, dan seluruh criteria yang negative, oleh karena itu untuk nama-nama Allah Yang Indah (Al-Asma Ul Husna) diberitahukan 99 nama, lebih dari pada itu diberitahukan pada kesempatan dunia yang lain (akhirat).
Mengapa Allah menciptakan keburukan, kesalahan dan kejelekan? Yaitu agar manusia belajar dari Al-Qur’an (yang nama lainnya Al-Furqan berarti pembeda) dan belajar dari Nabi-Nya. Apabila manusia diciptakan semuanya baik, benar dan elok maka untuk apa kitab suci dan para nabi diturunkan.
Dalam Al-Qur’an tertulis bahwa segala sesuatu benda alam tidak ada yang diciptakan dengan sia-sia (Rabbana, ma khalakta haza batila). Misalnya diciptakan-Nya alis mata untuk menyaring keringat, bulu hidung untuk menyaring debu, bahkan diciptakan-Nya umbai cacing agar manusia berhati-hati memakan jambu berbiji kecil.
C. Filsafat Kenabian
Walaupun Nabi Musa AS menerima Kitab Taurat dari Allah, tetapi mukjizat beliau bukan kitab suci ini, karena mukjizat beliau adalah tongkat yang kemudian dengan izin Allah dapat mengalahkan tongkat para penyihir Fira’un yang menjadi ular. Artinya mukjizat tersebut mampu menandingi hal-hal yang sedang digandrungi saat itu.
Begitu juga Nabi Isa AS, walaupun beliau menerima Injil dari Allah, mukjizat beliau juga bukan kitab suci ini tetapi dengan izin Allah beliau dapat menyembuhkan orang buka, kusta bahkan menghidupkan kembali orang mati. Hal ini karena begitu ingkarnya orang-orang ketika itu dari Agama Allah, sehingga diberikan mukjizat yang begitu luar biasa, namun demikian jumlah murid beliau hanya terbatas pada dua belas orang pengikut saja.
Tetapi Nabi Muhammad saw walaupun pernah membelah bulan dan mengeluarkan air dari jari beliau dengan izin Allah, namun mukjizat yang utamanya adalah kitab suci Al-Qur’an. Dikarenakan akan menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian canggih (sophisticated) sehingga diperlukan mukjizat yang juga mampu menandingi ilmu pengetahuan, bahkan selain daripada itu al-Qur’an juga memuat segala disiplin ilmu pengetahuan di dalamnya.
Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang tidak digantikan lagi, tetapi karena beliau berhasil mendirikan maka yang digantikan adalah kepemimpinan pemerintah beliau. Ada dua mazhab besar dalam kepemimpinan pemerintahan Islam yaitu Syiah dan Sunni, selanjutnya Fiqih Syafi’I, Hanafi, Hambali, Maliki serta sekte-sekte lain yang masih dalam kategori Sunni. Sedangkan FIqih Zaidiyah, Ismailiyah dan lain-lain maih dalam kategori Syiah. Mazhab lain seperti Khawarij, Mu’tazilah, Jabariyah dan lain-lain pengikutnya tidak sebesar mazhab yang penulis sebutkan diatas.
Imamah popular dalam kajian Syiah sedangkan kekhalifahan popular dalam kajian Sunni, lebih lengkap penguraiannya sebagai berikut:
Bagi Muslim Syiah setelah Nabi Muhammad saw wafat, pemimpin pemerintahan yang dianggap tapat dan syah baik bagi kepentingan akhirat maupun kepentingan keduaniawian untuk menggantikan kepemimpinan beliau harus berangkat dari keluarga (ahlul bayt) beliau sendiri, yaitu berturut-turut:
- Imam Ali bin Abu Thalib ra KW
- Imam Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra
- Imam Hussain bin Ali bin Abu Thalib ra
- Imam Ali Zain Al-Abidin bin Hassain ra
- Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zain Al-Abidin ra
- Imam Jaffar Al-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir ra
- Imam Musa Al-Kazim bin Jaffar Al-Shadiq ra
- Imam Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kazim ra
- Imam Muhammad Al-Jawad bin Ali Al-Ridha ra
- Imam Ali bin Muhammad Al-Jawad ra
- Imam Hasan Al-Askari bin Ali bin Muhammad ra
- Imam Muhammad Al-Qaim bin Hasan ra (Al-Mahdi) dikenal juga dengan gelar Imam Al-Muntazhar ra.
Sedangkan dalam pemahaman Muslim Sunni, setelah Nabi Muhammad saw wafat pemimpin pemerintahan yang dianggap jujur (Al-Rasyidah) dan terpilih secara demokratis adalah:
- Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq ra
- Khalifah Umat bin Khattab ra
- Khalifah Utsman bin Affan ra
- Khalifah Ali bin Abu Thalib ra KW
Setelah itu berdiri berbagai kerajaan yang dipimpin secara turun-temurun oleh beberapa dinasti seperti Umayyah, Abbasiyah, Thuluniyah, Fatimiyah, Mamluk, Seljuq, Atabeq, Ottoman, Almoravid, Mongol, Khan, Al-Saud, dan bahkan sampai beberapa Sultan di Asia Tenggara yang tidak lagi berdarah Arab apalagi Quraish.
D. Filsafat Sekularisme
Sekularisme adalah pemisahan kehidupan sehari-hari, termasuk kemajuan keilmuan pengetahuan modern dengan agama. Bermula dari banyaknya para tokoh ilmuwan yang dihukum oleh pihak gereja karena ketidaksamaan penelitian mereka dengan ketiranian gereja. Oleh karena itu gereja harus mengeluarkan dogmatis masa kini dalam mendukung keimanan kristiani itu sendiri.
Perbedaan mendasar antara gereja dengan ilmu pengetahuan modern adalah pada keberadaan tekstual kitab suci Alkitab itu sendiri, yaitu misalnya antara lain:
1. Oleh Alkitab dinyatakan bahwa bumi telah diciptakan sebelum matahari, bulan dan bintang-bintang (Kejadian 1:14), sedangkan menurut keilmuan, bumi adalah gugus bintang-bintang yang tercipta karena peristiwa Big Bang.
2. Oleh Alkitab dinyatakan bahwa lautan diciptakan lebih dulu dibandingkan daratan (Kejadian 1:9), sedangkan menurut keilmuan adalah sebaliknya.
3. Oleh Alkitab dinyatakan bahwa terang sudah ada di bumi sebelum adanya matahari (Kejadian 1:3), sedangkan menurut keilmuan matahari adalah penerang dalam system tata surya.
4. Oleh Alkitab dinyatakan bahwa tumbuh-tumbuhan ada di daratan sebelum adanya matahari (Kejadian 1:11-14), sedangkan menurut keilmuan tumbuh-tumbuhan hidup karena adanya matahari.
5. Oleh Alkitab dinyatakan bahwa kehidupan ada sebelum adanya hujan (Kejadian 2:4-7), sedangkan menurut keilmuan sumber kehidupan adalah air.
6. Oleh Alkitab dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa Allah itu beristirahat (Kejadian 2:2), sedangkan menurut keilmuan Tuhan Yang Maha Kuasa tidak semestinya tidur, beristirahat lelah dan berhenti karena Sang Pencipta tidak pernah berhenti bekerja, selama-lamanya bekerja, mencipta, maha berencana tanpa henti dan berkehendak serta sudah mengetahui apa yang akan terjadi dengna ciptaan-Nya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Penuhanan dalam agama adalah sesuatu yang dengan sadar bersedia untuk dikuasai oleh-Nya, baik bagi mereka yang hanya mempercayai dengan perasaan maupun bagi mereka yang memikirkan-Nya dalam perenungan yang filsafati.
Secara filsafati Al-Qur’an mengizinkan perang kepada ketidak-adilan kepada kedzaliman, tetapi Islam juga mengajarkan berkasih saying kepada kebaikan dan kebenaran. Hal ini dilakukan oleh pemerintah yang islami disebut dengan perbuatan amar ma’ruf nahi munkar.
Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang tidak digantikan lagi, tetapi karena beliau berhasil mendirikan maka yang digantikan adalah kepemimpinan pemerintah beliau.
Sekularisme adalah pemisahan kehidupan sehari-hari, termasuk kemajuan keilmuan pengetahuan modern dengan agama. Bermula dari banyaknya para tokoh ilmuwan yang dihukum oleh pihak gereja karena ketidaksamaan penelitian mereka dengan ketiranian gereja. Oleh karena itu gereja harus mengeluarkan dogmatis masa kini dalam mendukung keimanan kristiani itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Inu Kencana Syafi’ie, Pengantar Filsafat, Refika Aditama. Bandung. 2004