Advertisement
Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an
Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’anlink :
Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an
Baca juga
Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an
Dalam pengertian yang umum pendidik adalah orang yang mendidik. Pendidik adalah orang dewasa yang mampu dan memiliki pengetahuan yang lebih untuk mengajarkannya kepada peserta didik dan dapat mentransfer ilmu atau pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik atau orang lain berdasarkan kemampuan yang telah dimilikinya. Ada juga yang mengatakan bahwa tugas pendidik adalah memanusiakan manusia. Maksudnya ialah menjadikan atau menempatkan manusia itu pada tempatnya atau menempatkan di mana ia seharusnya berada.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan kata pendidik memiliki beberapa istilah. Pertama, pendidik adalah murobbi (Allah). Kedua, mu’allim yakni orang yang berilmu atau memiliki pengetahuan. Ketiga, mudarris, ustadz yakni seorang guru, pelatih, dan pelatih. Keempat, ialah mu’addib yakni educator atau seorang (guru). Dari istilah itu semua seorang guru haruslah menadi fasilitator dan inspirator bagi peserta didik, agar pesertadidik mampu dan memiliki pengetahuan yang luas. Guru sebagai fasilitator, harus bisa menjadi salah satu bahan atau sumber belajar secara langsung melalui face to face yang bisa memfasilitasi siswa dalam proses belajarnya . Guru menjadi inspirator, ialah guru harus memberikan dorongan dan keteladanan bagi peserta didik dalam menuntut ilmu agar memperoleh hasil yang memuaskan berdasarkan tujuan awal. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Mujadillah:11 yang berbunyi :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Mujadilah:11)
Selain guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik seorang pendidik juga memberikan keterampilan dan pengalaman yang dimilikinya kepada orang lain. Keterampilan sangat penting dan harus dimiliki oleh pendidik. Dengan keterampilan itu seorang pendidik akan lebih mudah untuk memberikan pengetahuannya, misalnya ketika ia sedang menerangkan di depan kelas, maka ia harus memiliki keterampilan untuk menjelaskan materi yang akan diajarkan. Jika ia idak memiliki keterampilan itu bagaimana peserta didik itu akan faham mengenai suatu yang sedang ia pelajari ?, maka, di sini keterampilan guru sangat penting untuk dimiliki.
Pada surah al-Mujadilah ayat 11 di atas dapat kita ketahui bahwa Allah telah memrintahkan manusia untuk berlapang dalam majelis maka Allah akan memberikan rezeki yang banyak. Perintah yang kedua ialah Allah memerintahkan untuk berdiri maka Allah akan meninggikan derajat orang yang memiliki ilmu pengetahuan tersebut. Logikanya Allah akan memberikan balasan kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan mereka mengajarkannya kepada orang lain. Maka ilmu yang dimiliki itu akan memperoleh manfaat baginya dan untuk orang lain. Allah berjanji akan memberikan balasan itu untuk meninggikan derajatnya dengan beberapa derajat.
Dalam al-Qur’an juga disebutkan bahwa sedikitnya ada empat yang menjadi pendidik. Yang pertama ialah Allah SWT., Dia memberikan pengetahuan yang luas itu kepada hamba-Nya yang mau mempelajarinya. Ilmu Allah tidak akan pernah habis dan tidak ada yang mampu menandingi keluasan ilmu yang dimiliki-Nya. Ilmu manusia sangatlah terbatas dan hanya sedikit daripada ilmu Allah. Maka janganlah manusia itu menjadi sombong dengan ilmu yang dimilikinya. Menurut filsafat, manusia yang sudah pandai hendaklah seperti padi, semakin berisi maka padi itu akan semakin merunduk, maknanya orang yang pandai dan memiliki ilmu yang banyak hendaklah berendah hati seperti padi yang selalu merunduk. Kedua, Nabi Muhammad, beliau mendidik dimulai dari keluarga terdekatnya. Setelah itu Nabi memberikan pendidikan kepada para sahabat-sahabatnya, yang terakhir adalah kepada orang lain (penduduk daerah setempat). Nabi merupakan seorang pendidik yang sangat sabar dan ikhlas dalam memberikan suatu pengajaran. Banyak pertentangan-pertentangan yang dihadapi Nabi dalam memberikan pengajara, namun Nabi tidak mempedulikannya dan tetap sabar dalam mendidik. Dalam mendidik, beliau juga memperhatikan akhlak-akhlak dan kepribadian dalam menyampaikan, agar peserta didiknya itu selain mendapatkan pendidikan secara langsung juga dapat meniru sifat dan kepribadian Nabi. Ketiga, pendidik yang ketiga ini adalah orang tua. Orang tua merupakan pendidik bagi anak-anaknya. Ia merupakan pendidik yang pertama dan utama. Orang tua mendidik anaknya mulai dari hal yang tidak bisa dilakukan sampai menjadikan anak itu mahir dan pandai. Pada dasarnya mendidik merupakan tugas yang diberikan Allah kepada orang tua dan ia dituntut untuk mempertanggung jawabkannya, jadi orang tua tidak perlu mensekolahkan anak-anaknya pada sekolah-sekolah yang ada karena pendidik utama itu adalah orang tua. Keempat,pendidik yang terakhir adalah orana lain. Orang lain di sini adalah guru. Guru merupakan pendidik terakhir dan merupakan orang tua kedua dalam menuntut ilmu. Maka, seorang guru diharapkan mampu menguasai hal apapun agar dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada.
Seorang pendidik memiliki fungsi dalam mendidik. Pertama,sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan ini maka guru diwajibkan untuk memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam. Kedua, guru menjadi model dalam mata pelajaran yang diajarkannya, maksudnya studi yang diajarkan itu diharapkan peserta didik mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Guru menjadi wujud nyata dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dalam kehidupannya. Misalnya dalam mata pelajaran akidah akhlaq, pendidik harus dapat menjadi contoh dengan memeberikan gambaran bagaimana cara beretika yang baik dan cara bersopan santun dalam segala hal, ini tentu guru harus terlebih dahulu mempratikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dapat dilihat juga dari mata pelajaran tentang keindahan dan kebersihan. Jika guru datang dengan tampak yang tidak memiliki keindahan dan tidak mencontohkan dari pelajaran tersebut maka peserta didik juga tidaak akan mendapatkan manfaat dari pelajaran yang diajarkan tersebut. Ketiga, guru sebagai model dalam pribadi, apakah pendidik itu rajin, disiplin dan cermat atau malah pendidik itu sebagai orang yang datang untuk mematahkan semangat belajar peserta didik dan tidak memperdulikan akan kepribadiannya.
Selain memiliki pengetahuan yang banyak, sebagai pendidik guru harus memiliki kepribadian yang baik dan budi pekerti yang luhur. Figure guru akan menjadi contoh untuk peserta didik dalam segala aktivitasnya. Maka, guru hendaklah memiliki pribadi sebagai muslim sejati agar peserta didik itu meniru dengan baik, nahkan menjadi leebih baik lagi sesuai dengan harapan. Selanjutnya, pendidik sebagai contoh dari peserta didiknya hendaknya memiliki sifat-sifat yang baik, yaitu :
Pertama, seorang guru harus memiliki sifat zuhud. Yaitu guru tidaklah mengharapkan untuk mendapatkan suatu materi dalam pmbelajaran melainkan hanya mengharap keridhaan Allah. Hal yang demikian inilah ilmunya akan manfaat. Sifat zuhud ini bukan berarti guru itu miskin dan tidak mempunyai kekayaan, tidak boleh menerima upah dari muridnya sebagai imbalan atas jasanya dalam mengajar. Tetapi, hal ini jangan didasarkan pada niat awal mengajar. Niat awal mengajar semata-mata hanya karena Allah. Kedua, seorang guru harus memiliki jiwa yang bersih dari segala keburukan atau akhlak yang buruk. Maksudnya guru harus menghindari sifat iri, hasud, dengki, takabur, sombong, tamak, riya, dll.
Ketiga, pendidik harus memiliki sifat ikhlas dalam mendidik. Hal ini jelas sekali, bahwa seorang guru harus memiliki sifat ikhlas dalam mengajar, jika guru ikhlas dalam memberikan materi maka ilmu yang diajarkannya dapat bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia. Keempat, guru harus mempunyai sifat pemaaf . Guru harus memiliki sikap yang dapat menahan dari segala amarah meskipun peserta didiknya itu membuat kita jengkel, tapi pendidik harus tetap memaafkan kesalahan itu. Kelima, seorang guru harus dapat mengetahui bakat, minat dan karakteristik setiap peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar guru menjadi lebih dekat dengan peserta didik dan dapat menjadikan pendidik itu sebagai teman. Keenam, pendidik harus menguasai bidang materi yang akan diajrkan. Pada sifat yang terakhir ini dapat dilakukan dengan membuat rencana pembelajaran sebelum mengaar, agar apa yang disampaikan oleh pendidik itu terkonsepkan dengan baik.
Itulah sifat-sifat yang hendak dimiliki oleh pendidik. Jika pendidik memiliki sifat-sifat ini maka akan proses kegiatan belajar mengajar ini akan berjalan dengan lancar dan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Demikianlah Artikel Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an
Sekianlah artikel Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/12/pendidik-dalam-perspektif-al-quran.html
Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an