Advertisement
KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014
KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014 - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014 , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel JURNAL EKONOMI, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014 link :
KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014
Baca juga
KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014
FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMBENTUKAN KOMPETENSI MANAJERIAL : STUDI PADA SARJANA AKUNTANSI
DI JAKARTA, SURABAYA, DAN MALANG
ABSTRACT
In financial information system, an accountant as a mediator between the company and stakeholder as the end user of financial report. To fulfill this task, an accountant needs the technical competence which involves: financial planning; monitoring of profit planning implementation; implementing and maintaining of management information system of the company. The technical competence is as the main point which must be had by the accountant in conducting their profession. The tecnical competence which mentioned before, not enough for facing the more dynamic and complex business competition but need additional competence. That competence are softskills. These kinds of competences are the part of accountant managerial competence building in entering the job competitions. This research shows about the factors which influence towards of accountant graduates has been moderated by job-experience and professional education in managerial competence building.Data analysis used in this research is Partial Least Square (PLS). The data consists of primary data and secondary data. Primary data got by snow balling technique. The population and sample in this research are accountant graduates from many universities in Indonesia who have worked in many business such as Jakarta, Surabaya and Malang.
Based on this analysis, this research gives some important conclusions: accountant graduates has enough competence in technical competence, but less influence in managerial competence building; job-experience influences toward managerial competence building; motivation achievement influences toward managerial competence; training will influence the managerial competence building more significant, and also accountant professional education has significant influence toward managerial competence building for accountant graduates.
Key-words: Accountant Graduates Competence, Managerial Competence, Achievement Motivation, Job-Experience, Partial Least Square.
ABSTRAK
Dalam sistem informasi keuangan, akuntan berfungsi sebagai mediator antara operasional perusahaan dan stakeholderselaku pengguna akhir laporan keuangan. Untuk memenuhi peran tersebut, seorang akuntan memerlukan kompetensi inti yang mencakup kegiatan seperti perencanaan keuangan, pemantauan implementasi rencana laba, dan pemeliharaan sistem penjagaan kekayaan perusahaan. Dalam perkembangannya, kompetensi inti seperti yang dimaksud tidak cukup untuk untuk menghadapi kompetisi usaha yang semakin dinamis dan kompleks. Dalam hal ini dibutuhkan tambahan kemampuan dalam bentuk kompetensi yang bersifat non teknis. Kemampuan tersebut meliputi knowledge, skills and abilities (KSAs). Berbagai jenis kemampuan dalam KSAs tersebut merupakan bagian dari pembentukan kompetensi manajerial sarjana akuntansi dalam memasuki persaingan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor Yang berpengaruh terhadap pembentukan kompetensi manajerial bagi lulusan sarjana akuntansi.Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS). Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh dengan teknik snow balling. Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah lulusan sarjana akuntansi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang sudah bekerja pada berbagai sektor kegiatan ekonomi seperti di Jakarta, Surabaya dan Malang.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan penting, diantaranya adalah sarjana akuntansi mempunyai kompetensi tehnikal namun tidak berpengaruh dalam pembentukan kompetensi manajerial, pengalaman kerja berpengaruh terhadap pembentukan kompetensi manajerial, motivasi berprestasi berpengaruh terhadap kompetensi manajerial; pelatihan akan memperkuat pengaruh pembentukan kompetensi manajerial, dan pendididikan profesi akuntan juga memperkuat pengaruh terhadap pembentukan kompetensi manajerial bagi lulusan akuntansi yang sudah bekerja.
Kata Kunci : Kompetensi Sarjana Akutansi, Kompetensi Manajerial, Motivasi Berprestasi, Pengalaman Kerja, Partial Least Square .
1.PENDAHULUAN
Salah satu faktor penting dalam menopang eksistensi perusahaan dalam persaingan bisnis yang terjadi adalah penguasaan kompetensi yang dimililiki oleh Sumber daya manusia (SDM). Sebagai pelaksana kegiatan operasional perusahaan, peranan SDM perusahaan sangat penting dalam mendorong ekspansi perusahaan pada kapasitas produk yang diinginkan. Dengan penguasaan tingkat kompetensi yang memadai, perusahaan dapat melakukan kegiatan usahanya secara lebih efektif, efisien, berdayasaing dan berkinerja tinggi (Thomas, 2009). Secara lebih khusus bagi para manajer perusahaan, penguasaan kompetensi akan dapat memberikan keleluasaan baginya dalam mengoptimalkan pemanfaatan SDM yang ada dalam pencapaian tujuan perusahaan (Lockett, 1992).
Kompetensi pada dasarnya merupakan sebuah refleksi dari nilai-nilai keahlian seseorang dalam melaksanakan bidang pekerjaannya. Dalam hal ini semakin kompleks perkembangan bisnis yang terjadi secara langsung akan dapat mempengaruhi perilaku karyawan dalam menjalankan bidang pekerjaannya. Hal ini terjadi karena munculnya nilai-nilai baru yang dibawa oleh perubahan tekhnologi dalam dunia bisnis. Oleh karena itu karyawan akan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru tersebut untuk kemudian diinteprestasikan pada kegiatan inovasi dan kreatifitas yang dapat dikembangkan pada bidang pekerjaannya. Sedangkan pengertian kompetensi manajerial menurut Whetten dan Cameron (2002) meliputi keahlian personal, pengelolaan stres dan pemecahan masalah secara kreatif. Menurut Stuart dan Lindsay (1997), kompetensi manajerial dapat dibangun melalui lingkungan organiasi dan budaya organisasi, oleh karena itu perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis akan dapat mempengaruhi kompetensi manajerial yang dibutuhkan organisasi.
Dalam kaitannya dengan perkembangan tersebut, Draft (2003) mengindikasikan terjadinya fundamental transformationyang dramastis pada manager’s job. Transformasi yang terjadi merefleksikan perubahan paradigma dari paradigma yang lama (ditandai dengan old workplace) ke paradigma baru (ditandai dengan adanya new workplace). Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi karakteristik organisasi, kekuatan organisasi dan kompetensi manajerial dalam manajemen organisasi.
Perubahan iklim persaingan bisnis yang semakin cepat membawa konsekuensi pada semakin pentingnya pembentukan kompetensi manajerial dalam menjaga eksistensi perusahaan dalam persaingan global. Dalam hal ini menurut Palmer, dkk (2004) pembentukan kompetensi manajerial tidak hanya ditentukan oleh kompetensi awal yang dimiliki oleh karyawan sesuai dengan bidang pendidikan tingginya saja. Kurikulum yang disajikan dalam perguruan tinggi dewasa ini masih dirasakan belum cukup untuk memenuhi skills yang dipersyaratkan oleh dunia usaha. Output yang dihasilkan masih dalam kualifikasi standar kemampuan yang bersifat teknis dan belum menyentuh skill manajerial. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kompetensi manajerial bagi lulusan perguruan tinggi dan karyawan perusahaan.
Kehadiran perusahaan Multinasional pada perekonomian suatu negara, biasanya juga diikuti dengan aliran tenaga kerja asing yang sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan oleh perusahaan MNCs. Dalam konteks inilah akan menimbulkan persaingan antara tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja asing. Persoalan ini akan semakin kompleks manakala porsi untuk tenaga kerja lokal pada perusahaan-perusahaan besar yang ada terbatas pada tingkatan clerk dan tidak sampai pada level manajer. Sebagai akibatnya lulusan perguruan tinggi Indonesia yang mayoritas memiliki gelar sarjana (S-1) tidak dapat terserap di dunia kerja formal sesuai dengan kualifikasi kerja yang seharusnya. Untuk mampu bersaing di pasar global secara berkelanjutan dibutuhkan kualitas sumber daya manusia yang handal dalam merespon perubahan yang terjadi. Dalam hal ini profesi bidang akuntansi memiliki tantangan yang semakin besar seiring dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan asing masuk ke Indonesia. Keberadaan perusahaan asing yang ada berdampak pada aliran tenaga kerja asing khususnya di bidang akuntansi yang dapat menggeser peran tenaga akuntan dalam negeri untuk mengisi pos pekerjaan yang ada.
Seorang akuntan dalam profesinya sebagai backbonesistem informasi keuangan organisasi memiliki peran yang sangat penting. Dalam sistem informasi keuangan, akuntan berfungsi sebagai mediator antara operasional perusahaan dan stakeholderselaku pengguna akhir laporan keuangan (Rokhim, 2007:5). Untuk memenuhi peran tersebut, seorang akuntan memerlukan kompetensi inti yang mencakup (Darwin, 2006:123) : perencanaan keuangan, pemantauan implementasi rencana laba; perancangan, pengimplementasian dan pemeliharaan sistem manajemen startegis; serta perencanaan, pengimplementasian, dan pemeliharaan sistem penjagaan kekayaan perusahaan.
Perubahan yang terjadi dalam konstelasi bisnis di Indonesia paling tidak terdapat isu utama dalam pendidikan profesi akuntansi di Indonesia, yakni : kompetensi profesional akuntan yang relevan dengan dunia bisnis dan pemerintahan, tuntutan masyarakat terhadap profesi akuntan dalam hal penegakan etika dan good governance, dan persaingan global dalam industri jasa akuntansi. Penyebab lain timbulnya kesenjangan kompetensi di bidang akuntansi adalah kurang relevansinya antara program pendidikan akuntansi dengan kebutuhan ketrampilan di dunia kerja.
Salah satu butir dari standard of ethical conduct dari Institute of Management Accountants di Amerika adalah kewajiban akuntan manajemen untuk secara terus menerus mengembangkan kemampuannya dengan selalu berusaha menambah pengetahuannya dan meningkatkan keahliannya. Bagi akuntan publik hal ini dipenuhi dengan mengikuti Program Profesional Berkelanjutan (PPL). Bagi internal auditor ada juga program semacam itu melalui Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPAI). Namun bagi akuntan manajemen lainnya , program profesional berkelanjutan yang terstruktur dan terpantau tidak ada. Pengembangan diri mereka diserahkan pada upaya mereka masing masing. Hasil penelitian beberapa akuntan di Indonesia mengungkap kesenjangan kompetensi akuntan adalah:
Berdasarkan pada uraian uraian peneliti terdahulu, peneliti belum menemukan adanya penelitian lain yang memprediksi hubungan kompetensi seorang lulusan sarjana akuntansi terhadap pembentukan kompetensi manajerial apalagi jika sarjana tersebut mengalami pendidikan dan pelatihan profesi apakah pengaruhnya terhadap kompetensi manajerial mereka?
Peran perguruan tinggi dalam membekali lulusannya agar sesuai dengan tuntutan skill di pasar sangat tergantung dari proses pembelajarannya. Output dari proses pembelajaran yang ada tersebut pada akhirnya dapat membentuk suatu kompetensi yang unik dan spesial, sehingga dapat, menjadi nilai tambah yang dapat meningkatkan bargaining power dalam memasuki pasar kerja. Dalam bidang akuntansi, kompetensi seorang sarjana akan sangat menentukan seberapa besar kompetensi manajerial yang akan dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya kompetensi manajerial menjelaskan kemampuan seseorang dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial di luar kompetensi yang bersifat teknikal. Dengan proses pembekalan pendidikan akuntansi yang semakin baik di perguruan tinggi, akan dapat mendorong peningkatan kemampuan yang terkait dengan kompetensi manajerial.
Dalam perspektif teori dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya pembentukan kompetensi bagi sumber daya manusia dapat dilakukan di perguruan tinggi dengan menyusun kurikulum pendidikan sedemikan rupa sehingga dapat membekali lulusannya dengan kompetensi yang dipersyaratkan oleh dunia usaha dan dunia industri. Dalam hal ini pembentukan kompetensi di bidang akuntansi dapat dilakukan dengan memperbanyak muatan-muatan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan dengan mempertimbangkan berbagai aspek praktek bisnis yang sesungguhnya. Kemudian untuk mengakomodasi skill tambahan yang dibutuhkan dalam persaingan global, dibutuhkan tambahan kemampuan dalam bentuk kompetensi manajerial (managerial competency).
Berdasarkan hasil studi empiris tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa adanya sebuah relevansi antara tingkat pendidikan dan pengalaman kerja dengan pembentukan kompetensi manajerial. Pendidikan sebagai sebuah proses pembentukan pengetahuan dapat berperan dalam memperluas pemahaman individu akan fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Sedangkan pengalaman kerja dapat memberikan contoh dari penerapan berbagai strategi dan kebijakan dalam pengembangan perusahaan.
1.2. Rumusan masalah
Sejalan dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah kompetensi sarjana S1 Akuntansi berpengaruh terhadap pembentukan kompetensi manajerial ?
2. Apakah pengalaman kerja mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kompetensi manajerial ?
3. Apakah motivasi berprestasi mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kompetensi manajerial ?
4. Apakah pelatihan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kompetensi manajerial ?
5. Apakah pendidikan profesi mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kompetensi manajerial ?
1.3. Tujuan penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk:
1. Mengukur dan mengnalisis pengaruh kompetensi Sarjana S1 Akuntansi terhadap pembentukan kompetensi manajerial.
2. Mengukur dan mengnalisis pengaruh pengalaman kerja terhadap pembentukan kompetensi manajerial.
3. Mengukur dan menganalisis pengaruh motivasi berprestasi terhadap pembentukan kompetensi manajerial.
4. Mengukur dan menganalisis pengaruh pelatihan terhadap pembentukan kompetensi manajerial.
5. Mengukur dan menganalisis pengaruh pendidikan profesi terhadap pembentukan kompetensi manajerial.
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Penelitian Terdahulu
2.1 Penelitian Yang Relevan
Penelitian lain oleh Silalahi (2007) mengenai kompetensi managerial dari seorang sarjana, kualitas dan relevansi kompetensi sarjana tehnik mesin terhadap profesionalisme dan kinerja tenaga kerja sarjana tehnik mesin pada industri manufaktur. Obyek penelitiannya adalah 120 sarjana tehnik mesin yang bekerja pada industri manufaktur yang mengaplikasikan ketrampilan enginering di Jawa Timur. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas, relevansi, kompetensi, tenaga kerja sarjana tehnik mesin (S1) berpengaruh signifikan terhadap profesionalitas tenaga kerja sarjana mesin pada industri manufaktur .
Penelitian oleh Chong (2008) menganalisis asesmen pada kompetensi manajerial terhadap manajer perusahaan yang berasal dari negara-negara Asia Timur dan Amerika. Hasilnya menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki manajer dari berbagai negara yang berbeda sangat ditopang oleh faktor budaya yang dibangun dari personaliti dan perilaku. Dalam hal ini dampak dari asesmen kompetensi manajerial dipengaruhi oleh persepsi status, kebutuhan konsultasi dan tingkat keterbukaan komunikasi antara manajer dan bawahannya. Selanjutnya penelitian tersebut juga menekankan kebutuhan organisasi untuk membedakan kemampuan technical skillsdari personalia yang berasal dari ragam budaya berbeda dan mengembangkan manajer-manajer yang berbeda kebangsaaan dan budaya.
Penelitian oleh Kvalsaughen (2009) mengidentifikasi hubungan antara latar belakang pendidikan dan pengelaman kerja (demographic characteristic) dengan pembentukan kompetensi manajerial (manajerial competence) para manajer di perusahaan multinasional. Berdasarkan sampel terhadap 1200 manajer yang ada, hasil penelitian ini memberikan kesimpulan adanya relevansi antara latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja dengan kompetensi manajerial yang dimiliki oleh para manajer perusahaan.
Penelitian oleh Lim Theo, dkk (2008) bertujuan untuk menganalisis keterkaitan program pendidikan dan motivasi dengan pembentukan kompetensi guru di Korea. Sampel dan populasi diambil secara acak dari siswa-siswi yang tengah belajar. Dengan metode analisis secara deskriptif, hasil penelitiannya memberikan kesimpulan adanya keterkaitan antara program pendidikan dan motivasi dalam pembentukan kompetensi guru di Korea.
Penelitian oleh Lisa (2009) menganalisis hubungan antara program pendidikan, pengalaman kerja dan kepemimpinan (leadership) dengan pembentukan kompetensi manajerial para manajer. Dengan pendekatan deskriptif yang dilakukan dalam penelitiannya, kesimpulan yang dapat diperolah adalah adanya hubungan yang erat antara tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan gaya kepemimpinan dalam pembentukan kompetensi manajerial para manajer dalam melaksaakan kegiatannya.
Berdasarkan pada hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa pembentukan kompetensi manajerial memiliki dimensi yang sangat luas. Hal ini disebabkan karena eksistensi manusia sebagai human of factor production memiliki fungsi utama dalam menghasilkan sebuah output. Dalam hal ini kompetensi manajerial menggambarkan segenap kekuatan dalam diri seseorang untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara baik.
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1Relevansi Kompetensi Sarjana Akuntansi dengan Kompetensi Manajerial
Kompetensi Sarjana Akuntansi yang dimaksud adalah kompetensi seorang pemula didalam dunia kerja dimana kompetensinya didapat kan dari bangku kuliah. Hal ini didapat selama proses pendidikan melalui pembelajaran Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan serta Mata Kuliah Keahlian Berkarya untuk membentu Kompetensi Utama dan Kompetensi Pendukung. Sedangakan Matakuliah Pengembangan Kepribadian dan Mata Kuliah Berkehidupan adalah untuk membentuk Kompetensi Dasar dan Kompetensi khusus.(Kepmendiknas no 45/U/2002 tentang kurikulum inti pendidikan tinggi)
Kompetensi Managerial adalah Kompetensi pada saat individu sudah berkarir di dunia kerja dengan menduduki jabatan managerial. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang mengacu ke International Education Standars, seorang Akuntan harus memiliki tiga kompetensi utama:
ü Pengetahuan Akuntansi dan Keuangan
ü Pengetahuan Bisnis dan Organisasi
ü Pengetahuan dan Kompetensi Tehnologi Informasi
ü Kemampuan Profesional
Untuk tiga kompetensi Pengetahuan Akuntansi dan Keuangan, Pengetahuan Bisnis dan Organisasi, Pengetahuan dan Kompetensi Tehnologi Informasi diperoleh individu pada saat menempuh pendidikan S1 jurusan Akuntansi namun kemampuan Profesional dikembangkan melalui proses peningkatan karir, yakni ketika individu mengalami perubahan pindahnya individu dari suatu pekerjaan kepekerjaan lain baik dalam organisasi maupun diluar organisasi (Gibson, dkk,1997:316).
Seiring dengan dinamika perkembangan perekonomian yang semakin global menuntu adanya pembentukan kualitas SDM yang handal. Sistem akuntansi dan keuangan perusahaan menjadi semakin dinamis dan kompleks, sehingga membutuhkan kualifikasi sarjana akuntansi yang lebih berkualitas. Fungsi manajemen SDM tidak hanya fokus pada profit semata akan tetapi lebih luas kepada costumer focus. Dalam fungsi ini seorang manajer tidak hanya harus mahir dalam penguasaan teknikal saja, akan tetapi juga harus mampu menjalankan fungsi manajerial yang lainnya, seperti kemampuan berkomunikasi, team work dan leadership. Sebagai konsekuensinya dibutuhkan sebuah relevansi dari kompetensi sarjana akuntansi dengan kompetensi manajerial yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
2.2.2 Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kompetensi Manajerial
Motivasi berprestasi individu adalah bagaimana individu merealisasikan konsep dirinya untuk hidup dalam suatu cara yang sesuai dengan peran yang disukainya yang merupakan refleksi apresiasi orang lain terhadap kemampuannya. Jika seorang manajer bekerja dengan koleganya maka dia membutuhkan bantuan koleganya untuk menyelesaikan pekerjaanya, yang artinya motivasi berprestasi individu akan terakumulasi dalam motivasi kelompok yang mana motivasi ini akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Motivasi berprestasi merupakan kondisi kejiwaan yang membentuk sikap perilaku, yang mendorong atau memberi energi kepada individu bertindak mencapai suatu target tertentu, sehingga memberikan kepuasan diri maupun kepuasan kelompok dengan harapan akan mendapatkan penghargaan atau imbalan.
Selanjutnya Robinson (1991:220) mengungkapkan bahwa pembentukan motivasi seseorang dapat dibangun melalui berbagai cara. Berbagai cara tersebut diantaranya adalah sistem penghargaan (organizational reward), performance evaluation criteria, pemberian insentif (money insentif), dan non financial compensation..
Dalam pandangan Elliot dan Dweck (2005) kompetensi merupakan sebuah tindakan (action) yang dapat mendorong seseorang untuk menghasilak output dan outcome dalam kehidupannya. Menurutnya pembentukan kompetensi seseorang akan terkait dengan kondisi psikologinya. Dalam hal ini motivasi merupakan salah satu pendorong dalam diri seseorang untuk terus meningkatkan semangat dirinya dalam melakukan berbagai tindakan. Selanjutnya menurut Skinner (1995) dan Elliot, dkk (2002) motivasi merupakan sebuah energization dalam proses pembentukan kompetensi.
2.2.3 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kompetensi Manajerial
Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman mengorganisasi orang, komunikasi di hadapan kelompok, menyelesaikan masalah dan sebagainya. Individu yang tidak mempunyai pengalaman dalam organisasi yang besar dan kompleks tidak mungkin bisa mengembangkan kecerdasan organisaional untuk memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam lingkungan tersebut. Pengalaman merupakan elemen kompetensi yang perlu tetapi untuk menjadi ahli tidak cukup dengan pengalaman. Namun pengalaman merupakan aspek lain kompetensi yang dapat berubah sesuai dengan perubahan waktu dan lingkungan.
Studi dari Bonner dalam Libby dan Luft (1990) mengungkapkan model yang berpengaruh terhadap Pengetahuan (Knowledge) adalah Kemampuan (Ability) dan Pengalaman (experience). Penilaian seorang auditor akan sangat tergantung pengetahuan (knowledge)mereka, karena informasi yang diperlukan untuk menjalankan tugas tugas (performance) berasal dari dalam memori . Oleh karena itu kesesuaian antara informasi dalam ingatan dengan kebutuhan tugas mempengaruhi hasil hasil penilaian. Auditor junior yang belum berpengalaman belum mempunyai struktur memori yang relevan untuk dapat memeriksa dan memilah-milah informasi yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugasnya dan belum dapat menganalisa dan menintegrasikan informasi pada suatu tingkatan yang tidak lebih dari sekedar fitur fitur permukaan tugasnya saja.
Pengalaman juga menghasilkan struktur dalam proses penilaian auditor. Struktur struktur ini adalah dasar dari pengambilan keputusan dengan mengintepretasikan arti dan implikasi informasi informasi spesifik (Gibbins, 1984). Hal ini juga didukung oleh model Decision Process Simon dalam Mohammad Abdolmohammadi & Arnold Wright yang membuktikan bahwa pengalaman berpengaruh secara signifikan ketika seorang auditor harus membuat pertimbangan dan kontrol terhadap kompleksitas tugas.
Menurut Paloniemi (2006) terdapat beberapa hal penting guna mengukur pengalaman kerja seseorang, seperti masa kerja jabatan yang pernah dijabat, jenis-jenis pekerjaan yang pernah dijabat, dan relevansi pekerjaan dengan latar belakang pendidikannya. Ketiga hal tersebut dapat membangun sebuah kompetensi manajerial yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sebagaimana diketahui pengalaman kerja merepresentasikan seberapa luas dan mendalam pemahaman sesorang akan bidang tugasnya. Hal tersebut dapat dibangun manakala ada sebuah proses pereduksian pengalaman masa lalu terkait dengan bidang kerjanya.
2.2.4 Pengaruh Pendidikan Profesi Dan Pelatihan Terhadap Kompetensi Manajerial
Pendidikan profesi dan pelatihan merupakan suatu Pengetahuan dan Ketrampilan tambahan yang akan memperkuat profesionalisme seseorang menjadi Akuntan setelah mereka lulus dari pendidikan S1 Akuntansi. Secara teoritik Nadler (1990: 1.20-1.22) mengatakan bahwa pendidikan adalah belajar mempersiapkan invidu untuk pekerjaan yang berbeda pada masa yang akan datang. Pendendidikan didesain untuk memungkinkan pekerja belajar tentang perbedaan pekerjaan dalam organisasi yang sama. Sedangkan latihan dikaitkan dengan pekerjaan sekarang. Diharapkan suatu organisasi menyelenggarakan belajar yang berkaitan dengan pekerjaan sekarang dan untuk beberapa orang yang sudah bekerja dalam suatu pekerjaan.
Hal ini diperkuat Thomas (1997), Simamora (1998), Cheng dan Ho (2001) bahwa pelatihan merupakan ketrampilan yang sangat penting bagi manajer dalam organisasi. Sedangkan untuk profesi Akuntan Indonesia sudah ditentukan dalam rangka peningkatan dan standar kemampuan lulusan sarjana Akuntansi (S1) maka seorang individu harus menempuh pendidikan profesi Akuntansi (KEPMENDIKNAS 179/U/2001).
Demikianlah Artikel KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014
Sekianlah artikel KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014 dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/04/kumpulan-jurnal-lengkap-akuntansi.html
KUMPULAN JURNAL LENGKAP AKUNTANSI TERBARU 2014