Advertisement
Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYAlink :
Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
Baca juga
Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik hanya mungkin dilakukan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui gambaran tentang siapa manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang dimiliki manusia yang membedakannya dengan hewan sehingga dalam melaksanakan pendidikan belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Alasan mengapa gambaran yang benar dan jelas tentang manusia perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena adnya perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat. Melihat kenyataan inilah penulis memandang perlunya dibahas tentang manusia dan pendidikan : hakikat manusia dan pengembangannya.
A. Sifat Hakikat Manusia
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala. Bahkan Carles Darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera. Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Wujud Sifat Hakikat Manusia
Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan terdiri dari beberapa hal:
1. Kemampuan Menyadari Diri
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya bearah ganda, yaitu ke arah luar dan ke arah dalam. Di dalam proses pendidikan, kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan secara seimbang. Pengembangan ke arah luar merupakan pembinaan aspek sosialitas, sedangkan pengembangan ke arah dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.
Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan membuat jarak (distansi) diri dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat melihat kelebihan yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya. Kemampuan memahami potensi-potensi dirinya seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan dan perhatian yang serius dari semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia dapat menembus ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
3. Kata hati (Conscience of Man)
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik atau buruk dan yang bena atau salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan “petunjuk bagi moral/perbuatan). Untuk melihat alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang yang memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul agar menjadi kata hati yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian berbuat yang didasari oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta membedakan mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia
4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada jarak antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik. Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya merupakan moral yang buruk atau rendah.
Etika berbeda dengan etiket. Moral (etika) menunujuk pada perbuatan baik/benarataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yanhg jahat, sementara etiket hanya berhubungandengansopan santun. Pendidikan bermaksud menumbuhkembangkan etiket (kesopansantunan) dan etika (keberanian/kemauan bertindak) yang baik harus pada peserta didik.
5. Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri(kata hati) bentuk tuntutannya adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat(norma sosial) bentuk tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada Tuhan(norma agama) bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa dan terkutuk. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara kata hati, moral dan tanggung jawab. Kata hati memberikan pedoman, moral melakukan, dan tanggung jawab merupakan kesediaan menerima konsekuensi dari perbuatan.
6. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai segenap perbuatannya. Implikasi pedagogisnya adalah mengusahakan agar peserta didik dibiasakan menginternalisasikan nilai-nilai, aturan-aturan ke dalam dirinya, sehingga dirasakan sebagai miliknya. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang merintangi gerak hidupnya.
7. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban. Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya. Kewajiban adalah suatu keniscayaan pada diri manusia, artinya seseorang yang tidak mau melaksanakan kewajiban berarti mengingkari kemanusiaannya sebagai makhluk sosial.
Realisasi hak dan kewajiban bersifat relatif, disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Hak yang secara asasi dimiliki oleh setiap insan serta sesuai dengan tuntutan kodrat manusia disebut hak asasi manusia. Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Hak asasi manusia harus diartikan sebagai cita-cita, aspirasi-aspirasi atau harapan-harapan yang berfungsi untuk memberi arah pada segenap usaha menciptakan keadilan.
Usaha menumbuhkembangkan rasa wajib sehingga dihayati sebagai suatu keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin. Disiplin diri menurut Selo Sumardjan meliputi empat aspek, yaitu :
a. Disiplin rasional, yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa salah
b. Disiplin sosial, jika dilanggar menimbulkan rasa malu
c. Disipli afektif, jika dilanggar menimbulkan rasa gelisah
d. Disiplin agama, jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa berdosa.
Keempat macam disiplin tersebut perlu ditanamkan pada peserta didik dengan displin agama sebagai titik tumpu.
8. Kemampuan Menghayati Kabahagiaan
Kebahagiaan adalah integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses dari kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.kebahagiaan bersifat irrasional, artinya aspek rasa kebih berperan daripada aspek nalar.
Kebahagiaan bukan terletak pada keadaannya sendiri secara faktual ataupun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa. Dan mendudukkan hal-hal tersebut di dalam rangkaian tiga hal, yaitu : usaha, norma-norma dan takdir. Usaha adalah perjuangan yang terus-menerus untuk mengatasi masalah hidup. Selanjutnya usaha tersebut harus bertumpu pada norma-norma/kaidah-kaidah yang harus dipatuhi. Istilah takdir baru boleh disebut sesudah orang melaksanakan usaha sampai batas kemampuan, kenudian hasilnya diterima dengan pasrah penuh syukur. Kebahagiaan hanya dapat diraih oleh mereka yang mampu bersyukur.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.
B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia, Keunikan dan Dinamikanya
Dalam hal ini ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu :
1. Dimensi Keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas.Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain. Serta setiap orang memiliki sikap dan pilihan sendiri yang dipertanggungjawabkan sendiri, tanpa mengharapkan bantuan orang lain untuk ikut mempertanggungjawabkan.
Fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Tugas pendidik adalah menunjukkan jalan dan mendorong subjek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso. Tut wuri handayani.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld (1955 : 54). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.
3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Kesusilaan mencangkup etika dan etiketManusia itu dikatakan sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan, dan sebagainya sehingga dijadikan pedoman dalam hidupnya. Dilihat asalnya dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam, yaitu: nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yang berasal dari Tuhan.
Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban di samping menerima hak pada peserta didik
4. Dimensi Keberagamaan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Mereka percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh Tuhan manusia menganut agama tersebut.Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya.
Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau anak didiknya. Disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui mata pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama. Jadi segi-segi afektif harus diutamakan. Kegiatan di dalam pendidikan non-formal dan informal dapat dimanfaatkan untuk keperluan tersebut.
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Pengembangannya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.Pengembangan yang utuh dapat dilihat dai dua segi yaitu:
a. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Semua dimensi tersebut harus mendapat layanan yang baik dan tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.
b. Dari arah pengembangannya
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada penembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan,dan keberagamaan secara terpadu. Keempat dimensi tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap seluruh dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Maka secara totalitas dapat membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh adalah proses pengembangan dimensi hakikat manusia yang tidak seimbang antara dimensi yang satu dengan yang lainnya, artinya ada salah satu dimensi yang terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh akan menghasilkan kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti ini merupakan pengembangan yang patologis atau tidak sehat.
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya
Dinyatakan dalam GBHN bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan ini meliputi pembangunan secara lahiriah dan batiniah, pembangunan yang merata di seluruh tanah air, serta keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Daftar Pustaka
Ardhana,Wayan. (Ed).1986.Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FKIP-IKIP Malang.
Cropley,A.J.. (Ed). 1979. Lifelong Education: A Stocktaking. Hmaburg: UNESCO Institute for Education.
________.1978. Lifelong Education: A Psychological Analysis. Oxford: Pergamon Press.
Depdikbud. 1987. Petunjuk Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
_________. 1984. Petunjuk Pelaksanaan dan Pengelolaan Kurikulum 1984 Sekolah Menengah Umum Tinggi Atas ( SMA ). Jakarta: Depdikbud.
Hasan, Fuad. 1986. “Mendekatkan Anak Didik pada Lingkungan, Bukan Mengasingkan.” (Dialog). Prisma No. 2 Tahun XV. H. 39-44.
Hameyer, U. 1979. School Curriculum in the Context of Lifelong Learning. Hamburg: UNESCO Institute for Education.
Illich, I... 1872/1982. Bebas dari Sekolah. ( Terjemahan C. Woekirsari ). Jakarta : Sinar Harapan. ( Buku Asli Terbit 1971 ).
Joyce, B. , dan Ewil, M. 1980. Models of Teaching (2 nd ed ).Engwood Cliffs, New Jersey: Pretice-Hall International Inc.
Kolb,D.A..1984. Experiential Learning, Experince The source of Learning and Development, Englewood Cliffs, New Jersey: Prenticep-Hall Inc.
Lamdin, L. 1992. E arn College Crredit for What You Know( 2 nd ed). Chicago: CAEL.
La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP IKIP Ujung Pandang.
Mudyahardjo. Redja, Waini Wasyidin, dan Saleh Soegiyanto, 1992. Materi Pokok Dasar-Dasar Kependidikan. Modul 1-6. Jakarta: P2TK-PT Depdikbud.
Raka Joni, T.. 1985. Strategi Belajar – Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta : P2LPTK Depdikbud.
_______. 1990. “Sekolah sebagai Pusat Pendidikan.” Makalah yang disajikan pada seminar Mutu Pendidikan Sulawesi selatan tangal 26 September 1989 di Ujung Pandang.
_________. 1992. Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman dalam Program S1 Kedua Pendidikan Bidang Studi SD. Jakarata : P2TK- PT Ditjen Dikti Depdikbud.
Tirtaraharjdja,Umar.1995.Pengantar Pendidkan.Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Demikianlah Artikel Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
Sekianlah artikel Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/01/pengantar-ilmu-pendidikan-hakikat.html
Pengantar ilmu pendidikan : HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA