Advertisement
Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah
Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Contoh Makalah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Contoh Makalah Mengenal Bawang Merahlink :
Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah
Baca juga
Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 1
C. Manfaat............................................................................................ 1
D. Permasalahan.................................................................................... 2
BAB II MENGENAL BAWANG MERAH.................................................... 3
A. Riwayat............................................................................................ 3
B. Klasifikasi......................................................................................... 3
C. Bontani Bawang Merah..................................................................... 4
D. Komposisi dan Manfaat............................................................. ....... 9
BAB III BUDI DAYA SECARA UMUM....................................................... 11
A. Syarat Tumbuh............................................................................... 11
B. Bibit............................................................................................... 12
C. Pengolahan Tanah........................................................................... 12
D. Penanaman..................................................................................... 14
E. Pemeliharaan.................................................................................. 15
F. Penanaman di Luar Musim Tanam................................................... 17
BAB IV BUDIDAYA UNTUK PANEN RUTIN............................................ 18
A. Kebutuhan Lahan............................................................................ 18
B. Jadwal Penanaman.......................................................................... 18
BAB V HAMA DAN PENYAKIT................................................................. 19
A. Hama............................................................................................. 19
B. Penyakit......................................................................................... 23
BAB VI PANEN DAN PASCA PANEN......................................................... 29
A. Panen............................................................................................. 29
B. Pasca Panen................................................................................... 30
BAB VII PENUTUP.......................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 44
LAMPIRAN.......................................................................................................... 45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang bawang merah pertama adalah adanya musim cuaca cerah dan mendung. Dan pada cuaca cerah ada tumbuh akar dan berubah terus menerus hingga berdaun dan berbuah. Tapi buahnya tidak tampak karena buahnya berada di dalam tanah di akar. Ketika seorang petani hendak mencangkul tampak buah tadi keluar dari tanah dan petani tersebut mengelupas buah itu, ternyata buahnya berlapis-lapis. Dan pada saat itu buah itu dikenal dengan sebutan bawang merah hingga sekarang.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan bawang merah adalah agar perpenuhinya kebutuhan masyarakat serta berguna bagi yang lainnya. Salah satu tujuannya yang paling menonjol menambah cita rasa masakan yang semula enak ketika akan ditambah bawang merah masakan terasa lebih enak dari sebelumnya. Maka dari itu bawang merah digunakan sebagai cita rasa masakan, dan ada juga sebagai obatan penyakit tertentu atau luka pada anggota tubuh.
C. Manfaat
Bawang merah banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap rasa makanan. Disamping memberikan cita rasa, kandungan minyak asiri juga berfungsi sebagai pengawet karena bersifat bakterisida dan fungisida.
Umbi bawang merah dapat berkhasiat untuk mengobati luka. Dan apabila anak-anak terserang penyakit panas atau demam, bawang merah dapat digunakan sebagai obatnya.
Bawang merah juga berguna sebagai obat masuk angin, menghilangkan lendir di tenggorokan dan dapat memperpanjang napas.
D. Permasalahan
Masalah yang dialami adalah masalah keadaan tanah dan cuaca. Apabila tanah becek atau terlalu basah tidak bisa menanam bawang merah. Begitupun dengan cuaca yang tidak cerah akan berdampak pada pertumbuhan bawang merah, karena bawang merah memerlukan tanah yang bagus dan cuaca yang cerah. Dan permasalahan selanjutnya cara penanamannya dan cara memanen serta syarat tumbuh lahan tersebut.
BAB II
MENGENAL BAWANG MERAH
A. Riwayat
Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini.
Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia Tengah, yaitu di deretan daerah sekitar India, Pakistan, sampai Palestina.
Sejah zaman dahulu, bawang merah telah banyak berperan dalam peningkatan kesejahteraan manusia dan mempunyai khasiat sebagai obat tradisional. Hingga sekarang bawang merah banyak digunakan untuk pengobatan sakit panas, masuk angin, disentri, dan gigitan serangga serta juga sebagai bumbu penyedap masalah.
Di kalangan internasional, bawangmera di beri nama Shallot. Namun untuk kepentingan ilmiah, nama bawang merah adalah Allium cepa var, ascalonicum atau Allium ascalonicum.
Di Indonesia, bawang merah juga telah merambah ke berbagai daerah sehingga komoditi ini memiliki nama khas di masing-masing daerah.
B. Klasifikasi
Di dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Liliales/Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum atau Allium cepa var. ascalonicum
Ditinjau dari hubungan kekerabatannya, bawang merah termasuk keluarga Liliaceae. Keluarga ini mempunyai ciri berumbi lapis, berakar serabut, dan bentuk daun silindris. Umbi lapis tersebut berasal dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang-batang semua serta berubah bentuk dan fungsinya.
Jenis yang telah dibudidayakan dapat dibagi ke dalam 7 kelompok.
1. Allium Cepa L.
2. Allium Sativum L.
3. Allium Ampeloprasum L. atau Allium Parrum L.
4. Allium Fistulosum L.
5. Allium Schoenoprasum
6. Allium Chinense G. Don
7. Allium Tuberosum Rottler ex Sprengel
Selain ke tujuh kelompok di atas, masih ada satu macam bawang lain yakni bawang ganda (Allium adorum L.).
Di antara ketujuh kelompok bawang di atas, yang cukup populer dan komersial adalah bawang putih, bawang merah, dan bawang bombay.
C. Botani Bawang Merah
1. Deskripsi Tanaman
Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang tumbuh tegak dengan tinggi dan membentuk rumpun. Akarnya serabut yang tidak panjang. Karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak tahan kering.
Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang. Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian bawahnya melebar dan membengkak. Daun berwarna hijau.
Bagian pangkal umbi berbentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Antara lapisan daun terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Tunas ini dinamakan tunas lateral. Di bagian tengah cakram terdapat mata tunas utama (inti tunas) yang kelak akan tumbuh bunga.
Daun yang baru bertunas belum terlihat adanya lubang di dalamnya (bagian tengahnya). Setelah daun itu tumbuh memanjang dan membesar, lubang tersebut terlihat sehingga daun berbentuk seperti pipa.
2. Bunga
Tungkai tandan bunga keluar dari tunas aspikal yang merupakan tunas utama (tunas inti).
Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna, terdiri dari 5-6 benang sari dan sebuah putik. Daun bunga berwarna agak hijau bergaris keputih-putihan atau putih.
Bakal buah terbentuk dari 3 daun buah (karpel) yang membentuk 3buah ruang. Setiap ruang mengandung 2 bakal biji (ovulum)
Benang sari tersusun membentuk 2 lingkaran, yakni lingkaran dalam dan luar.
Adanya kematangan benang sari yang berbeda menyebabkan bunga bawang merah dapat melakukan penyerbukan antar bunga dalam satu tandan atau antar bunga dari tanda yang berbeda.
Letak bakal biji dalam ruang bakal buah (ovarium) terbalik atau dikenal dengan istilah anatropus. Oleh karenanya, bakal biji bawang merah dekat dengan plasentanya.
Biji bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah tua, biji akan berwarna hitam.
D. Komposisi dan Manfaat
1. Komposisi Kimia
Ditinjau dari kandungan gizinya, bawang merah bukanlah merupakan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, atau mineral. Namun, komponen-komponen tersebut ada di dalam bawang merah walaupun dalam jumlah yang sedikit. Komponen lainnya, seperti minyak asiri, juga terkandung di dalam umbi bawang merah. Komponen inilah yang sebenarnya banyak dimanfaatkan untuk penyedap rasa makanan, bakterisida, fungisida, dan berkhasiat untuk obat-obatan. Daftar komposisi selengkapnya disajikan pada Tabel.
Tabel. Komposisi Kimia Umbi Bawang Merah Per 100 G Bahan
Komponen | Komposisi |
Air (g) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g) Vitamin B (mg) Vitamin C (mg) Kalsium Ca (mg) Besi Fe (mg) Fosfor P (mg) Energi (kalori) Bahan yang dapat dimakan (%) | 88,00 9,20 1,50 0,30 0,03 2,00 36,00 0,80 40,00 39,00 90,99 |
2. Manfaat
Bawang merah banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap rasa makanan. Disamping memberikan cita rasa, kandungan minyak asiri juga berfungsi sebagai pengawet karena bersifat bakterisida dan fungisida.
Umbi bawang merah dapat berkhasiat untuk mengobati luka. Dan apabila anak-anak terserang penyakit panas atau demam, bawang merah dapat digunakan sebagai obatnya.
Bawang merah juga berguna sebagai obat masuk angin, menghilangkan lendir di tenggorokan dan dapat memperpanjang napas.
Menurut sebuah penelitian, bawang merah mampu menurunkan kandungan gula dan kolesterol tubuh, menghambat penumbuhan trombosit, serta meningkatkan aktifitas fibrinolitik sehingga dapat memperlancar aliran darah.
Selain yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masih banyak lagi khasiat bawang merah untuk obat tradisional, seperti untuk obat penyakit gondongan (bof), bisul, sukar buang air, kejang, kembung, dan penyakit lainnya.
BAB III
BUDI DAYA SECARA UMUM
A. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tanaman bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah, terutama yang mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam.
Bawang merah tidak tahan kekeringan, karena akarnya yang pendek. Selama pertumbuhan umbi, dibutuhkan air yang cukup banyak. Walaupun memerlukan banyak air, tetapi tanaman bawang merah paling tidak tahan terhadap air hujan dan tempat yang selalu basah atau becek.
Tanaman bawang merah dapat di tanam didaratan rendah sampai daratan tinggi (0-900 m dpl) dengan curah hujan 300-2500 mm/th. Bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di ketinggian 800-900 m dpl, tetapi umbinya lebih kecil dan warnanya juga kurang mengilap.
Daerah yang sesuai adalah yang suhunya sekitar 25-320C dan suhu rata-rata tahunannya 300 C.
2. Tanah
Tanaman bawang tanah menyukai tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi, sehingga hasilnya besar-besar.
Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman bawang merah adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu.
Tanah yang terlalu asam dengan pH di bawah 5,5 banyak mengandung garam aluminium (Al). Garam ini bersifat racun sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi kercil.
Oleh karena di tanah asam tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik maka tanah tersebut perlu pengapuran. Pengapuran ini sebaiknya dikerjakan beberapa minggu sebelum penanaman. Jangan mengapur tanah saat bawang merah sudah ditanam, karena akar bawang merah tidak akan tahan terhadap kapur.
B. Bibit
Penggunaan bibit yang bermutu tinggi merupakan langkah awal peningkatan produksi. Dalam penggunaan bibit, pilihlah yang bermutu tinggi, yaitu umbi yang bebas dari hama dan penyakit serta berasal dari tanaman yang sehat dan varietas jenis unggul.
Penyediaan bibit bawang merah dapat diperoleh dengan mengusahakan bibit sendiri atau dengan membeli.
Bagi yang pertama kali akan menanam bawang merah, untuk memperoleh bibit, tentunya harus membeli. Sekarang sudah banyak bibit bawang merah yang diperjual belikan. Akan tetapi, tidak semua bibit itu dapat terjamin mutunya. Bibit yang bermutu baik memperlihatkan ciri-ciri fisik yang lebih baik, sehat, dan bersifat unggul.
Bibit yang sehat berasal dari tanaman yang sehat, ini dapat dilihat dari umbi yang warnanya tampak cerah dan tidak terlihat adanya serangan hama dan penyakit. Bibit yang baik umbinya berwarna cerah, utuh, tidak cacat, padat, berukuran sedang, dan umbi sudah disimpan selama 2-6 bulan. Selain itu, sebaiknya dipilih bibit dari varietas yang unggul.
C. Pengolahan Tanah
Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi seperti yang diinginkan tanaman bawang merah, yaitu tanah yang gembur dan subur. Kegiatan pengolahan tanah terdiri dari pengemburan, serta pengapuran bagi tanah yang asam.
1. Penggemburan
Keadaan fisik dan struktur tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan umbi bawang merah. Bawang merah memerlukan tanah yang berstruktur gembur. Pengolahan tanah ini dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menghilangkan gulma, membuang gas-gas hasil aktifitas mikroba yang bersifat racun dalam tanah, dan memberi sirkulasi udara dalam tanah.
Pengemburan tanah dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak. Kedalaman cangkulan sekitar 20-30 cm, tidak usah terlalu dalam karena akar bawang merah tidak terlalu dalam menembus tanah.
Pada waktu penggemburan ini juga dilakukan pembersihan rumput dan tumbuhan liar yang ada di areal penanaman.
2. Pemberian Pupuk Dasar
Saat penggemburan tersebut, dilakukan juga pemberian pupuk dasar. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk kandang atau kompos yang telah matang dan telah dibiarkan selama 2-3 bulan. Dosisnya sekitar 10-15 ton/ha. Cara pemberian pupuknya dengan ditebarkan secara merata di permukaan tanah seminggu sebelum tanam. Kemudian, pupuk dicamur dengan tanah sambil menghaluskan tanah di permukaan.
3. Pengapuran
Tanah yang sesuai untuk bawang merah adalah yang mempunyai pH sekitar 5,5 – 7,0. Tanah yang terlalu asam dengan pH di bawah 5,5 tidak cocok untuk bawang merah (pengukuran pH dapat dengan menggunakan kertas lakmus, pH tester, atau soil tester). Untuk itu, keasaman tanah tersebut perlu diturunkan dengan menaikkan pH-nya. Caranya adalah dengan pengapuran.
Pengapuran dilakukan dengan cara ditaburkan merata ke seluruh lahan yang akan ditanami atau pada bedengan. Setelah ditaburi kapur, tanah dicangkul lagi agar kapur bercampur dengan tanah secara merata dan cepat bereaksi. Setelah itu, tanah dibiarkan 2-3 minggu, lalu diolah lagi untuk siap ditanami.
D. Penanaman
1. Waktu Tanam
Bawang merah biasanya ditanam pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Musim kemarau biasanya jatuh pada bulan April – Oktober. Bawang merah sesuai ditanam pada waktu itu karena tanaman ini mempunyai tempat yang beriklim kering dan suhu yang hangat.
Kalau penanaman dulakukan pada awal musim kemarau berarti tanaman bawang merah dapat ditanam dua kali berturut-turut.
Penanaman bawang merah sebaiknya dikerjakan pada saat cuaca cukup cerah. Bila ditanam di cuaca yang berkabut, tanaman akan mudah terserang penyakit.
2. Cara Taman
Sebelum bibit ditanam, tanah hendaknya disiram air lebih dahulu dan dibuat lubang tanaman dengan menggunakan tugal kecil untuk memudahkan penanaman. Umbi bibit yang telah dipotong sebagian ujungnya dan telah mengering dibenamkan ke dalam tanah atau ke dalam lubang tanam. Usahakan permukaan umbi rata dengan permukaan tanah dan berdiri tegak. Namun, jangan terlalu dalam membenamkannya karena bibit akan busuk.
Secara umum, cara penanaman bawang merah disajikan dalam langkah-langkah berikut ini :
1. Tanah dicangkul dengan kedalaman 20-30 cm sampai tanah menjadi gembur.
2. Tanah dibuat menjadi bedengan-bedengan dengan lebar 1-1,5 m. Di antara bedengan dibuat parit dengan lebar 40 cm dan kedalaman 40-50 cm.
3. Tanah dihaluskan dan diberi pupuk kandang.
4. Sisipkan bibit yang baik untuk ditanam. Bagian ujung umbi dipotong 1/4 - 1/3 bagian.
5. Umbi bibit ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm. umbi dibenamkan sampai ujungnya rata dengan permukaan tanah.
Jarak tanam yang semakin rapat (10 x 10 cm), berarti semakin banyak populasinya dan produksinya pun semakin tinggi per satuan luas. Akan tetapi, ukuran umbinya lebih kecil. Jarak tanam ini baik digunakan untuk memproduksi umbi bibit.
3. Pola Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman dalam waktu tertentu. Biasanya pola tanam yang digunakan adalah selama satu tahun.
Dengan pola tanam, jenis tanaman yang akan ditanam dapat diatur.
Penanaman bawang merah dapat dilakukan satu sampai tiga kali dalam setahun. Penanaman secara berturut-turut dapat dilakukan pada akhir musim hujan sampai awal musim hujan. Pada musim kemarau dapat ditanam dua kali berturut-turut dan sekali tanam pada akhir musim hujan. Pola tanam bawang merah dapat dirotasikan sebagai berikut :
- Bawang merah – bawang merah – bawang merah – padi.
- Bawang merah – bera – bawang merah – padi.
- Bawang merah/cabai – bawang merah – padi.
- Bawang merah – bawang merah – padi – bera.
E. Pemeliharaan
Untuk memperoleh jasil produksi yang optimal, salah satu langkah terpenting dalam budi daya bawang merah adalah pemeliharaan. Jika tanaman kurang terpelihara maka produksi optimal yang diharapkan akan sulit dicapai. Kegiatan pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan, dan penggemburan tanah serta penanggulangan hama dan penyakit.
1. Penyiraman
Semua tanaman membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Tanaman bawang merah pun memerlukan air yang cukup banyak selama pertumbuhan tanaman dan pembentukan umbi. Oleh karena penanaman bawang merah dilakukan pada musim kemarau maka pengairan memegang peranan yang penting. Namun, perlu juga diingat bahwa tanaman bawang merah tidak suka air yang terlalu banyak atau tanah yang terlalu lembab dan becek.
Penyiraman mulai dilakukan sejak penanaman setiap hari sekali, pagi atau sore hari. Saat keadaan cuaca panas dan tanah terlalu kering, dapat dilakukan penyiraman dua kali sehari, pagi dan sore hari.
2. Pemupukan
Tanaman bawang merah perlu pemupukanuntuk menyediakan zat hara bagi tanaman. Zat hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak (makro) terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).
Pemupukan diberikan dengan cara ditaburkan pada larikan di antara barisan tanaman sedalam kira-kira 5 cm. Namun pada kenyataannya, beberapa petani tidak memberikan pupuk seperti itu, hanya diberikan di permukaan tanah. Setelah itu, alur pupuk ditutup lagi dengan tanah.
3. Penyiangan dan Penggemburan
Penyiangan dilakukan sedini mungkin karena akar bawang merah yang muda sukar untuk bersaing dengan rumput atau tumbuhan liar. Penyiangan biasanya dilakukan dua kali, yaitu 2 dan 4 minggu setelah tanam, bersamaan dengan pemupukan. Namun bila pertumbuhan gulma cukup banyak, penyiangan dapat dilakukan lebih sering lagi.
Tujuannya adalah untuk memperlancar sirkulasi udara dalam tanah. Alat yang digunakan adalah kored.
F. Penanaman Diluar Musim Tanam
Agar hasilnya baik penanaman bawang merah pada musim hujan dapat dilakukan dengan membuat parit dan selokan air yang lebih dalam serta bedengan yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan agar air di sekitar bedeng cepat tuntas atau habis terbuang. Selain itu, pemeliharaan tanaman pada musim hujan harus lebih intensif. Untuk mencegah dan memberantas penyakit, perlu ditingkatkan frekuensi penyemprotan pestisidanya.
Untuk mengurangi limpahan air hujan yang langsung membasahi bedengan, dapat dibuat peneduh bedengan dari atap plastik putih tembus cahaya. Model atapnya bisa dibuat satu sisi atau dua sisi. Tinggi atap sekitar 0,8-2 m dari permukaan bedengan. Lebar atap dapat dibuat 1-3 m sehingga atap tersebut dapat meneduhi satu sampai tiga jalur bedengan. Panjang atap disesuaikan dengan panjang bedengan. Bahan untuk kerangka penyangga atap dibuat dari belahan bambu, lalu lembaran plastik tembus cahaya diletakkan di atasnya. Untuk membuat naungan tersebut diperlukan biaya yang cukup besar, tetapi ini merupakan salah satu alternatif untuk penanaman bawang merah di musim hujan.
BAB IV
BUDI DAYA UNTUK PANEN RUTIN
A. Kebutuhan Lahan
Misalnya setelah melakukan survai pasar, diketahui kebutuhan bawang merah di pasar 100 ton/bulan. Selanjutnya, direncanakan akan memasok bawang merah ke pasar itu 5 ton setiap bulan. Perhitungan luas lahan yang dibutuhkan juga dihubungkan juga dihubungkan dengan kemampuan produksi tanaman bawang merah. Produksi tanaman bawang merah yaitu sekitar 10 ton tiap hektar.
Luas lahan tersebut masih perlu ditambah lagi untuk keperluan parit/saluran air di sekitar bedengan. Kebutuhan lahan untuk saluran air itu cukup banyak, biasanya sekitar 20% dari luas lahan yang akan ditanami.
B. Jadwal Penanaman
Pemanenan rutin dapat dilakukan setiap bulan. Jadwal kegiatan juga dapat memudahkan pengelolaan usaha tani. Kegiatan setiap minggunya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menanam secara tumpang sari. Bawang merah ditanam dengan jenis tanaman yang lain. Untuk itu, pilihlah komoditi yang nilai ekonomisnya tinggi. Misalnya, bawang merah ditanam secara tumpang sari dengan tanaman cabai atau jenis sayuran lainnya.
Pada penanaman untuk panen rutin, tindakan yang tidak boleh dilupakan adalah pengawasan atau pengontrolan. Pengawasan ini penting untuk menjamin terpenuhinya produksi yang diharapkan. Pengawasan areal dilakukan setiap 2-3 hari sekali agar dapat mengetahui kondisi tanaman di lapang. Misalnya, apakah tanaman tumbuh normal ataukah tanaman terserang hama penyakit. Bila ditemui tanaman yang tumbuh kurang baik, mungkin perlu pemupukan. Bila tanaman terserang hama penyakit, dapat segera dilakukan tindakan pengendaliannya. Hasil pengawasan lapang dapat juga dijadikan dasar untuk mengatur jadwal kegiatan.
BAB V
HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
Hama tanaman merupakan binatang pengganggu tanaman. Bagian tanaman yang diganggu tidak hanya satu bagian saja, tetapi dapat meliputi seluruh bagian tanaman. Kehadiran hama ini ada yang mengakibatkan kerugian kecil, tetapi ada juga yang dapat mengakibatkan kegagalan panen. Jenis hama itu antara serangga, tungau, dan nematoda.
1. Ulat Tanah
Gejala
Tanaman tampak seperti dikerat, dipotong, dan ditarik-tarik. Tanaman yang diserang biasanya berumur sekitar 2-3 minggu.
Penyebab
Gejala serangan tersebut disebabkan oleh ulat tanah atau Agrotis ipsilon (Hfn). Ulat ini berwarna coklat tua sampai kehitaman pada bagian punggungnya, sedangkan bagian perutnya berwarna lebih muda.
Pengendalian
Pengendalian ulat tanah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pada waktu membuka lahan, tanaman lama dibakar dan lahan digenangi air.
b. Dilakukan pergiliran tanaman. Tanaman yang ditanam hendaknya yang tidak disukai oleh jama, misalnya ubi kayu.
c. Pemberantasan secara biologis dengan melepaskan musuh alami berupa predator telur dan ulat, seperti Apanteles ruficrus, metamizium sp, dan botrytis sp.
d. Pemberantasan secara kimiawi dengan menyemprotkan Dursban 20 EC yang mengandung bahan aktif klorpirifos sebanyak 2-3 cc/l air dengan volume semprot 500 l/ha. Selain itu, dapat digunakan Furadan 3G yang mengandung bahan aktif karbofuran sebanyak 25 kg/ha dengan cara dipendam dalam tanah di sekitar tanaman.
2. Hemathrips
Gejala
Daun yang baru mengalami serangan tampak bebercak-bercak. Luka bekas gigitan hama akan berwarna putih sehingga daun terlihat berbintik-bintik.
Penyebab
Penyebab serangan itu adalah Thrips tabaci Lind yang disebut juga hama thrips atau hama bodas. Yang menjadi hama adalah larva dan thrips yang dewasa. Kedua stadium ini menyerang tanaman bawang dengan cara menghisap cairan daun, terutama daun yang masih muda.
Pengendalian
Cara pengendalian hama ini dengan penyemprotan insektisida. Penyemprotan tidak hanya terbatas pada tanamannya saja, tetapi tanah di sekitarnya juga perlu disemprot agar kepompong dan larva dapat dibasmi. Insektisida yang dapat memberantas hama thrips secara efektif adalah Diazinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/l air.
3. Ulat Daun
Gejala
Tanaman yang terserang ulat daun terlihat dengan daunnya yang menjadi layu dan bercak-bercak putih panjang. Bagian ujung daun tampak terpotong-potong. Jaringan bagian dalam daun pun dimakan hama ini sehingga daun bawang tampak menerawang tembus cahaya.
Penyebab
Penyebabnya adalah ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua). Ulat yang masih muda berwarna hijau seperti daun sehingga sering sulit diamati. Semakin tua, warnanya menjadi cokelat tua dengan garis-garis putih. Panjang ulat penggerek daun ini sekitar 2,5 cm. Sejak telur menetas menjadi ulat, berkepompong, lalu menjadi serangga dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 23 hari.
Pengendalian
Pencegahan dan pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Dilakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak diserang oleh hama ini.
b. Pemberantasan secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida Dicarzol 25 SP dengan dosis 2 g/l air dan volume semprot 400-900 l/ha. Penyemprotan dilakukan mulai tanaman berumur 7 hari sampai 2 minggu sebelum panen dengan selang waktu 4-7 hari. Selain itu, dapat juga digunakan Lannate dengan dosis 2-4 cc/l air dan Diazinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/l air.
4. Ulat Grayak
Gejala
Daun berlubang sedikit demi sedikit hinggai helaian daun habis. Hama ini memakan bagian epidermis daun terlebih dahulu, kemudian bagian jaringannya. Serangan hama ini dapat mengakibatkan kerusakan pada areal yang luas.
Penyebab
Gejala tersebut disebabkan oleh ulat grayak yang nama ilmiahnya Spodoptera litura F atau Prodenia litura F. Dulu ulat ini terkenal dengan nama ulat tentara karena menyerangnya secara bersama-sama.
Ulat grayak berwarna kehijauan dan mempunyai bintik-bintik hitam. Sedangkan ulat yang telah tua berwarna gelap atau cokelat. Ulat grayak mencari makan pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi di dalam tanah. Biasanya ulat grayak makan secara bersama-sama dalam satu tanaman sampai daunnya habis. Setelah itu, secara bersama-sama pula ulat tersebut pindah ke tanaman lainnya.
Pengendalian
Beberapa cara pencegahan dan pengendalian agar tanaman terbebas dari serangan ulat grayak adalah sebagai berikut :
a. Sebelum ditanami, lahan digenangi air agar ulat yang berada di dalam tanah mati karena tidak dapat bernafas.
b. Lahan dibersihkan dari gulma agar tidak menjadi tempat persembunyian ngengat dan ulat.
c. Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan memetik daun-daun yang menjadi tempat penyimpanan telur. Daun-daun tersebut kemudian dipendam dalam-dalam atau dibakar.
d. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan musuh alami.
e. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan insektisida Azodrin (monokrotofos) dengan dosis 20-30 cc/10 l.
5. Kutu Daun (Tungau)
Gejala
Daun tanaman bawang yang semula berwarna hijau akan berubah menjadi keabu-abuan bila terserang hama ini.
Penyebab
Penyebabnya adalah Acarina sp. atau yang dikenal dengan nama tungau, kutu, sieur atau mijen. Hama ini menusuk daun dengan moncongnya, kemudian menghisap cairan daun. Hama ini banyak jenisnya, ada yang berwarna putih, kuning, dan merah. Tungau merah yang paling sering tampak pada tanaman bawang. Hama ini menyerang tanaman di musim kemarau, serangannya semakin ganas jika panas matahari semakin terik.
Pengendalian
Untuk membasmi kutu daun ini digunakan akarisida. Jenis akarisida yang digunakan yaitu Kelthane dengan dosis 0,6-1 l/ha. Penyemprotan dilakukan bila tiap daun ditemukan 2-3 ekor tungau. Penyemprotan dihentikan 7-14 hari menjelang panen.
6. Nematoda Akar
Gejala
Tanaman bawang yang terserang pada pangkal titik tumbuhnya akan bengkak serta ujung-ujung akarnya kering dan membusuk. Daun-daunnya tetap kerdil dan menggulung, kemudian mengering.
Penyebab
Penyebab gejala tersebut adalah nematoda (Ditylenchus dipsaci (Kuhn) Filipjev). Hama ini bentuknya seperti cacing yang sangat kecil sehingga hanya tampak jelas dengan kaca pembesar.
Pengendalian
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Untuk pencegahan, dilakukan pergiliran tanaman agar dapat menekan populasi serangan.
b. Pemberantasan dengan menggunakan obat nematisida, seperti Furadan 3 G (karbofuran) dengan dosis 20-80 kg/ha. Cara penggunaannya yaitu dengan dibenamkan di sekitar perakaran tanaman.
B. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain disebabkan oleh cendawan dan bakteri. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah diantaranya sebagai berikut :
1. Bercak Ungu
Gejala
Daun yang terkena penyakit mula-mula terlihat adanya bercak-bercak kecil berwarna putih kelabu. Kemudian melebar dan membesar menjadi berwarna ungu. Di tengah-tengah berca ungu ini terdapat titik hitam dan dikelilingi daerah berwarna kuning yang dapat melebar.
Penyebab
Penyakit ini disebut bercak ungu yang disebabkan oleh cendawan Alternaria porri (Ell Cif). Cendawan ini mempunyai konidium berwarna cokelat, berbentuk gada terbalik, berukuran 145-370 mm x 16-18 mm, serta mempunyai sekat melintang sebanyak 5-10 yang satu atau lebih sekatnya membujur. Ujung konidium berparuh, bersekat, dan panjangnya bisa sama dengan panjang konidium.
Pengandalian
Pemberantasan penyakit bercak ungu dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida. Beberapa fungsida yang dapat digunakan adalah Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l air dan volume semprot 500-1000 l/ha, Antracol 70 WP dosis 2 g/l air, Topsin-M 70 WP, dan Zincofol 68 WP dosis 2 g/l air dengan volume semprot 400-1000 l/ha. Penyemprotan tersebut diberikan sejak tanaman berumur 2 minggu dengan selang waktu 5-10 hari.
2. Embun Tepung
Gejala
Daun tanaman yang terserang mula-mula akan tampak bintik-bintik abu-abu atau hijau pucat. Biasanya bintik-bintik ini ada di ujung daun dan terjadi di awal pembentukan umbi. Bila udara lembab atau turun hujan, bintik-bintik tersebut cepat sekai melebar dan berubah warnanya menjadi ungu. Selanjutnya daun mulai menguning pada bagian ujung dan menjalar kebagian bawah sampai pangkal batang, lalu menjadi kering. Akibatnya tanaman menjadi layu dan mati.
Penyebab
Penyakit dengan gejala seperti itu disebut penyakit embun tepung, trotol, atau blorok. Penyebabnya adalah cendawan Peronospora destruktor (Berk) Casp. Cendawan ini membentuk spora sebagai alat perkembangbiakannya. Sporanya berwarna biru keabuan. Spora itu dihasilkan pada malam hari saat suhu udara rendah, sekitar 10oC. Pada saat menyebar seperti inilah spora tersebut mencari tempat untuk membentuk cendawan dan dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman.
Pengendalian
Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Gunakanlah bibit yang sehat.
b. Dilakukan pergiliran tanaman untuk menekan populasi serangan.
c. Bila hampir semua tanaman dalam satu lahan terserang penyakit, lahan itu jangan ditanami selama 3 tahun.
d. Daun bawang merah disiram pada dini hari untuk menghilangkan embun yang menempel pada daun.
e. Pengendalian secara kimiawi dengan menyemprotkan fungisida.
3. Busuk Leher Batang
Gejala
Leher batang atau pangkal batang tampak berwarna kelabu, lunak, kebasahan, dan melekuk ke dalam. Penyakit ini dapat menjalar ke bagian umbi. Serangan dapat terjadi di lahan pertanaman, selain itu juga ditempat penyimpanan.
Penyebab
Penyakit dengan gejala seperti di atas dikenal dengan nama penyakit busuk leher batang, busuk leher, atau busuk umbi. Penyebabnya adalah cendawan Botrutis allii Munn. Cendawan ini mempunyai spora yang berwarna abu-abu.
Pengendalian
Beberapa cara pengendalian penyakit ini adalah sebagai berikut :
a. Drainase dijaga agar tetap baik sehingga kebun tidak becek dan lembab.
b. Penyemprotan dengan fungisida. Jenisnya antara lain Antracol. Penyemprotan dimulai pada saat umur tanaman 2 minggu dengan selang waktu 5-7 hari.
4. Antraknosa
Gejala
Pada mulanya pangkal daun mengecil dan berwarna gelap. Kemudian daun-daun akan rendah dan tanaman segera mati.
Penyebab
Penyakit bawang merah dengan gejala seperti di atas disebut antraknosa atau smudge. Penyebabnya adalah cendawan Colletritichum sp. Jenisnya secara pasti belum diketahui, tetapi ada yang mengatakan cendawan itu jenis C. gleosporoides Pens atau C. circinans (Berk) Vogl.
Pengendalian
Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Tanaman yang telah terserang penyakit segera dicabut dan dibakar.
b. Pengendalian secara kimiawi dengan cara penyemprotan fungisida Delsene MX-200 yang berbahan aktif karbendazim dan mankozeb dengan dosis 1-2 g/l air dan volume semprot 400-800 l/ha.
5. Busuk Umbi
Gejala
Pada mulanya daun yang hijau berubah menjadi kuning. Serangan ini semakin lama makin menjalar sehingga dapat menyebabkan kematian. Bila tanaman dicabut, pada pangkal daun dan umbi tampak bulu-bulu putih yang kemudian berubah menjadi bulatan-bulatan dan akhirnya berwarna cokelat tua sampai hitam.
Penyebab
Adanya gejala di atas dikenal sebagai penyakit busuk umbi atau busuk putih (white root). Penyebabnya adalah cendawan Sclerotium cepivorium Berk.
Pengendalian
Beberapa cara pencegahan dan pengendalian penyakit busuk umbi adalah sebagai berikut :
a. Dilakukan pergiliran tanaman.
b. Digunakan bibit yang baik dan sehat.
c. Bila telah terlihat adanya gejala serangan, tanaman disemprot dengan fungisida Antracol, Dithane, dan Benlate.
6. Layu Fusarium
Gejala
Daun bawang merah yang terserang menjadi layu. Kelayuan tersebut dimulai dari ujung daun. Gejala terjadi ketika tanaman dilahan. Bila serangan terjadi pada umbi bawang di gudang penyimpanan, infeksi biasanya dimulai dari akar atau luka pada umbi sehingga umbi membusuk.
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. Cendawan ini mempunyai miselium seperti benang berwarna putih. Warna miselium kemudian berubah menjadi merah muda dan akhirnya menjadi kecokelatan.
Pengendalian
Pemberantasan penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida Benlate dengan dosis 2,5-5 g/10 l air atau Manzate D dengan dosis 10-15 g/10 l air. Fungisida tersebut disemprotkan sejak tampak gejala daun layu. Penyemprotan dilakukan tiap minggu sekali.
7. Busuk Basah
Gejala
Pada daun mula-mula terdapat bercak berwarna cokelat tua kehitaman dan kelihatan basah. Selain itu, gejala tersebut juga tampak pada batang dan umbi. Semakin lama bercak membesar dan mengendap serta bentuknya tidak beraturan. Bila kelembapan udara tinggi, bercak akan tampak makin basah.
Penyebab
Penyakit dengan gejala seperti itu dikenal dengan nama busuk basah. Bakteri Erwinia carotivora pv carotovora (Jones) Dye. adalah penyebabnya. Bakteri ini mempunyai ciri bercambuk 2-6, berbentuk batang, gram negatif, bersifat aerob fakultatif, tidak membentuk spora atau kapsula, dan ukurannya 0,7 x 1,5 mm. Bila bakteri menyerang tanaman, sel-sel tanaman akan terpisah-pisah karena bakteri menghasilkan pektinase yang dapat menguraikan pektin. Pektin dalam tumbuhan berfungsi seperti perekat yang menghubungkan antar sel.
Pengendalian
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara berikut ini :
a. Jarak antar tanaman jangan terlalu rapat untuk mengurangi kelembapan di sekitar tanaman.
b. Kebersihan kebun harus senantiasa dijaga.
c. Pemeliharaan tanaman harus hati-hati. Hindarkan terjadinya luka, baik waktu di lapang, penyimpanan, dan pengangkutan.
d. Kurangi kelembapan dalam ruang penyimpanan dan buatlah ventilasi yang cukup.
BAB VI
PANEN DAN PASCA PANEN
A. Panen
1. Waktu Panen
Jenis bawang merah ada yang berumur pendek dan ada yang berumur panjang.
Umur panen tanaman bawang merah tergantung pada tempat penanaman dan tingkat kesuburan tanahnya. Bawang merah yang ditanam di dataran tinggi umumnya mempunyai umur panen lebih panjang dari pada di dataran rendah. Bawang merah di dataran tinggi di panen setelah umur 75-100 hari. Sedangkan di dataran rendah dapat di panen pada umur 60-90 hari. Demikian pula tanaman yang tumbuh subur umurnya relatif lebih panjang.
Untuk mengetahui tingkat kemasakan umbi bawang merah, dapat juga dilihat dari keadaan fisik tanaman maupun umbinya. Ciri-ciri tanaman yang dapat dipanen atau sudah waktunya di panen antara lain :
- Daunnya sudah mulai layu.
- Daun telah menguning sekitar 70-80% dari jumlah tanaman.
- Pangkal batang mengeras.
- Sebagian umbi telah tersembul di atas tanah, dan
- Lapisan-lapisan umbi telah penuh berisi dan berwarna merah.
Pemanenan umbi untuk bibit harus dipanen lebih akhir, yaitu sekitar 70-80 hari.
Pemanenan bawang merah sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat kondisi cuaca cerah, tidak hujan, dan daun tidak berembun lagi. Selain itu, keadaan tanah harus kering agar umbi tidak cepat busuk.
2. Cara Panen
Umumnya, bawang merah dipanen sekaligus. Caranya dengan mencabut seluruh tanamannya dengan menggunakan tangan. Bila keadaan tanahnya terlalu padat, pemanenan dibantu dengan menggunakan garpu tanah untuk menggemburkan permukaan tanah. Pencabutan umbi bawang merah harus dilakukan hati-hati, jangan sampai batangnya putus dan usahakan umbinya tidak tertinggal di dalam tanah. Setelah itu, umbi bawang merah yang sudah dicabut dibersihkan dari tanah yang melekat dan segera dikeringkan.
B. Pasca Panen
Setelah dipanen, bawang merah perlu mendapatkan penanganan yang hati-hati agar kualitasnya dapat dipertahankan dengan baik. Kerusakan bawang merah dapat disebabkan oleh penurunan kandungan air, pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, kebusukan, dan pelunakan umbi.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghindari kerusakan bawang merah setelah panen meliputi pembersihan, pengeringan, sortasi dan grading, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan pengolahan.
1. Pembersihan
Umbi bawang merah yang baru dipanen keadaannya masih sangat kotor karena banyak tanah yang melekat pada umbi. Untuk itu, perlu segera dibersihkan untuk menghindari terjadinya busuk umbi.
Pembersihan umbi dapat dilakukan bersamaan dengan pengikatan bagian daun dari beberapa rumpun tanaman. Cara pembersihan dengan menggerak-gerakkan ikatan bawang merah sambil dibantu dengan tangan sehingga tanah yang melekat pada umbi dapat terlepas jatuh. Bila keadaannya sudah bersih maka ikatan-ikatan bawang merah tersebut segera diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan untuk penjemuran.
2. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni penjemuran, pengasapan, dan pengeringan dengan alat mekanis.
a. Penjemuran
Penjemuran bawang merah umumnya dilakukan dilahan-lahan bekas penanaman.
Alas tempat penjemuran harus dalam keadaan bersih dan kering. Dalam hal ini dapat digunakan alas anyaman bambu (gedeg) atau alas plastik. Dilengkapi dengan penutup yang dapat terbuat dari rumbia yang dilapisi dengan plastik.
Umbi bawang merah tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Untuk mencegah timbulnya luka bakar akibat sengatan matahari pada umbi. Bagian umbi diletakkan di bagian bawah, sedang daunnya di atas.
Penjemuran dapat dihentikan bila bentuk umbi telah sesuai dengan yang diinginkan pasar (basah atau kering).
Untuk menghasilkan warna umbi yang memikat dalam keadaan kering, pada saat umbi hampir kering, kira-kira sehari sebelum penjemuran selesai, posisi umbi dibalik menjadi di bagian atas. Secara visual hal ini ditandai dengan suara gemerisik kulit umbi bila digesekkan di antara jari.
Pengeringan dengan penjemuran banyak memakan biaya, akan tetapi terdapat beberapa kendala, yaitu terlalu banyak memakan tempat, waktunya cukup lama, dan bila sering turun hujan maka penjemuran tidak akan bisa dilakukan, sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas umbi. Padahal bila umbi tidak segera dikeringkan maka akan cepat mengalami kerusakan.
b. Pengasapan
Cara pengasapan dilakukan apabila kondisi cuaca sedang buruk, mendung, atau sering hujan sehingga tidak mungkin untuk melakukan penjemuran. Pengasapan dapat dilakukan di tempat khusus atau di atas dapur dengan membuat para-para dari kayu sebagai tempat untuk menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah.
Asap yang digunakan berasal dari tungku yang bahan bakarnya kayu atau sekam. Agar pengasapan dapat berlangsung dengan baik, panas ruangan diatur antara 34-35oC. Bila terlalu panas maka jendela dibuka. Bila suhunya telah normal, jendela ditutup kembali.
Supaya umbi dapat kering secara merata, perlu dilakukan pertukaran tempat atau pembalikan. Umbi yang kurang kering dipindahkan ke tempat yang mendapat panas tinggi, demikian sebaliknya.
c. Pengeringan Mekanis
Alat pengering ini dapat dibuat dari beberapa sumber pemanas, seperti kompor, listrik, dan batu bara.
Prinsip kerja alat pengering dengan sumber pemanas kompor sebagai berikut, pipa-pipa pemanas dipanasi dengan api kompor sehingga udara di dalam pipa ikut memanas. Dengan bantuan blower (kipas angin), udara panas di dalam pipa dialirkan menuju bilik-bilik pengering yang seterusnya dikeluarkan melalui cerobong udara. Bilik-bilik pengering tersebut berisi rak-rak tempat menyimpan bawang merah. Selama berada di bilik pengering, udara panas akan menguapkan air yang terkandung di dalam umbi sehingga lama kelamaan umbi akan mengering.
3. Sortasi dan Grading
Kegiatan sortasi dilakukan untuk memisahkan umbi bawang merah yang baik dari yang cacat, busuk, terkena hama dan penyakit atau, kerusakan lainnya. Ukuran atau kriteria yang dapat dijadikan acuan yaitu :
- Keseragaman sifat varietas.
- Ketuaan/umur umbi.
- Tingkat kekeringan.
- Bebas hama dan penyakit.
- Bentuk umbi (bulat atau lonjong), dan
- Ukuran besar kecilnya umbi.
Berdasarkan kriteria di atas, umbi bawang merah dapat dikelaskan (grading) ke dalam beberapa tingkat mutu. Batasan-batasan mutunya dijelaskan pada standar mutu seperti yang tertera pada tabel.
Tabel. Standar Mutu Bawang Merah
Karakteristik | Mutu I | Mutu II |
- Kesamaan sifat varietas - Ketuaan - Kekerasan - Diameter - Kerusakan - Kotoran | Seragam Tua Keras 1.7 cm 5% Tidak ada | Seragam Cukup tua Cukup keras 1.3 cm 8% Tidak ada |
4. Penyimpanan
Dalam jumlah kecil, penyimpanan bawang merah dapat dilakukan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatannya di para-para yang terbuat dari kayu dan diletakkan di atas dapur. Tiap ikatannya beratnya sekitar 2 kg. Cara seperti ini sangat menguntungkan karena setiap kali tungku api dinyatakan maka bawang merah akan mengalami pengasapan sehingga dapat memperpanjang daya awetnya.
Untuk memudahkan pengangkutan, penyimpanan bawang merah digudang sebaiknya dimasukkan ke dalam kemasan karung atau plastik yang anyamannya jarang agar udara dapat masuk. Apabila akan digunakan untuk bibit maka penyimpanan umbi lebih baik ditempatkan di atas para-para.
5. Pengemasan
Pengemasan bawang merah terutama dilakukan untuk memudahkan pengangkutan. Bahan pengemas yang digunakan adalah karung anyaman plastik yang berlubag-lubang. Pengemasan yang dilakukan hendaklah dapat memberikan ruang gerak yang leluasa dan sirkulasi udara ke dalam dan ke luar bahan pengemasa berjalan dengan baik.
6. Pengangkutan
Pengangkutan umbi bawang merah dilakukan ke beberapa tempat tujuan, yakni pasar penampung, pasar induk, supermarket, antarpulau, dan ekspor.
Penanganan bahan selama pengangkutan harus dijaga dengan baik. Hindari segala hal yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap umbi, seperti benturan fisik, kontaminasi kotoran, ataupun tertimpa air hujan.
7. Pengolahan
Beberapa bentuk hasil olahan bawang merah antara lain irisan bawang goreng, tepung bawang, dan acar bawang.
a. Bawang goreng
Cara pembuatannya, pertama kali lapisan umbi terluar yang sudah mengering dikupas, lalu pangkal umbi dipotong. Pengupasan dilakukan dengan teliti dan hati-hati supaya tidak cacat. Bawang kupasan selanjutnya didiamkan sehari semalam di tempat yang tidak terkena sinar matahari. Gunanya agar kadar air yang terkandung di dalamnya berkurang sehingga proses penggorengan lebih cepat.
Selanjutnya bawang di cuci bersih dengan air, lalu ditiriskan, dan dilanjutkan dengan pengirisan. Selesai itu, irisan bawang dicampur tepung tapioka dan terigu. Tepung tapioka dapat berfungsi sebagai pelekat, sedangkan terigu dapat menjadikan bawang goreng kuning dan kering serta tahan lama. Komposisinya untuk 1 kg bawang ditambahkan 50 g terigu dan 35 g tepung tapioka.
Penggorengan dilakukan dengan besar api yang cukup. Jangan lupa dilakukan pembalikan agar kematangan merata dan warnanya seragam.
Langkah terakhir adalah pengeringan dan pendinginan yang dapat dilakukan dengan menggunakan kipas angin. Selanjutnya bawang goreng bisa langsung dibungkus dalam kantong plastik atau tempat lain.
b. Tepung Bawang
Cara pembuatan tepung bawang, pertama umbi bawang yang terpilih dan dalam keadaan kering dikupas kulitnya. Kemudian diiris tipis-tipis dengan pisau tajam setebal kira-kira 2 mm. Irisan bawang selanjutnya diblansing dengan cara mencelupkannya ke dalam air mendidih selama sekitar 1,5 menit. Hal ini bertujuan untuk membunuh jasad renik dan mematikan enzim.
Setelah diblansing, irisan bawang ditiriskan dan dihampaarkan di atas tampah bambu atau rak-rak untuk dijemur di bawah sinar matahari. Selain itu, dapat juga dikeringkan dengan alat pengering sederhana. Irisan yang telah kering ditandai dengan suara gemerisik bila digesekkan di antara jari tangan. Dengan demikian nantinya, setelah menjadi tepung, kadar airnya maksimum 14%.
Proses selanjutnya adalah pengecilan ukuran. Pengecilan ini dapat dilakukan dengan cara penggerusan secara manual atau dengan alat penggiling tepung. Untuk mendapatkan hasil yang mutunya bagus, sebaiknya digunakan alat penggiling tepung yang dilengkapi dengan ayakan. Ayakan yang dipakai mempunyai ukuran lubang 80-100 mesh atau dalam diameter 1 inci terdapat 80-100 mesh atau dalam diameter 1 inci terdapat 80-100 lubang.
Tepung yang diperoleh segera dimasukkan ke dalam tempat bersih. Tempat tersebut dapat beruba kantong plastik, aluminium foil, botol plastik, atau botol gelas.
c. Acar Bawang
Bahan yang digunakan untuk membuat acar adalah bawang merah yang masih segar. Cara pembuatannya sebagai berikut. Tahap pertama pemisahan umbi lapis menjadi umbi tunggal. Kemudian, kulitnya dikupas dan hasilnya disortasi sehingga hanya umbi-umbi yang baik saja yang digunakan.
Umbi bawang yang telah dikupas lalu dicuci dengan air bersih. Kemudian, diblansing dengan cara mencelupkannya ke dalam air mendidih selama 1,5 menit. Tindakan ini bertujuan untuk membunuh jasad renik dan mematikan berbagai enzim yang terdapat di dalam umbi.
Sebagai tempat acar adalah toples seperti gelas botol selsai yang telah disterilkan. Cara pensterilannya dengan jalan mencuci stoples tersebut dengan air biasa, lalu dimasukkan ke dalam kukusan selama 1 jam sejak air pengukusan mulai mendidih.
Ditempat yang lain (bisa digunakan panci) disiapkan media yang akan dituangkan sebagai bumbu.
Kedaan umbi bawang harus terendam seluruhnya di dalam media agar tidak terjadi kerusakan karena pengaruh reaksi dengan udara. Selanjutnya stoples ditutup rapat dan dipasteurisasi dengan cara merendamnya dalam air mendidih selama + 15 menit.
BAB VII
PENUTUP
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran dataran rendah, berasal dari Syria dan telah dibudidayakan semenjak 5.000 tahun yang lalu. Bawang merah merupakan tanaman semusim yang memiliki umbi yang berlapis, berakar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi bawang merah terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi. Umbi terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Tanaman ini dapat ditanam di daratan rendah sampai daratan tinggi yang tidak lebih dari 1200 m dpl. Di daratan tinggi umbinya lebih kecil dibanding daratan rendah.
Kegunaan utama bawang merah adalah sebagai bumbu masak. Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang merah cenderung selalu dibutuhkan sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Kegunaan lainnya adalah sebagai obat tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah dan maag) karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida.
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH
1) Syarat Tumbuh Bawang Merah
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, berstruktur remah, dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah memerlukan udara hangat untuk pertumbuhannya (25 s/d 320C), curah hujan 300 sampai 2500 mm pertahun, ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %.
2) Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan lapisan tanah yang gembur, memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm, kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175 cm, tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan kedalaman 50 - 60 cm. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
3) Penyediaan Bibit
Pada umumnya perbanyakan bawang merah dilakukan dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang cukup tua yaitu berumur 70 - 80 hari setelah tanam, dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10 gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4 bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi.
4) Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar
Setelah tanah selesai diolah selanjutnya dilakukan kegiatan pemupukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6 ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 ton/ha. Selain itu pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha diberikan 2-3 hari sebelum penanaman.
Umbi bibit ditanam dengan jarak 10 cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm. Lobang tanaman dibuat setinggi umbi dengan menggunakan alat penugal. Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lobang tanaman dengan gerakan seperti memutar sekrup, hingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah. Setelah tanam dilakukan penyiraman dengan menggunakan embrat yang halus.
5) Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah : Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman.
6) Pengairan
Tanaman bawang membutuhkan air yang cukup dalam pertumbuhannya. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 kali dalam sehari pada pagi hari atau sore, sejak tanam sampai menjelang panen.
7) Menyiangan dan Pembumbunan
Menyiang dilakukan sesuai dengan kondisi gulma, minimal dilakukan dua kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya pemupukan susulan. Kegiatan membumbun dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan kondisi umbi sampai muncul ke permukaan tanah.
8) Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun, nematoda akar, bercak ungu alternaria, embun tepung, busuk leher batang, otomatis/ antraknose, busuk Umbi, layu fusarium dan busuk basah.
a. Hama ulat bawang (Spodoptera spp).
Serangan hama ini ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Pengendaliannya adalah : - Telur dan ulat dikumpulkan lalu dimusnahkan - Pasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat bawang 40 buah/ha - Jika intensitas kerusakan daun lebih besar atau sama dengan 5 % per rumpun atau telah ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif, misalnya Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC atau Florbac.
b. Hama trip (Thrips sp.)
Gejala serangan hama thrip ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada daun. Penanganannya dengan penyemprotan insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC.
c. Penyakit layu Fusarium ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman dicabut dan dimusnahkan.
d. Penyakit otomatis atau antraknose
Gejalanya : bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun patah atau terkulai. Untuk mengatasinya, semprot dengan fungisida Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP.
e. Penyakit trotol (bercak ungu alternaria) ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik pusat berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif, antara lain Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, dll untuk membasminya.
9) Panen dan Pasca Panen
Bawang merah dipanen apabila umurnya sudah cukup tua, biasanya pada umur 60-70 hari setelah tanam. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60-70% daun telah rebah atau leher batang lunak, sedangkan untuk bibit kerebahan daun lebih dari 90%. Panen dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu panen, bawang merah diikat dalam ikatan-ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), kemudian dijemur selama 5-7 hari). Setelah kering (penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan bawang merah diikat menjadi satu, kemudian bawang dijemur dengan posisi penjemuran bagian umbi di atas selama 3-4 hari. Pada penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah dan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 85 %), umbi bawang merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang.
10) Kriteria Kualitas Bawang Merah
Kriteria kualitas bawang merah yang dikehendaki oleh konsumen rumah tangga adalah : umbi berukuran besar, bentuk umbi bulat, warna kulit merah keunguan, dan umbi kering askip. Sedangkan konsumen luar (untuk ekspor) yang dikehendaki adalah : umbi berukuran besar, bentuk umbi bulat, wana kulit merah muda, dan umbi kering lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik, Neraca Bahan Makanan Indonesia 1990-1991. (Jakarta: 1991).
Derno, “Melipatgandakan Hasil Bawang dan Cabe Merah” Sinar Tani, 24 Agustus 1991.
Dimyati, Y, “Mencegah Embun Upas pada Tanaman Bawang”, Sinar Tani, 19 November 1988.
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, Komposisi Zat Makanan. (Jakarta: Bharata, 1979).
Direktorat Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian RI, Deskripsi Varietas Hortikultura (Sayuran). (Jakarta: 1992/1993).
Fauzi, D.K. Kajian Awal Kelayakan Industri Tepung Bawang Merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah,Skripsi Sarjana, (Bogor: Fateta IPB, 1993).
Handayani, Sri. Petunjuk Penggunaan Pupuk. (Jakarta: Penebar Swadaya, 1991).
Nazaruddin, Sayuran Dataran Rendah (Jakarta: Penebar Swadaya, 1994).
Demikianlah Artikel Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah
Sekianlah artikel Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-mengenal-bawang-merah.html
Contoh Makalah Mengenal Bawang Merah