Advertisement
KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT
KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel MAKALAH OLAHRAGA, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT link :
KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT
Baca juga
KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT
MAKALAH SEJARAH PENCAK SILAT
Sejarah pencak silat
Pencak Silat adalah seni beladiri yang berakar pada rumpun Melayu. Seni beladiri ini banyak ditemukan di Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan negara-negara yang berbatasan dengan negara etnis Melayu tersebut.
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal itulah catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. DiMinangkabau, silat diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar, di kaki Gunung Marapi pada abad XI.Kemudian silat dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara.
Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Seperti asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak. Seperti yang kini ditemui dalam tradisi sukuNias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek. Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.
Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.
Silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Perlengkapan Silat
● Gelanggang
○ Dapat dilantai/ dipanggung dengan dilapisi matras setebal max. 5cm, permukaan rata dan tidak memantul serta ditutup dengan alas yang tidak licin berukuran 9×9 m.
○ Gelanggang terdiri dari bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran 7×7 m, bidang laga berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang.
○ Batas gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar 5cm ke arah luar dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang
○ Pada tengah-tengah bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah 2m, sebagai batas pemisah saat akan dimulai pertandingan
○ Sudut pesilat adalah ruang bujur sangkar yang berhadapan dan dibatasi oleh lingkaran bidang laga. Sudut-sudut yang berhadapan lainnya adalah sudut netral.
● Perlengkapan Gelanggang
○ Ember, gelas, kain pel, dan keset, diletakkan di sudut merah dan biru
○ Jam pertandingan
○ Gong atau alat suara lain yang fungsinya sama
○ Lampu babak/ tanda lain untuk menentukan babak/ ronde
○ Lampu pemenang berwarna merah dan lampu biru/ alat kode lain untuk menentukan pemenang
○ Bendera juri, merah dan biru
● Perlengkapan Bertanding
○ pakaian pencak silat berwarna hitam-hitam
○ pelindung dada
○ pelindung kemaluan putra dan putri.
Peraturan Silat
1. Pembagian kelas :
a. Menurut umurnya, peserta dibagi 3 golongan :
● Golongan remaja berumur di atas 14 s/d 17 tahun
● Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
● Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
b. Menurut berat badan, pesilat dibagi dalam kelas-kelas :
○ Golongan Remaja :
■ Kelas A, 33 – 39 kg
■ Kelas B, di atas 36 – 39 kg
■ Kelas C, di atas 39 – 42 kg
■ Kelas D, di atas 42 – 45 kg
■ Kelas E, di atas 45 – 48 kg
■ Kelas F, di atas 48 – 51 kg
■ Kelas G, di atas 51 – 54 kg
■ Kelas H, di atas 54 – 57 kg
■ Kelas I, di atas 57 – 60 kg
○ Golongan Taruna :
■ Kelas A, 40 – 45 kg
■ Kelas B, di atas 45 – 50 kg
■ Kelas C, di atas 50 – 55 kg
■ Kelas D, di atas 55 – 60 kg
■ Kelas E, di atas 60 – 65 kg
■ Kelas F, di atas 65 – 70 kg
■ Kelas G, di atas 70 – 75 kg
■ Kelas H, di atas 75 – 80 kg
■ Dengan seterusnya selisih 5 kg
■ Kelas bebas, berat di atas 65 kg
2. Ketentuan Bertanding
Pesilat saling berhadapan dengan menggunakan kaidah pencak silat dalam hal menolak, menangkis, menghindar, memukul, menendang, menjatuhkan, dan mengunci lawan.
Sasaran perkenaan yang sah:
1. Dada
2. Perut
3. Pinggang kanan & kiri
4. Punggung
Sedangkan tungkai dan lengan dapat dijadikan sasaran untuk menjatuhkan dan mengunci, tetapi tidak bernilai jika serangan tidak berhasil.
3. Waktu Bertanding
Pertandingan dilaksanakan dalam 3 babak/ ronde. Setiap babak dilaksanakan dalam waktu 2 menit. Antara babak satu dengan babak yang lain diberi istirahat 1 menit.
4. Penilaian
a. Didapat dari pukulan yang masuk sasaran tanpa terhalang tolakan, tangkisan/ hindaran
b. Didapat dari tendangan yang masuk sasaran tanpa terhalang tolakan, tangkisan/ hindaran
c. Didapat dari jatuhan yang sah
d. Didapat dari jatuhan yang didahului oleh hindaran atau tolakan
e. Didapat dari kuncian yang berhasil dilakukan dalam 5 detik
Nilai 1+1 didapat dari pukulan didahului tolakan
Nilai 1+2 didapat dari tendangan yang didahului tolakan
5. Pelanggaran
1. Pelangggaran berat
● Menyerang bagian badan yang tidak sah, yaitu:
○ Kepala
○ Persendian
○ Kemaluan
○ Leher
○ Belakang kepala
● Usaha mematahkan persendian secara langsung
● Sengaja melempar lawan keluar gelanggang
● Membenturkan kepala/ menyerang dengan kepala
● Menyerang lawan sebelum aba-aba mulai
● Menyerang sesudah aba-aba berhenti dari wasit, yang menyebabkan lawan cidera
● Menggumul, menggigit, mencakar, mencengkeram, menjambak
● Mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan
● Memancing lawan dengan suara yang berlebihan
2. Pelanggaran ringan
● Keluar dari gelanggang berturut-turut
● Merangkul lawan dalam proses pembelaan
● Tidak menggunakan kaidah bertanding pencak silat
● Memakai barang yang terlarang dan membahayakan permainan
6. Hukuman
1. Teguran
Teguran diberikan apabila pesilat melakukan pelanggaran ringan berlaku 1 babak. Nilai -1.
2. Peringatan
○ Peringatan 1, diberikan apabila pesilat melakukan:
● pelanggaran berat
● mendapat teguran yang ke-3 akibat pelanggaran ringan. Nilai -5.
○ Peringatan 2, diberikan apabila pesilat dapat peringatan setelah peringatan 1. Nilai -10
Diskualifikasi diberikan apabila pesilat mendapat peringatan setelah peringatan ke-2, yaitu :
a. Melakukan pelanggaran berat yang didorong oleh unsur-unsur kesengajaan & bertentang-an dengan norma sportifitas
b. Melakukan pelanggaran tingkat 1 dan lawan cidera tidak dapat melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter pertandingan (unfit)
c. Setelah penimbangan 15 menit sebelum pertandingan, berat badan tidak sesuai dengan kelas yang diikuti.
7. Menentukan kemenangan
1. Menang angka
● Adalah apabila jumlah juri yang menentukan menang atas seorang pesilat lebih banyak daripada lawan
● Bila terjadi hasil nilai yang sama, pemenang ditentukan berdasarkan sedikit yang mendapatkan teguran.
● Jika masih sama, ditentukan dengan nilai prestasi teknik lebih banyak.
● Bila masih sama, pertandingan dilanjutkan 1 babak lagi.
● Bila ternyata masih sama, maka diadakan penimbangan berat badan, yang ringan adalah yang menang.
● Jika masih sama, maka undian.
2. Menang Teknik
● Adalah, lawan tidak dapat melanjutkan pertandingan atas permintaan pesilat
● Karena keputusan dokter pertandingan
● Atas permintaan pelatih
● Atas keputusan wasit
3. Menang Mutlak
Penentuan menang mutlak adalah bila lawan jatuh karena serangan yang sah dan menjadi tidak sadara setelah hitungan wasit ke-10. Setelah hitungan ke-10 tidak dapat berdiri tegak.
4. Menang RSC (Referee Stop Contact)
Adalah kiarena pertandingan yang dianggap tidak seimbang oleh wasit.
5. Menang WO
Karena lawan tidak muncul di gelanggang setelah panggilan ke-3
8. Tata Cara Bertanding
I. Setiap pesilat yang akan bertanding ketika memasuki gelanggang diharuskan memberi hormat kepada wasit, ketua pertandingan, serta diwajibkan melakukan salam pembukaan pencak silat menurut adat masing-masing.
II. Wasit memanggil pesilat untuk memeriksa kesiapan ke-2 pesilat
III. Setelah semua petugas siap (juri, ketua pertandingan, timer, dokter pertandingan) wasit memanggil ke-2 pesilat untuk memulai pertandingan.
IV. Pada waktu istirahat babak, pesilat harus kembali ke tempat masing-masing dan membantu pesilat memberikan instruksi jalannya pertandingan, serta memberi koreksi.
V. Setelah babak akhir selesai, kedua pesilat kembali ke sudut masing-masing untuk menunggu penentuan kemenangan. Wasit memanggil ke-2 pesilat untuk memanggil pemenang. Peme-nang diangkat tangan oleh wasit lalu hormat kepada ketua pertandingan.
VI. Selesai hormat kepada ketua pertandingan, ke-2 pesilat saling berjabat tangan dan penutup
Demikianlah Artikel KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT
Sekianlah artikel KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2013/09/kumpulan-contoh-makalah-olahraga.html
KUMPULAN CONTOH MAKALAH OLAHRAGA SEJARAH PENCAK SILAT