Advertisement
MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran”
MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran” - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran”, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran”link :
MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran”
Baca juga
MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran”
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran ialah sistem instruksional dan disain instruksional. Menurut Baker (dalam Husein dan Rahman, 1997:28), sistem instuksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan yang sebenarnya. Adapun yang dimaksud dengan disain instuksional adalah adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam kegiatan ini termasuk pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan evaluasi hasil belajar (Briggs dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Dalam Tekhnik Keterampilan Dasar Pembelajaran sangat ditentukan oleh instruksional yang terarah dan sangat menunjang kesusksan.
Paradigma (model) pengembangan pembelajaran sering dibedakan dengan teori belajar. Teori belajar menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada siswa, berdasarkan ilmu jiwa eksperimen terutama yang menjelaskan proses pada warga belajar, mekanisme yang terjadi pada warga belajar, perubahan tingkah laku warga belajar akibat interaksi dengan lingkungan. Sedangkan model pengembangan pembelajaran menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Sistem Pembelajaran
Pengembangan mengandung pengertian cara membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya (Husein dan Rahman,1997:28). Selanjutnya pengembangan sistem mengandung maksud cara membuat penjabaran, pelengkapan komponen sistem agar setiap komponen tumbuh (dalam Husein dan Rahman,1997:28). Seterusnya Ely mengemukakan pendapatnya bahwa pengembangan sistem pembelajaran berarti suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran agar mendapat pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Istilah yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran ialah sistem instruksional dan disain instruksional. Menurut Baker (dalam Husein dan Rahman, 1997:28), sistem instuksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan yang sebenarnya. Adapun yang dimaksud dengan disain instuksional adalah adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam kegiatan ini termasuk pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan evaluasi hasil belajar (Briggs dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara pengembangan sistem pembelajaran dengan sistem instruksional dan desain instruksional ada kesamaan dan keterkaitan. Pengembangan sistem pembelajaran menekankan pada proses yang sistematis dan logis. Sistem instruksional menekankan pada materi dan metode; dan desain instruksional menekankan pada kebutuhan, tujuan, teknik, materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keterkaitan ini mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan pembelajaran.
B. Dasar Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran
Pengembangan sistem instruksional perencanaan pembelajaran didasarkan atas empiris dan prinsip yang telah teruji.
1. Empiris
Pengembangan berdasarkan empiris berarti pengembangan yang berdasarkan pengalaman. Untuk pemerolehan pengalaman, banyak kegiatan yang telah dilakukan orang. Salah satu contoh kegiatan yang bersifat empiris ialah penelitian tentang kurikulum pendidikan.
Kurikulum sekolah pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1996/1997 telah mengalami tiga kali perubahan.
Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1968 sering disebut Kurikulum 1986 diubah menjadi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1975 (sering disebut kurikulum 1975). Selama lebih kurang delapan tahun pemberlakuan Kurikulum 1986, pada tahun 1975 diubah dan disempurnakan menjadi Kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 mulai berorientasi kepada tujuan yang ingin dicapai warga belajar. Kurikulum ini berlaku lebih kurang sembilan tahun, karena diubah menjadi Kurikulum Penddikan dasar dan Pendidikan menengah 1984 (sering disebut Kurikulum 1984).
Kurikulum 1994 adalah penyempurnaan Kurikulum 1984. Dalam kurikulum ini komponen tujuan yang ingin dicapai siswa tetap ada, namun namanya yang pada Kurikulum 1984 disebut tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pada Kurikulum 1994 istilahnya tujuan pembelajaran umum (TPU), tujuan pembelajaran khusus (TPK). Sistem unit pun dilebur menjadi sistem tema/anak tema. Bahan pelajaran diganti istilahnya menjadi konsep pembelajaran. Pada pembelajaran harus terdapat empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
2. Prinsip yang Telah Teruji
Prinsip yang telah teruji senantiasa melalui langkah prosedur yang sistematis, pengamatan yang tepat, dan percobaan terkontrol.
a. Prosedur yang Sistematis
Prosedur yang dimaksud adalah suatu tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Aktivitas ini dilaksanakan langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu problem. Sistematis berarti satu langkah dengan langkah lainnya berhubungan saling berpengaruh, saling mendukung yang memungkinkan aktivitas itu berjalan lancar.
Komponen proses belajar mengajar adalah.
1) Tujuan Pembelajaran
Langkah pertama proses belajar mengajar ialah penentu tujuan. Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu konsep pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran umum telah ditulis dalam Garis-Baris Besar Program Pengajaran (GBPP). Komponen tujuan pembelajaran adalah suatu tahap kegiatan belajar mengajar yang turut memecahkan problem pengajaran.
2) Murid
Murid adalah orang yang melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Murid dalam suatu kelompok harus memiliki karakteristik yang relatif sama. Untuk penentuan karakteristik lazim digunakan empat teknik penentukan karakteristik siswa, mengkaji dokumen, tes, wawancara, dan observasi.
3) Guru
Guru adalah orang yang menggerakkan suatu proses belajar. Tanpa profesionalisme suatu proses belajar mengajar tidak mungkin mencapai hasil yang baik. Keberadaan guru yang profesional mutlak menjadi dasar pengembangan sistem pembelajaran.
4) Konsep Pembelajaran
Konsep pembelajaran mengandung berbagai materi pembelajaran yang harus dikaji warga belajar. Dengan menguasai sejumlah konsep pembelajaran berarti siswa memiliki modal untuk mencapai rumusan tujuan pembelajaran. Konsep pembelajaran harus dikembangkan jadi bahan pembelajaran yang memungkinkan warga belajar memperoleh macam-macam materi pembelajaran yakni fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Dengan adanya pengembangan bahan pembelajaran yang teruji memungkinkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.
5) Pendekatan/Metode/Teknik
Pendekatan berupa suatu pendapat tentang pengajaran bahasa yang didasari falsafah tentang bahasa dan pengajaran bahasa, seperti pendekatan komunikatif dan pendekatan alamiah. Teknik pembelajaran digunakan untuk mengurutkan setiap langkah kegiatan. Teknik yang dapat digunakan seperti pemberian, penjelasan, diskusi. Pendekatan dan metode maupun teknik merupakan subsistem yang digunakan dalam pembelajaran.
6) Media/Alat peraga
Penyampaian materi pembelajaran memerlukan media suatu alat. Alat yang digunakan dalam pembelajaran disebut media belajar (alat peraga). Alat ini digunakan hanya untuk membantu memperjelas siswa kepada hal-hal yang memang belum jelas. Media membentuk warga belajar terhindar dari verbalisme, karena sesuatu yang dikatakan ditunjukan dengan bendanya atau tiruannya.
7) Evaluasi
Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) warga belajar setelah mengkaji konsep pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan dapat berupa evaluasi lisan, evaluasi tulisan, dan evaluasi perbuatan. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan pertanyaan tulisan yang di jawab dengan lisan, atau pertanyaan lisan dijawab dengan lisan. Evaluasi tulisan diharapkan warga belajar menjawab dengan tulisan. Evaluasi perbuatan menekankan warga belajar untuk melakukan suatu kegiatan berupa motorik (gerak), seperti mengekpresikan suatu adegan bagian drama, menunjukkan perilaku senang/susah/sedih, dan sebagainya.
b. Pengamatan yang Tepat
Hasil pengamatan yang terkontrol dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran. Hal ini memungkinkan karena pengamatan adalah pengawasan terhadap perbuatan (kegiatan, keadaan) orang lain; penelitian, perbuatan mengamati dengan penuh. Hasil pengamatan yang relevan diantaranya ialah pengamatan terhadap kebutuhan siswa dalam kemampuan menulis. Kesimpulan hasil pengamatan dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan, yaitu diantaranya dalam hal perencanaan tujuan, bahan, teknik, media/alat dan evaluasi.
c. Percobaan Terkontrol
Percobaan tergolong kepada kegiatan penelitian. Percobaan yang dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran ialah percobaan yang terkontrol. Ilustrasi tentang tingkat perkembangan kemampuan berpidato dua kelompok warga belajar keturunan asing. Kelompok pertama diberi pelajaran dengan menggunakan metode elektrik dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 100 entri sedangkan kelompok kedua dengan menggunakan metose elektrik, dan metode terjemahan tanpa dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 500 entri. Nantinya akan diperoleh kesimpulan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bagi orang asing dengan menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset lebih baik daripada dengan menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan tanpa dibantu vieo kaset. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran.
C. Model Sistem Pengembangan Pembelajaran
Paradigma (model) pengembangan pembelajaran sering dibedakan dengan teori belajar. Teori belajar menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada siswa, berdasarkan ilmu jiwa eksperimen terutama yang menjelaskan proses pada warga belajar, mekanisme yang terjadi pada warga belajar, perubahan tingkah laku warga belajar akibat interaksi dengan lingkungan. Sedangkan model pengembangan pembelajaran menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa. Hal ini menekankan pada usaha untuk menentukan prosedur secara khusus dalam mengamati berbagai macam klasifikasi tingkah laku warga belajar, dan prosedur untuk mengubah rangsangan agar tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan intekrasi dengan lingkungan. Paradigma yang dikembangkan ialah dengan menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa.
D. Tahap Instruksional
Yaitu tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
2. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
3. Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni: (a) pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus, (b) dimulai dari topik khusus menuju topik umum.
4. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
5. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
6. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
E. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional). Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini antara lain:
1. Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap instruksional.
2. Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari 70%), maka guru harus mengulang pengajaran.
3. Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau PR.
4. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehinggaketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Di sinilah letak keterampilan profesional dari seorang guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian di atas secara teo-retis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah seperti digam-barkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.
Dick dan Carey (1985) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada mahasiswa. Dick and Carrey (1985), mengemukakan bahwa dalam merencanakan dalam satu unit pembelajaran ada tiga tahap, yaitu :
1. Mengurutkan dan merumpun tujuan ke dalam pembelajaran
2. Merencanakan prapembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut
3. Menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan untuk mengembangkan material pembelajaran, menilai material yang ada, merevisi material, dan merancang kegiatan pembelajaran. Dengan mengurutkan tujuan ke dalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran dapat lebih bermakna bagi si belajar. Dick and Carey menyebutkan 5 komponen umum dari strategi pembelajaran yaitu kegiatan pra pembelajaran, penyajian informasi, patisipasi siswa (latihan), tes formatif, tindak lanjut.
a. Kegiatan Pra pembelajaran
Dick dan carey (1985) menyebutnya pre instructional activities dan modul universitas terbuka menggunakan istilah pengantar atau kadang-kadang disebut pendahuluan.kegiatan awal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa agar secara mental mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan dan sikap baru.seorang pengajar yang baik tidak akan mendadak memberikan topik. Pengajar harus bisa membawa suasana dengan pendahuluan. fungsi subkomponen pendahuluan ini akan tercermin dalam ketiga langkah di bawah ini :
a. Penjelasan singkat tentang isi pelajaran
b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru
c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran
Dengan selesainya ketiga pendahuluan tersebut, siswa telah mempunyai gambaran global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari. Kaitannya dengan pengalaman sehari hari, bermotivasi tinggi untuk mempelajarinya, dan mungkin dapat mengorganisasikan kegiatan belajarnya sebaik-baiknya. Waktu yang dibutuhkan untuk ketiga kegiatan dalam komponen pendahuluan tersebut tidak banyak mungkin hanya 3-5 menit dari 45-90 menit waktu pelajaran tersebut.tetapi artinya cukup besar untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar siswa.
b. Penyajian Informasi
Setelah selesai kegiatan pendahuluan, pengajar mulai memasuki kegiatan penyajian. Penyajian adalah subkomponen yang sering ditafsirkan secara awam sebagai pengajaran karena memang merupakan inti kegiatan pengajaran.di dalamnya terkandung 3 pengertian pokok sebagai berikut : uraian, contoh, latihan
a. Latihan (partisipasi siswa)
Anak didik harus diberi kesempatan berlatih (terlibat) dalam setiap langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, apakah itu dalam bentuk Tanya jawab, atau mengerjakan soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajran. Semakin terlibat si belajar pada setiap kegiatan pembelajaran, diharapkan semakin baik perolehan belajar anak didik tersebut. Demikian juga halnya dengan keterlibatan pembelajaran dalam hal pemberian umpan balik tugas-tugas anak didik akan mempengaruhi terhadap perolehan belajar anak didik.
b. Tes formatif
Tes formatif adalah satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas untuk dilakukan untuk mengukur kemampuan belajar siswa setelah menyelesaikan suatu tahap pelajaran.tes dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Disampimg untuk mengukur kemampuan siswa, tes merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa yang secara aktif membuat respon. Belajar dengan aktif tersebut akan lebih efektif bagi siswa untuk menguasai apa yang dipelajarinya. Hasil tes formatif harus diberitahukan kepada siswa dan diikuti dengan penjelasan tentang hasil kemajuan siswa. Kegiatan memberitahukan hasil tes tersebut dinamakan umpan balik. Hal ini penting artinya bagi siswa agar proses belajar menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan. Umpan balik merupakan salah satu kegiatan instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa
c. Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes formatif dan mendapatkan umpan balik. Siswa yang telah mencapai hasil baik dalam tes formatif dapat meneruskan ke bagian pelajaran selanjutnya atau mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetauan yang telah dipelajarinya. Siswa yang mendapatkan hasil kurang dalam tes formatif harus mengulang isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang sama atau berbeda. Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus dilakukan siswa merupakan salah satu bentuk pemberian tanda dan bantuan kepada siswa untuk memperlancar kegiatan belajar selanjutnya.
F. Komponen dan Pola Instruksional
Instruksional merupakan sebuah sistem. Sistem instruksional memiliki beberapa komponen, yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Pesan adalah ajaran atau informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, dan data. Orang adalah manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Bahan adalah sesuatu (biasa pula disebut media atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. Alat adalah sesuatu (biasa disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Lingkungan adalah situasi sekitar pesan diterima.
Pola instruksional mengalami perkembangan sangat pesat setelah adanya aplikasi teknologi instruksional dalam pendidikan. Ada lima pola instruksional dimulai dari pola tradisional. 1. Pola instruksional tradisional.
2. Pola instruksional dibantu alat peraga.
3. Pola instruksional yang merupakan tanggung jawab bersama dosen dan media.
4. Pola instruksional dengan media
5. Pola instruksional kombinasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya yaitu :
1. Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sistematis dalam menilai, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mengembangkan serta menggunakan komponen-komponen sistem pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi) demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Model ataupun cara dalam pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978, p. 23)
3. Model – Model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional model Bela H.Banathy, MPSI, model Kemp, model Briggs, model Gerlach & Ely, model IDI (Instruksional Development Institute).
DAFTAR PUSTAKA
Popham W James, dkk. 2003. Teknik Mengajar Secara sistematis. Rineka cipta. Jakarta.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. .. ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Sistem Pembelajaran......................................... 1
B. Dasar Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran............................ 2
1. Empiris.................................................................................................. 2
2. Prinsip yang teruji.................................................................................. 3
C. Model Sistem Pengembangan Pembelajaran................................................ 6
D. Tahap Instruksional...................................................................................... 6
E. Evaluasi dan Tindak Lanjut......................................................................... 7
a. Kegiatan Pra Pembelajaran.................................................................... 8
b. Penyajian Informasi............................................................................... 9
c. Tindak Lanjut........................................................................................ 9
F. Komponen dan Pola Instruksional............................................................. 10
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 12
Demikianlah Artikel MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran”
Sekianlah artikel MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran” kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran” dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/10/makalah-teknik-keterampilan-dasar.html
MAKALAH “Teknik Keterampilan Dasar Instruksional Pembelajaran”