Advertisement
MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN”
MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN” - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN”, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN”link :
MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN”
Baca juga
MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN”
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persoalan kehidupan manusia banyak telah digali serta dikaji berbagai kalangan, baik berpaham Atheis maupun Theis untuk mengungkap hakekat dari pada kenapa manusia ini ada. Dalam konsep Islam bahawa manusia tidak hanya hidup pada masa di dunia sahaja dan ini merupakan bagian dari aqidah penting.
Allah SWT. Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri firman Allah berikut ini: “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS. al Insyiqaq : 8-12).
Menurut para ulama kita, sabda Nabi saw, “Sering-seringlah mengingat sesuatu yang dapat melenyapkan kenikmatan-kenikmatan, ” adalah sebuah kalimat yang singkat, tetapi sarat dengan pesan dan pelajaran. Orang yang benar-benar ingat kematian, dengan sendirinya ia akan sadar hakikat nikmat yang tengah dirasakannya di dunia. Sehingga ia tidak akan banyak berharap nikmat itu akan abadi di masa datang, dan ia akan bersikap zuhud terhadap apa yang diharapkan daripadanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEHIDUPAN SETELAH MATI
(Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat)
Setelah manusia mati akan mengalami tahapan sbb :
1. Alam Barzakh
Para salaf bersepakat tentang kebenaran adzab Dan nikmat yang Ada di alam kubur (barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh Dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW selalu berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur. Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya mereka yang
A. Suka mengadu domba
B. Suka berbuat ghulul
C. Berbuat kebohongan
D. Membaca Al Qur’an tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Dan yang dilarang dalam Al’Qur’an
E. Melakukan zina
F. Memakan riba
G. Belum membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk surga karena hutangnya)
H. Tidak bersuci setelah buang air kecil, shg masih bernajis
Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum, zakat, Dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung Silaturahim, segala perbuatan yang ma’ruf Dan berbuat baik kepada manusia, juga berlindung kepada Allah SWT dari adzab kubur.
2. Peniupan Sangkakala
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia Dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, spt dijelaskan pada Al Qur’an:
“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit Dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah SWT”( QS. Az Zumar :68 ).
Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras Dan hebat sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah I TU keadaan alam semesta kembali seperti awal penciptaannya. Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya : ” Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan Hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada Hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya Dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, Dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras”(QS.Al Hajj:1-2).
Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh manusia; “Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.(QS. Yaa Siin : 51).
Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah SWT menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, Dan manusia pun bermunculan (bangkit) Dan berdiri”.(HR. Muslim).
3. Hari Berbangkit
“Pada Hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al Mujadilah : 6).
4. Padang Mahsyar
“(Yaitu) pada Hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain Dan (demikian pula) langit Dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).
Hasr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada Hari kiamat untuk dihisap Dan diambil keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu Hari yang berbanding 50.000 tahun di dunia. Allah berfirman: “Malaikat-malaikat Dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.(QS. Al Maarij:4).
Karena amat lamanya Hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti satu jam saja. Dan (ingatlah) akan Hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di Hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang Hari. (QS.Yunus:45). “Dan pada Hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja” (QS. ArRuum:55).
Adapun orang yang beriman merasakan lama pada Hari itu seperti waktu antara dhuhur Dan ashar saja. Subhanallah. Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.”Orang kafir ingin seandainya IA dapat menebus dirinya dari adzab Hari itu dengan anak-anaknya dengan istri serta saudaranya dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, Dan orang-orang diatas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”. (QS.AlMa’arij:11-14).
5. Syafa’at
Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir Dan munafik, maka tidak Ada syafaat bagi mereka. Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT).
6. Hisab
Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.
Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28). Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah. Allah SWT mengatakan kepada orang kafir : “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS. Yunus:61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.
Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93).Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.
7. Pembagian catatan amal
Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia. Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT. Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, spt pada firman Allah berikut ini: “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”, (QS. Al Insyiqaq:8-12).“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:”wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku” (Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya”, kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala”.(QS. Al Haqqah:25 31).
8. Mizan
Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman : “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47) Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka. Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga
9. Telaga
Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya : Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak (HR. Bukhari Muslim).
Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).
10. Ujian Keimanan Seseorang
Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.
Allah SWT berfirman,”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka): ”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (QS.Al hadid:13). Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan melalui Shirat.
11. Shirat
Shirath adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga). Beberapa Hadits tentang Shirath Sesungguhnya rasulullah SAW pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau berkata: Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon Sud’an. (HR. Muslim) “Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang”. (HR. Muslim) “Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim) Yang paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad SAW dan para pemimpin umat beliau.Beliau bersabda : “Aku dan umatku yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul Dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.(HRBukhari). Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya jembatan
12. Jembatan
Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam. Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”.(HR. Bukhari).
Setelah melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk Surga. Kesimpulan : Setelah penjelasan di atas tinggal kita menunggu, apa yang akan kita alami di hari akhir nanti, tentunya sesuai dengan apa yang kita lakukan di dunia ini. Semoga Alah SWT memberi kekuatan dan selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah di jalan-Nya sehingga dapat mencapai surga-Nya dan dijauhkan dari siksa neraka-Mu ya Allah. Karena kami sangat takut akan siksa neraka-Mu ya Allah……
B. PERSIAPAN KEMATIAN
Diriwayatkan oleh Nasa’i dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Sering-seringlah kalian ingat akan sesuatu yang melenyapkan kenikmatan-kenikmatan”. Maksudnya, ialah kematian. Hadits tersebut selain diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan at-Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh al-hafidz Abu Na’im sekalian dengan isnadnya dari Malik bin Anas, dari Yahya bin Sa’id, dari Sa’id ibnul Musayyib, dan dari Umar ibnul Khaththab, ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Sering-seringlah kalian ingat akan sesuatu yang dapat melenyapkan kenikmatan-kenikmatan ini”. Ya Rasulullah, apa itu sesuatu yang melenyapkan kenikmatan-kenikmatan itu?” Beliau menjawab, “Kematian”.
Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan Ibnu Majah dari Umar bahwa ia berkata, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba muncul seorang shahabat Anshar. Setelah mengucap salam kepada beliau, ia bertanya, “Rasulullah, siapakah orang mukmin yang terbaik itu?” Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya”. Ia bertanya, “Siapakah orang mukmin yang paling pintar?” Beliau menjawab, “Yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar”. Hadits ini juga diketengahkan oleh Malik, dan isnya Allah akan dibahas lebih lanjut dalam pembicaraan mengenai fitnah-fitnah kematian nanti. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (Ibnu Majah, Ahmad, dan ath-Thabrani), Syaddad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang pintar ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Dan orang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap terhadap Allah”. Diriwayatkan oelh at-Tirmidzi dari Anas bahwa Rasulullah bersabda, “Sering-seringlah megingat kematian, karena sesungguhnya hal itu bisa membersihkan dosa-dosa dan dapat membuat bersikap zuhu terhadap dunia”. Diriwayatkan oleh Baihaqi (dalam hadits dha’if) bahwa Nabi saw bersabda, ‘Cukuplah kematian itu sebagai pelajaran. Dan cukuplah kematian itu sebagai sesuatu yang memisahkan”. Dalam hadits riwayat Haitsami dan ath-Thabrani (dha’if) disebutkan bahwa seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, apakah di akhirat nanti ada seseorang yang akan dikumpulkan bersama para syuhada?” Beliau menjawab, “Ada, yaitu orang yang sering mengingat kematian sebanyak dua puluh kali sehari semalam”.
Menafsiri firman Allah dalam surah al-Mulk ayat 2, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya”. Abdurrahman as-Suda mengatakan, “Yang dimaksudkan ialah orang yang paling banyak mengingat kematian, yang memiliki persiapan yang paling baik untuk menghadapinya dan yang paling takut kepadanya”.
Menurut para ulama kita, sabda Nabi saw, “Sering-seringlah mengingat sesuatu yang dapat melenyapkan kenikmatan-kenikmatan, ” adalah sebuah kalimat yang singkat, tetapi sarat dengan pesan dan pelajaran. Orang yang benar-benar ingat kematian, dengan sendirinya ia akan sadar hakikat nikmat yang tengah dirasakannya di dunia. Sehingga ia tidak akan banyak berharap nikmat itu akan abadi di masa datang, dan ia akan bersikap zuhud terhadap apa yang diharapkan daripadanya.
Tetapi, bagi orang yang berjiwa keruh dan berhati lalai, perlu nasihat yang detail dan pelajaran yang panjang. Seorang mukmin yang mendengarkan atau memperhatikan sabda Nabi, “Sering-seringlah mengingat sesuatu yang dapat melenyapkan kenikmatan-kenikmatan”, dan firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 185, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”, tentu hal itu sudah cukup menjamin ia menjadi mukmin yang baik. Amirul mukminin Umar ibnul Khaththab sering membaca bait-bait syair ini, “Tidak ada sesuatu pun yang kamu lihat gemerlapan itu abadi karena yang abadi hanyalah Tuhan harta dan anak-anakmu akan lenyap Harmuz pada suatu hari pernah tidak membutuhkan simpanan kekayaannya Kaum ‘Aad sudah pernah ingin abadi, tetapi gagal. Begitupula dengan Sulaiman sang pendengali angin, manusia dan jin, Mana raja yang dulu pernah paling berjaya di muka bumi? Di akhirat kelak semua akan tunduk dan tak mampu berbohong”.
Setelah merasa mantap terhadap apa yang saya sampaikan tadi, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya mengingat kematian itu akan menimbulkan perasaan cemas saat meninggalkan kehiduan dunia yang fana ini menuju ke kehidupan akhirat yang kekal abadi. Seseorang pasti tidak mungkin lepas dari suka dan duka, atau nikmat dan penderitaan. Ketika ia sedang berduka dan menderita, mengingat kematian akan membantu mempermudah ia menghadapinya, karena apa yang ia alami itu tidak aan abadi. Dan ketika ia sedang dalam keadaan suka mengenyam nikmat, maka mengingat kematian akan membuat ia tidak mau tertipu oleh kenikmatan-kenikmatan yang tengah ia rasakan. Ia tetap akan bersikap tenang. Sungguh indah apa yang dikatakan oleh seorang penyair berikut ini. “Ingatlah kematian yang akan melenyapkan segala kenikmatan dan bersiaplah menghadapi kematian yang pasti akan datang”. Seorang penyair lain mengatakan, “Ingatlah kematian niscaya kamu akan mendapatu kenikmatan Ingat kematian dapat mematahkan angan-angan yang kosong belaka”. Semua sepakat bahwa kematian itu tidak terikat oleh umur tertentu, waktu tertentu, dan penyakit tertentu. Hal itu dimaksudkan agar manusia selalu dalam posisi siap siaga menghadapinya kapan dan dimana saja. Dahulu ada orang saleh yang setiap malam naik ke sebuah bangunan tinggi di kota Madinah dan berseru, “Ayo berangkat! Ayo berangkat!” Ketika orang itu telah meninggal dunia, tidak pernah lagi terdengar seruan tersebut. Suatu hari wali kota Madinah menanyakan orang itu, dan ketika mendengar bahwa orang itu telah meninggal dunia, ia mengatakan,“Ia yang setiap malam berseru mengingatkan kematian itu dan unta-unta pun yang mendengar seruannya menderum di pintunya sekarang telah pergi” Yazin ar-Raasyi pernah berkata pada dirinya sendiri, “Yazid, Yazid. Celaka, kamu! Setelah kamu nanti tiada, siapa yang mau shalat atas namamu? Siapa yang sudi berpuasa atas namamu? Dan siapa yang bersedia memintakan keridhaan Allah atas namamu?”
Selanjutnya ia mengatakan, “Wahai manusia, kenapa kalian tidak menangis meratapi sisa hidup kalian yang tinggal berapa lama lagi? Kalian akan dijemput sang maut, dan ditunggu kubur yang beralaskan tanah dan bertemankan cacing-cacing”. Merasa dicekam oleh rasa takut yang luar biasa, Yazid pun menangis lalu jatuh pingsan. Kata at-Taimi, “Ada dua hal yang pasti akan melenyapkan kenikmatan dunia dariku. Yakni, ingat kematian, dan ingat ketika berada dihadapan Allah Ta’ala”.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah mengumpulkan para ulama. Mereka satu sama lain lalu saling mengingatkan tentang kematian, kiamat, dan akhirat. Saat itu mereka sama-sama menangis seakan-akan mereka tengah menunggu jenazah orang tercinta. Kata Abu Na’im dalam al-Hilyat (VII/85), “Jika Sufyan ats-Tsauri sedang mengingat kematian, selama berhari-hari ia kelihatan sangat bersedih. Wajahnya tampak murung. Setiap kali ditanya tentang sesuatu ia hanya menjawab, ‘Saya tidak tahu. Saya tidak tahu”. Kata Asbath, “Suatu hari Nabi mendengar beberapa orang shahabatnya memuji-muji kehebatan seseorang. Beliau lalu bertanya kepada mereka, “Apakah ia sering ingat kematian?” Mereka menjawab, “Tidak sama sekali,” Beliau bersabda, “Kalau begitu, mereka tidak sehebat yang kalian katakan”. Ad-Daqqaq berkata, “Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan tiga hal. Yakni, lekas bertobat, hati yang qana’ah (menerima apa adanya), dan semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa yang lupa akan kematian, ia akan diberi sanksi dengan tiga hal. Yakni, lambat bertaubat, tidak puas dengan pemberian Allah, dan malas beribadah”.
Karena itu berpikirlah, wahai orang yang tertipu, akan kematian dan saat-saat yang krusial ketika kamu sedang sekarat. Kematian adalah janji yang pasti akan ditepati. Kematian adalah hakim yang adil. Kematian adalah luka. Kematian membuat mata menangis. Kematian mengakibatkan perpisahan. Kematian akan melenyapkan kenikmatan-kenikmatan. Dan kematian memutuskan harapan serta angan-angan.
Pernahkah kamu memikirkan kematianmu, wahai anak cucu Adam? Itulah saat kamu harus berpindah dari tempatmu di dunia yang lapang ke sebuah liang lahat yang sangat sempit, saat teman-temanmu yang paling dekat sekalipun tega mengkhianatimu tanpa kamu bisa berbuat apa-apa, saat kamu harus meninggalkan saudara dan handai taulan, saat kamu harus bangkit dari tempat tidurmu, saat kamu harus menanggalkan pakaianmu yang mewah dengan berganti dengan pakaian tanah yang kotor. Wahai orang yang selalu menghimpun harta dan bersaing mendirikan bangunan pencakar langit, saat itu kamu sudah tidak punya harta sama sekali selain hanya beberapa lembar kain kafan, itupun sebentar lagi pasti akan rusak. Tubuhmu dimakan oleh tanah. Lalu dimana nanti harta yang selama ini kamu tumpuk? Apakah ia akan bisa menyelamatkan kamu dari huru-hara? Tidak. Tetapi, kamu tinggalkan (hartamu) untuk orang yang justru tidak mau berterima kasih kepadamu. Sementara dosa-dosamu kamu ajukan kepada Allah yang pasti tidak mau menerima alasanmu.“Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”. (al-Qashash: 77)
Bagus sekali orang yang menafsirkan firman Allah itu, dengan mengatakan, “Carilah surga di negeri akhirat pada apa yang telah Allah berikan kepadamu di dunia ini. Seorang mukmin harus dapat mengelola dunia untuk kepentingan akhirat. Bukan untuk yang lain”. Jadi, seolah-olah dikatakan kepadanya, “Janganlah kamu lupa bahwa kamu pasti meninggalkan seluruh hartamu, kecuali satu bagianmu, yakni kain kafan”. Dalam hal ini seorang penyair berkata,
“Bagianmu dari seluruh harta yang kamu kumpulkan sepanjang hidupmu hanyalah dua lapis kain kafan yang membungkus tubuhmu dan sebutir obat pengawet tubuh”. Seorang penyair lain mengatakan,“Adalah sifat qana’ah yang tidak bisa kamu carikan gantinya disitu ada banyak kenikmatan disitu ada yang dapat menyenangkan badan Lihat, orang yang paling kaya di dunia sekalipun apakah ia akan diusung ke kubur tanpa kain kafan?” (Pasal 3). Yang dimaksud dengan sabda Nabi saw, “Orang yang pintar ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri”, ialah bahwa orang yang pintar ialah orang yang bisa instrospeksi diri. Ada yang berpendapat bahwa itu adalah orang yang sanggup mengendalikan nafsunya. Menurut Abu Ubaid, orang yang sanggup menaklukkan nafsu, ia pasti akan bisa memperbudaknya untuk diajak beribadah kepada Allah dan beramal buat kepentingan akhirat. Demikian pula ia akan instrospeksi diri atas kelalaiannya, memanfaatkan usia dengan baik, membekali diri untuk menyongsong akhir urusannya dengan amal-amal yang saleh, mengingat dan taat kepada Allah kapan saja. Itulah bekal utama untuk menghadapi hari dimana seluruh makhluk akan menuju ke tempat kembali mereka yang abadi.
Sedangkan kebalikan orang yang pintar ialah orang yang lemah, yaitu orang yang melakukan kelalaian. Orang yang lalai dari taat kepada Allah karena selalu mengikuti hawa nafsunya, tetapi ia masih mengharapkan Allah berkenan mengampuninya, maka inilah yang disebut orang tertipu. Hasan al-Bashri mengatakan, “Ada satu kaum yang karena asyik dimabuk oleh angan-angan, mereka pun pergi dari dunia tanpa meninggalkan kebajikan apapun. Tetapi, salah seorang mereka berkata, “Aku telah berbaik sangka kepada Tuhanku,” Sudah barang tentu ia berdusta. Sebab, berbaik sangka kepada Allah itu harus dibuktikan dengan amal-amal saleh”. Selanjutnya ia membaca firman Allah, “Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu. Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. Sa’id bin Jubair mengatakan, “Yang disebut menipu Allah ialah jika seseorang yang keras kepala melakukan maksiat tetapi masih mengharapkan ampunan Allah”. Baqiyah ibnul Walid mengatakan, “Abu Umairah ash-Shuri berkirim surat kepada seorang temannya. Isinya, “Amma Ba’du, selama ini kamu yang hanya memikirkan dunia , masih saja mengharapkan Allah dengan perbuatanmu yang buruk. Itu sama halnya kamu membikin besi yang dingin. Sekian, wassalam”. Lebih jelas hal ini insya Allah akan diterangkan nanti dalam bab Kubur adalah Ujian Pertama di Akhirat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ujian Keimanan Seseorang Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka. Allah SWT berfirman,”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka): ”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (QS.Al hadid:13). Hisab pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran. Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28).
Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah. Allah SWT mengatakan kepada orang kafir : “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS. Yunus:61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi. Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93). Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.
“Suatu hari Nabi mendengar beberapa orang shahabatnya memuji-muji kehebatan seseorang. Beliau lalu bertanya kepada mereka, “Apakah ia sering ingat kematian?” Mereka menjawab, “Tidak sama sekali,” Beliau bersabda, “Kalau begitu, mereka tidak sehebat yang kalian katakan”. Ad-Daqqaq berkata, “Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan tiga hal. Yakni, lekas bertobat, hati yang qana’ah (menerima apa adanya), dan semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa yang lupa akan kematian, ia akan diberi sanksi dengan tiga hal. Yakni, lambat bertaubat, tidak puas dengan pemberian Allah, dan malas beribadah”.
DAFTAR PUSTAKA
Hidup Sesudah Mati edisi terjemah oleh Syaikh Jasim Muhammad Al Muthawwi
Al Yaum Al Akhir, Juz I,II,III oleh Dr. umar Sulaiman Al Asyqar
Syarah Lum’atul I’tiqad Al hadi Ila Sabilir Rasyad oleh Syaikh Utsaimin
Tahdzib Syarah Ath thahawiyah oleh Ibnu Abil Izz Al Hanafi
Tadzkirah, Imam Qurthubi
At Takhwif Minan Naar oleh Ibnu rajab Al Hambali
Hadiul Arwah Ila Biladil Afrah, Ibnu Qayyim Al Jauziyah
Nihayatul Bidayah wan Nihayah oleh Al hafidz Ibnu Katsir
Ahwalun Naar oleh Muhammad Ali Al Kulaib.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I : . PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kehidupan setelah kematian........................................................... 2
B. Persiapan Kematian......................................................................... 7
BAB III : PENUTUP
....... Kesimpulan............................................................................................. 11
Daftar Pustaka......................................................................................................... 12
Demikianlah Artikel MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN”
Sekianlah artikel MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN” kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN” dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2014/10/makalah-manusia-setelah-kematian-serta.html
MAKALAH “MANUSIA SETELAH KEMATIAN SERTA APA YANG HARUS IA PERSIAPKAN”