Advertisement
- Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
link :
Baca juga
SUATU TINJAUAN STRATEGI KONSTRUKTIVIS SOSIOLOGIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR
(Drs. Saryanto, S.Pd,M.Pd )
TEKELDIKDAS
JURNAL TEKNIK PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN DASAR
Vol. 9, No.2, Januari 2009
FKIP UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ PURWOKERTO
Abstrak :Sebelum membahas strategi pembelajaran konstruktivis sosiologis dari Vygotsky, perlu diketengahkan terlebiih dahulu pengertian belajar. Suparno ( 1997 : 18 ) menyatakan bahwa terdapat tiga interprestasi konstruktivis dalam pembelajaran yaitu: 1) Konstruktivis radikal, 2)Konstruktivis moderat, dan konstruktivis sosial. Konstruktivis sosial menyatakan bahwa pengkonstruksian pengetahuanakan berjalan lancar dalam lingkungan yang menye-diakan kerja sama antar siswa , kelompok siswa, ahli dan gurunya.Mengkonstruk ( memben-tuk, mengembangakan ) pengetahuan itu melalui asimilasi dan akomodasi.
Berdasakan sudut pandang konstruktivisme sosiologis dari Vygotsky ( Taylor, 1993), menyatakan bahwa strategi pembelajaran dibedakan atas dua macam yaitu : 1) aktivitas internal, 2) aktivitas eksternal.
Strategi pembelajaran internal yaitu transformasi informasi ( pengetahuan) langsung masuk dalam struktur kognitif individu melalui proses asimilasi dan akomodasi. Piaget ( Hudoyo, 1988: 47) mengatakan bahwa asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh seseorang.
Asimilasi pada aktivitas internal terjadi jika keterkaitan pemahaman siswa antar skemata yang baru dengan skemata yang terdapat dalam struktur kognitif sebelumnya.Misal : sudah memiliki konsep bangun datar ( persegi panjang, persegi) pada struktur kognitif agar dapat memahami tentang konsep trapesiu siku-siku dan trapezium sama kaki. Sebaliknya akan terjadi akomodasi internal, jika tidak terjadi ikatan pamahaman antar skemata baru dengan schemata sebelumnya dalam struktur kognitif siswa. Misal mengajarkan materi pelajaran bangun datar trapezium tanpa di dasari konsep bangun datar yang mempunyai sepasang sisi sejajar.
Akomodasi sebagai aktivitas internal, adalah proses penstrukturan kembali schemata pada struktur kognitif sebagai akibat adanya informasi baru /pengetahuan baru tetapi tidak sesuai dengan kosep pengetahuan yang terdapat dalam struktur kognitif .
Asimilasi pada aktivitas eksternal didefinisikan sebagai proses sosial yang ditandai olehadanya usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya masyarakat ( lingkungan sekitar ) dari generasi ke generasi oleh orang perorang atau antar kelompok manusia.
Akomodasi pada aktivitas eksternal didefinisikan sebagai suatu bentuk pengambilan kepu-tusan yang mengarah pada suatu keadaan keseimbangan dan menunjuk pada suatu proses social untuk meredakan perbedaan pendapat antara orang perorang atau antar kelompok manusia sehubungan dengan norma-norma social dan nilai-nilai social yang terjadi di dalam masyarakat.
Kata kunci: Pembelajaran konstruktivisme sosiologis dari Vygotsky: 1). Aktivitas Internal. 2). Aktivitas Eksternal.
Pendahuluan
Pengetahuan tentang interaksi sosial sangat berguna untuk mempelajari masyalah –ma-syalah yang terjadi dalam masyarakat.Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial yaitu kontak antara orang perorang, antara orang dengan suatu kelompok, dan antar kelompok. Kontak sosial akan berlanjut ke komunikasi antar orang perorang, antara orang dengan suatu kelompok, dan komunikasi antar kelompok baik secara langsung atau tidak langsung.
Komunikasi dimaknai sebagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh setiap orang.Misal :Kebutuhan untuk menyekolahkan anak atau kebutuhan tentang pendidikan formal, saat inimerupakan kebutuhan hidup manusia modern ,baik secara individual atau kelompok. Melalui pendidikan formal ataumelaluiprosespembelajaran di ruang kelas, akan terpupuk nilai-nilai luhur manusia dan kemanusiaan atau terjadi proses memanusiakan manusia dari generasi ke generasi.Jadi melalui pendidikan akan terjadi kotak sosial yang berlanjut ke komunikasiyang merupakan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi olehmanusia.
Langeveld ( Soelaeman, 1988: 42) menyatakan bahwa terdapat empat prinsip dasar manusia yang menjembatani tercapainya sistem pendidikan, yaitu :
1. Prinsip solidaritas.
2. Prinsip individualitas.
3. Prinsip identitas moral.
4. Prinsip unisitas.
Prinsip solidaritas menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang secara kodrat harus berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan kehidupannya sebagai makhluk
Ekonomi, makhluk social maupun makhluk budaya. Banyak cerita tentang tokoh : “ Manusia yang hidup sendiri ( Tarsan memilih hidup sendiri di hutan ), namun akhirnya harus hidup bersama dengan manusia lain atau berinteraksi social atau berkomunikasi dengan manusia lain.
Prinsip individualitas menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kemampuan untuk tampil secara individual dan dalam menyatakan dirinya. Berbeda dengan hewan, bahwa hewan adalah makhluk yang secara kodrati sudah punya ketreampilan spesialisasi, sehingga tanpa melalui pendidikan , hewan akan punya keahlian khusus. Ikan keterampilan berenang , kuda punya keterampilan lari cepat, burung punya keterampilan terbang, dll. Manusia bias terbang, jika jika menggunakan alat bantu yang disebut kebudayaan, misal manusia terbang mengguna-kan balon, parasut atau pesawat terbang. Kebudayaan tersebut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses belajar. Dan penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan tekno-logi. Pengaruh positip perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat abad se-karang ini terlihat meningkatnya penggunaan alat komunoikasi berteknologi modern, dan alat hitung berteknologi modern yang digunakan oleh manusia dalam kehidupannya. Dunia yang luas ( secara geografis) menjadi terasa sempit , batas antar Negara terasa semakin hilang, sebagai akibat penggunaan alat-alat berteknologi modern dalam berbagai segi kehidupan manusia abad sekarang ini.
Prinsip identitas moral artinya setiap manusia sama dalam pengambilan keputusan yang bermoral dan mampu pula mengarahkan kepada keputusan moral yang dipilihnya. Kerja sama, persaingan, pertentangan atau pertikaian bahkan mungkin konflik adalah merupakan contoh bentuk interaksi solsial yang dapat di selesaikan melalui pengambilan keputusan yang bermoral.
Pertikaian atau pertentangan suatu ketika dapat diselesaikan melalui jalan damai atau dapat juga dikatakan pertikaian tidak berlangsung lama. Akomodasi adalah suatu bentuk pengambilan keputusan moral yang mengarah pada suatu keadaan keseimbangan ( equilibrium ) dan menunjuk pada suatu proses social untuk meredakan pertikaian ( disequlibrium ) antar orang perorang atau antar kelompok manusia sehubungan dengannorma-norma social dan niali-nilai social yang berlaku di masyarakat. Asimilasi sebagai aktivitas eksternal diartikan sebagai proses social yang ditandai oleh adanya usaha untuk mengurangi perbedaan pendapat atau konflik antara orang perorang atau antar kelompok manusia atau masyarakat.
Prinsip unisitas menyatakan bahwa manusia bersifat unik artinya setiap manusia berke-mampuan ( minat, bakat, cara merespons, efisiensi alat dria, kecerdasan, keterampilan, sikap ) berbeda satu sama lain, atau tidak ada manusia yang identik. Asimilasi sebagai aktivitas inter-nal diartikan sebagai transformasi informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu dengan schemata yang sudah dimiliki oleh struktur kognitif setiap siswa. Akomodasi sebagai aktivitas internal adalah proses penstrukturan kembali schemata sebagai akibat adanya informasi atau pengalaman baru.
Dari penjelasan tentang keempat prinsip dasar manusia dari Langeveld di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan bermuara ke prinsip solidaritas yang menyatakan bahwa manusia secara kodrat adalah makhluk social yaitu makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lain. Sedangkan jika pendidikan manusia diserahkan pada prinsip dasar individualitas, maka manusia akan mengarah pada sistem naluriah atau manusia tidak mengenal sistem nelai budaya lingkungan sekitar ( budaya eksternal).
Berdasar latar belakang tersebut di atas, maka penulis akan membahas artikel ini dengan judul : “ Suatu Tinjauan Konstruktif Sosiologis dalam Pembelajaran Matematika SD”. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah hakekat strategi pembelajaran konstruktivis internal dalam pembelajaran matema-
tika SD?
2. Apakah hakekat strategi pembelajaran konstruktivis eksternal dalam pembelajaran matema-
tika SD?
Pembahasan
Menurut paham konstruktiviisme sosiologis dari Vygotsky, fungsi mental ( konsep diri) yang tinggi bergerak antara seseorang dengan orang lain ( between people ) dan di dalam indi-vidu ( within the individual). Sedangkan internalisasi dipandang sebagai proswes transformasi dari aktivitas eksternal ke aktivitas internal ( Taylor, 1993).
Berdasar pada pendapat Vygotsky di atas bahwa fungsi mental ( konsep diri ) yang tinggi bergerak antara seseorang dengan orang lain ( between people )dan di dalam individu ( within the individual), dikandung maksud bahwa masyarakatlah yang membangun pendidikan. Pendidikan dalam arti sempit, yaitu interaksi belajar mengajar antar siswa dengan guru dalam ruang kelas. Internalisasasi adalah belajar dipandang sebagai proses transformasi dari aktivitas eksternal ke aktivitas internal , adalah belajar yang menyangkut aspek psikologis atau sebagai proses transformasi kedalam struktur kognitif setiap siswa. Sedangkan Aktivitas eksternal dimaksudkan sebagai belajar yang merupakan perubahan perilaku siswa yang dapat di amati atau dinilai melalui tes atau evaluasi ( latihan dan pengalaman ).
Berdasar pada penjelasandari Vygotsky tersebut di atas, bahwa masyarakatlah yang membangun pendidikan, maka artikel yang berjudul : “ Suatu Tinjauan Konstruktif Sosiologis dalam Pembelajaran Matematika SD”. Akan dibahas dengan rincian seperti tersebut di bawah ini.
1. Hakekat Strategi Pembelajaran Konstruktivis Internal dalam Pembelajaran Matema-
tika SD?
Pandangan aliran pembelajaran konstruktivisme ( Suparno, 1997 : 18 ), menyatakan bahwa belajar adalah pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa secara aktif dan siswa sendiri yang mengkonstruk ( membentuk , mengembangkan, membangun ) pengetahuan itu melalui proses asilmilasi dan akomodasi . Piaget ( Hudoyo, 1988 : 47 ), mengatakan bahwa asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu dengan struktur kognitif ( struktur mental atau skemata ) yang sudah dimiliki oleh seseorang . Sedangkan Akomodasi adalah proses penstrukturan skemata baru sebagai akibat adanya pengetahuan dan pengalaman baru.
Garais-garis besar program pengajaran ( GBPP), merupakan acuan sumber materi pelajaran yang akan diberikan oleh setiap guru kepada siswanya melalui kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Depdiknas, 2002 : 19),menetapkan bahwa GBPP Matematika SD Kurikulum Berbasis Kompetensi ( GBPP KBK Matematika SD) antara lain seperti tersebut di bawah ini :
Kelas : II
Semester : 2
Kompetensi Dasar : Mengenal bangun datar menurut sifatnya.
Hasil Belajar : Mengenal dan menyelidiki unsur-unsur bangun datar.
Indikator Pencapaian Hasil Belajar : 1). Siswa dapat menentukan unsur-unsur ( sisi, titik su-
dut , dan ukurannya ) bangun datar,
2). Siswa dapat menggambar bangun datar Segi empat
(Persegi, Persegi panjang, Jajar genjang, Belah ketu-
pat, dan Trapesium) .
3). Siswa dapat menyelidiki dan menentukan sifat –sifat
Bangun datar Segi empat.
GBPP merupakan pedoman yang harus digunakan dalam merencanakan pembelajaran di ruang kelas. Dengan berpedoman pada GBPP KBK Matematika SD tersebut di atas, maka kompetensi dasar ( konsep prasarat ), yang harus dimiliki siswa adalah mengenal bangun datar menurut sifatnya.
Melalui KBM siswa kelas II SD semester 2, oleh guru ditanamkan konsep bangun datar segi empat (Persegi, Persegi panjang, Jajar genjang, dan Belah ketupat ). Hasil belajar siswa yang diharapkan oleh guru adalah :
1. Siswa dapat menentukan unsur-unsur ( sisi, titik sudut , dan ukurannya ) bangun datar.
KBM dimualai dengan menanamkan konsep bangun datar Persegipanjang, Hasil belajar yang diperoleh adalah bahwa bangun datar Persegipanjang adalah bahwa unsuru-unsur Per-segipanjang terdiri dari :
a). Empat sisi,
2). Empat titik sudut,
3). Dua pasang sisi sejajar.
Kemudian dilanjutkan dengan penanaman konsep bangun datar Persegi, Jajarangenjang dan Belahketupat dan berakhir dengan bangun datar Trapesium. Jika pengetahuan yang baru masuk langsung menyatu dengan struktur kognitif yang telah ada, disebut Asimilasi.
Namun jika pengetahuan yang baru tidak sama atau berbeda dengan dengan pengetahuan yang telah ada dalam strutur kognitif, maka akan terjadi konflik ( disequlibrium) , maka timbulah usaha penstrukturan kembali dalam pusat syaraf ( otak) siswa, disebut akomodasi. Seperti tersebut di bawah ini .
Apakah bangun datar Persegipanjang disebut Jajargenjang?
Apakah bangun datar Persegi disebut Belahketupat?
Apakah bangun datar Belahketupat disebut Jajargenjang ?
Apakah bangun datar Persegipanjang dan bangun datar Persegi disebut Trapesium siku-siku?
Apakah bangun datar Belahketupat disebut Trapesium samakaki?
Adapun konflik internal dalam struktur kognitif tersebut sebagai akibat perbedaan pendapat tentang pendefinisian tentang bangun datar (1.Persegipanjang, 2.Persegi, 3.Jajargenjang, dan 4.Belahketupatdan Trapesium).
Perhatikan Gambar di bawah ini.
1.Persegipanjang adalah Jajargenjang
2. Bangun Persegi adalah Belahketupat.
3. Bangun Persegi adalah Jajargenjang.
= Hubungan sama.
Perhatikan Gambar di bawah ini.
1. Persegipanjang adalah Trapesium siku-siku.
2. Bangun Persegi adalah Trapesium Samakaki.
3. Trapesium adalah bangun datar segi empat
yang memiliki sepasang sisi sejajar.
Dari penjelasan di atas, jika dalam KBM menanamkan konsep bangun datar Trapesium langsung menyatu pada struktur kognitif maka disebut Asimilasi. Sedangkan jika dalam KBM penanaman konsep bangun datar Trapesium sehingga pengetahuan baru yang masuk tidak sama berbeda dengan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya, maka disebut Akomodasi.
Francis L.K Hsu ( Koentjaraningrat, 1974: 116), mengatakan bahwa setiap manusia sebagiai makhluk social budaya memiliki 8 daerah yang berwujud lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadinya yang disebut Psikhosiogram manusia, yaitu :
0. Dunia Luar.
1. Lingkungan hubungan jauh
2. Lingkungan hubungan berguna
3. Lingkungan hubungan karib
4. Kesadaran yang dinyatakan
5. Kesadaran yang tak dinyatakan
6. Sub Sadar
7. Tak Sadar.
Daerah lingkungan kesadaran yang dinyatakan ( Lingkungan konsentris 4 ), merupakan pusat syaraf ( otak ) manusia yaitu alam jiwa manusia yang mengandung :
a.Pikiran / Ingatan
b. Gagasan
c. Skemata ( Struktur kognitif), pengetahuan
KBM yang dilaksanakan di ruang kelas, akan masuk kedalam lingkaran konsentris 4, melalui asimilasi dan akomodasi. Belajar adalah pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa secara aktif dan siswa sendiri yang mengkonstyruk( membentuk, mengembangkan) pengetahuan itu melalui asimilasi dan akomodasi.
Agar terjadi proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan di dalam lingkaran konsentris 4, maka dalam menyalurkan aspirasi kepada siswa, guru perlu menggunakan metode dan pendekatan yang mampu menyatukan pengetahuan ke dalam struktur kognitif yang terdapat pada lingkaran konsentris 4 tersebut.
Pembelajaran hendaknya dikondisikan agar tiap-tiap siswa merasa sanggup, aman, dan dapat menempatkan dirinya berdasrkan pada konsep diri ( mental) yang terdapat pada struktur kognitif yang ada. Tidak ada siswa yang kesulitan memahami materi pelajaran yang dipelajari, tapi semua siswa harus mampu memahami konsep yang dipelajari, baik siswa yang pandai sedang, maupun yang lemah kemampuan berpikirnya, karena semuanya mendapatkan perhatian atau pelayanan yang baik.
Lingkaran konsentris 5, merupakan lingkaran kesadaran yang tak dinyatakan, merupakan alam jiwa manusia yang mengandung pikiran, jaringan konsep ( Skemata), yang disadari penuh oleh si individu, tetapi sudah tersimpan di dalam jiwa ( otak) di daerah lingkaran 5 tersebut.
Sub Sadar merupakan daerah lingkaran konsentris 6, dan Tak Sadar merupakan lingkaran konsentris 7terdapat dalam (otak) manusia.
Jadi lingkaran konsentris 4, 5, 6, dan 7 terletak di pusat syaraf ( otak) manusia adalah merupakan konsep psikhologis atau konsep diri setiap individu.
Berdasar pada uraian tentang aktivitas internal di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran di ruang kelas melalui KBM tidak akan muncul, jika tidak didukung oleh guru yang tidak menyusun rancangan rencana pembelajaran ( Satuan Pelajaran).
2. Hakekat Strategi Pembelajaran Konstruktivis Eksternal dalam Pembelajaran Matema-
tika SD?
Jika seseorang mendengar bunyi dering telpon, maka bunyi dering itu bagi orang yang mendengarnya dapat berarti bunyi suara telpon, tetapi dapat berarti pesan dari siapa. De-ngan perkataan lain bunyi dering telpon berdampak psikologis bagi orang yang mendengar-nya. Komponen psikologis antara lain pengamatan, minat, motivasi, ingatan dll. Jika orang ntersebut kemudian berminat mengangkat telpon dan kemudian mengatakan dari siapa ? Ini berarti terjadi komunikasi atau interaksi antara penelpon dan penerima telpon.Interaksi tersebut adalah satu arah secara timbal balik.
Perlu anda ketahui bahwa interaksiitu dapat dibedakan menjadi interaksi satu arah, interaksi dua arah, dan interaksi tiga arah dan interaksi banyak arah. Dalam kegiatan belajar mengajar ( KBM ), juga terjadi interaksi antara guru dengan siswa secara timbal balaik, antar siswa,dan antara seorang siswa-guru-siswa lain, dll.
Dalam KBM, juga terjadi peristiwa belajar, peristiwa belajar itu tidak hanya berpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan, tetapi dapat juga siswa berperan sebagai dapat sebagai sumber belajar. Herman Hudoyo (1988: 22), mengatakankan bahwa aktivitas internalyang terjadi dalam system syaraf pusat peserta didik disbut proses belajar (konstruktivis internal). Sedangkan peristiwa yang mengakibatkan terjadinya belajar, ditinjau dari sudut pandang siswa disebut konstruktivis eksterna.
Terdapat tiga interpretasi kontruktivis dalam pembelajaran ( Suparno, 1998: 43 ), yaitu :
a.Konstrutivis radikal, b. Konstruktivis moderat, c. Konstruktivis Sosial.
Konstruktivis radikal, menyatakan bahwa satu-satunya cara agar siswa belajar adalah dengan menempatkan siswa pada lingkungan belajar yang sesuai, sehingga mereka mengkonstruk pengetahuan sendiri. Konstruktivis moderat, menyatakan bahwa pendidikan formal masih dapat dilakukan, tetapi siswa sendiri yang harus mengkonstruk secara aktif. Kostruktivis sosial menyatakan bahwa pengkonstruksian pengetahuan hanya akan berjalan lancer dalam lingkungan yang menyediakan kerjasama antar siswa, kelompok, ahli, dan gurunya.
Berdasar pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah pengkons-truksian pengetahuan oleh siswa secara aktif dan siswa sendiri yang mengkonstruk ( membentuk dan mengembangkan ) pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomoda-si.Konstruktivis sosial adalah pengkonstruktian pengetahuan dengan lingkungan. Ini berarti bahwa konstruktivis sosial adalah istilah lain dari belajar dengan lingkungan sekitar.
Sedangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme sosiologis dari Vigotsky, menyatakan bahwa fungsi mental yang tinggi bergerak antara sesorang dengan orang lain ( between people ) dan di dalam individu ( within individual ). Sedang internalisasasi dipandang sebagai proses transformasi dari aktivitas eksternal ke aktivitas internal (Vigotsky, L.S, 1978).
Dengan demikian pandangan konstruktivisme sosiologis Vigotsky bahwa fungsi mental yang tinggi bergerak antara seseorang dengan orang lain (between people ) dan di dalam individu (within individual ), dikandung maksud bahwa proses pembelajaran hendaknya mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakatnya ( budaya eksternal ), yang menempatkan siswa sebagai individu yang mempunyai potensi ( mina,t bakat, cara merespons pembel-ajaran, efisiensi alat dria , kecerdasan, keterampilan, sikap) yang unik, yang berbeda dalam satu sama lain.
Nilai-nilai budaya masyarakat yang dimaksud dalam penulisan artikel ini adalah nilai kognitif, afektif dan psikomotordalam pembelajaran Matematia. Nilai-nilai budaya matematika untuk pembelajaran rersumber dari GBPP Matematika SD (Depdiknas, 2002 : 19) , kurikulum berbasis kompetensi ( KBK) sebagai contoh seperti tersebut di bawah ini.
Kelas : II
Semester : 2
Kompetensi Dasar : Mengenal bangun datar menurut sifatnya
Hasil Belajar : Mengenal dan menyelidiki unsur-unsur bangun datar
Berdasar pada kompetensi dasar tersebut, maka hasil belajar yang diharapkan tercapai melalui KBM untuk siswa SD kelas II semester 2 adalah tertanam nilai kognitif, afektif, dan psikomotor tentang bangun datar segi empat. Bangun datar segi empat menurut bentuknya meliputi : 1. Persegipanjang, 2. Persegi, 3. Jajargenjang, dan4. Belahketupat.Bangun bangun –bangun datar tersebut menurut sifatnya mempunyai nilai kognitif unsur yang sama yaitu :
a.Memiliki 4 sisi,
b. Memiliki 4 titik sudut,
c. Memiliki 2 pasang sisi sejajar
Nilai kognitif tersebut dimiliki oleh siswa melalui KBM di ruang kelas atau karena belajar dengan lingkungan sekitar.
Telah dikemukakan di atas bahwa melalui KBM akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antar siswa, antara seorang siswa –guru- siswa lain dan seterusnya. Lebih lanjut melalui KBM terjadilah pengkontruksian pengetahuan tentang nilai-nilai kognitif oleh siswa ( masyarakatsekolah ). Dampak lainnya adalah perbahan nilai afektif( sikap) dan nilai psikomotor (keterampilan). Nilai afektifnya adalah perubahan sikap dari belum memahami menjadi memahami sifat-sifat yang melekat pada bangun datar (1.Persegipanjang, 2.Persegi, 3.Jajargenjang, dan 4.Belahketupat).Perubahan nilai psikomotornya adalah dari belum dapat mengidentifikasi menjadi dapat mengidentifikasi bangun datar (1.Persegipanjang, 2.Persegi, 3.Jajargenjang, dan 4.Belahketupat), seperti tercermin dalam menunjukan atau dapat membedakan keempat bangun datar tersebut, atau terampil menggambar keempat bangun datar tersebut.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui KBM , kompetensi dasar diharapkan tercapai adalah bahwa siswa mengenal tiga sifat/unsur bangun datarPersegipanjang , yaitu( mempunyai 4 titik sudut, mempunyai 4 sisi, mempunyai 2 pasang sisi sejajar) , Tiga unsur tersebut juga dimiliki oleh h bangun datar (.Persegi, Jajargenjang, dan Belahketupat ).
Demikian pula terjadilah proses asimilasi, jikaproses masuknya pengetahuan Persegilangsung menyatu dengan struktur kognitif siswa.Namun jika terjadi konflik dalam strutur kognitif siswa. Tetapi jika pengetahuan Persegiyang akan dimasukan dalam struktur kognitif berbeda dengan pengetahuan yang ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi disequlibrium( konflik ), perlu penstrukturan lagi dalam skemata disebut akomodasi.
Demikian pula terjadilah proses asimilasi, jika proses masuknya pengetahuan Jajar- genjang langsung menyatu dengan struktur kognitif siswa .Namun jika terjadi konflik dalam strutur kognitif siswa. Tetapi jika pengetahuan Persegi yang akan dimasukan dalam struktur kognitif berbeda dengan pengetahuan yang ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi disequlibrium( konflik ), perlu penstrukturan lagi dalam skemata disebut akomodasi.
Demikian pula terjadilah proses asimilasi, jika proses masuknya pengetahuan Belah-ketupat langsung menyatu dengan struktur kognitif siswa .Namun jika terjadi konflik dalam strutur kognitif siswa. Tetapi jika pengetahuan Persegi yang akan dimasukan dalam struktur kognitif berbeda dengan pengetahuan yang ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi disequlibrium( konflik ), perlu penstrukturan lagi dalam skemata disebut akomodasi.
Demikian pula terjadilah proses asimilasi, jika proses masuknya pengetahuan Trapesium langsung menyatu dengan struktur kognitif siswa .Namun jika terjadi konflik dalam strutur kognitif siswa. Tetapi jika pengetahuan Persegi yang akan dimasukan dalam struktur kognitif berbeda dengan pengetahuan yang ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi disequlibrium( konflik ), perlu penstrukturan lagi dalam skemata disebut akomodasi.
Francis L.K. Hsu( Koentjaraningrat, 1974: 116), mengatakan bahwa konstruktivis social ( peristiwa belajar), dibagi menjadi 4 lingkungan seperti tersebut di bawah ini :
0. Dunia luar
1. Lingkungan hubungan jauh
2. Lingkungan hubungan berguna
3. Lingkungan Hubungan karib
Daerah lingkungan kesadaran yang dinyatakan ( Lingkungan konsentris 0, 1, 2, 3 merupakan pendidikan yang di lingkunan masyarakat , Akomodasi adalah suatu bentuk pengambilan keputusan moral yang mengarah pada suatu keadaan keseimbangan equilibrium ) dan menunjuk pada suatu proses social untuk meredakan pertikaian ( disequlibrium ) antar orang perorang atau antar kelompok manusia sehubungan dengannorma-norma social dan niali-nilai social yang berlaku di masyarakat. Misal Kolaborasi antar para ahli khususnya ahli pendidikan, kepala sekolah, dan guru akan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, sebaai proses akomodas . Konstruktivis social akan berjalan lancar dalam lingkungan yang
Asimilasi sebagai aktivitas eksternal diartikan sebagai proses social yang ditandai oleh adanya usaha untuk mengurangi perbedaan pendapat atau konflik antara orang perorang atau antar kelompok manusia atau masyarakat. Misal : Pembentukan Perkumpulan orang tua Siswa dengan tujuan memupuk tanggung jawab bersama antara orang tua siswa dengan sekolah.
Berdasar pada uraian tentang aktivitas eksterrnal di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran tiadak akan efektif , jika tidak ada dukungan secara aktif oleh masyarakat, seperti : “ Kolaborasi antar para ahli pendidikan, kepala sekolah dan guru sebagai fasilitator pembelajaran.
Kesimpulan :
Pendidikan matematika di SD di lihat dari sudut pandang teori belajarKonstruktiviisme sosiologis dari Vygotsky meliputi :.
1. Konstruktivisme Internal yaitu masuknya pengetahuan Matematika ke dalam struktur
kognitif( Otak )setiap siswa SD melalui proses Asimilasi dan Akomodasi. Asimilasi terjadi
jika pengetahuan langsung masuk ke dalam struktur kognitif . Sedang akomodasi jika terjadi
konflik dalam strutur kognitif, karena konsep pengetahuan yang berbeda dengan yang ada.
2. Konstrutivisme eksternal yaitu pelaksanaan pendidikan di lingkungan masyarakat sekolah, , masyarakat sekitar, dan pemerintah
Daftar Pustaka
Dalgarno B,1996, Constructivist Computer Assited Learning : Theory and Technique. ( Online)
Http:wwwAscilite.org.au/converences/delide9/papers21.html.diakses 26 Oktober 2001.
Hudoyo, 1988.Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : P2 LPTK, Dirjen Dikti, Depdikbud.
Koentjarangrat, 1974.Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan.Jakarta : PT Gramedia.
Soelaeman, 1988.Suatu Telaah Tentang Manusia – Religi dan Pendidikan. Jakarta : P2 LPTK, Dirjen
Dikti, Depdikbud.
Suparno P, 1997. Filsafat Kontruktivis dalam Pendidikan.Yogyakarta : Kanisius.
Taylor, 1993. Vigotskian Influences I Mathematics Education. With Particular Reference to Attitude
Developmen. Dimuat dalam focus on Learning Problem In Mathematics Spring and Summer
Edition. Volume 15 Number 2 & 3 1993.Center for Teaching/ Learning of Mathematics.
Demikianlah Artikel
Sekianlah artikel
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel
dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2013/12/suatu-tinjauan-strategi-konstruktivis.html