Advertisement
MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI
MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASIlink :
MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI
Baca juga
MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI
PSYCHOLINGUISTIC
ARTIKULASI
- Pada tahap ini, proses artikulasi sama dengan apa yang terjadi ketika semua bit informasi dipilih oleh program pemroses kata dari sebuah komputer ke mesin printer. Seperti halnya yang terjadi pada poduksi suatu ucapan, suatu kata bisa didengar dan dikomunikasikan jika impuls elektrik dari otak kita ditransformasikan ke dalam artikulasi yang audible dan komprehensif. Tanpa instrumen artikulasi, musik dari suara kita tidak akan mungkin bisa didengar dan diapresiasikan.
- Pada tahun 1960-an, para ahli bahasa tidak menganggap bahwa dada, tenggorokan, dan mulut hanya didesain untuk fungsi-fungsi biologi. mereka juga berfungsi sebagai organ wicara. Sebenarnya, fungsi dasar dari paru-paru kita adalah untuk mengubah oksigen menjadi karbondiksida, tidak untuk memproduksi suatu ujaran. Tapi organ-organ kita telah berevolusi untuk memproduksi suatu wicara.
- 30-an tahun yang lalu, Eric Lenneberg, ahli psikolinguistik, menunjukkan bahwa organ-organ yang ada pada tubuh kita selain berfungsi secara biologis, beberapa dari mereka mempunyai fungsi tambahan terkait artikulasi wicara.
- Contoh yang paling dramatis dari organ kita yang telah beradaptasi untuk artikulasi adalah Laring,dimana pita suara kita berada. Laring membantu kita dalam proses pernapasan, tetapi juga sangat berperan dalam produksi wicara.
- laring manusia sangat berbeda dengan laring hewan,bahkan mamalia sekalipun.
Perbedaan yang paling nampak terletak pada posisinya. Laring kita terletak agak lebi rendah daripada yang dimiliki oleh hewan terutama mamalia. Manfaat yang kita dapatkan dari posisi ini adalah memungkinkan kita untuk memproduksi suatu wicaraManfaat yang lain, posisi ini membebaskan lidah bagian belakang kita, jadi ia bisa bergerak cepat dan memproduksi lebih banyak suara wicara. - Proses artikulasi ini dapat di analogikan seperti pada saat kita membuat kue. Ada yang menyiapkan bahan, ada yang bertugas memanggangnya, ada yang bertugas memotong kacang,dll. Pada produksi wicara, prosesnya bisa diartikan sama, tetapi paru-paru, laring, dan bibir mungkin bekerja pada saat yang bersamaan.
- Para ahli psikolinguistik telah mengembangkan sejumlah model yang lebih lengkap untuk mencoba menghitung kompleksitas artikulasi wicara, dan mereka telah mencoba mencari bukti untuk memecahkan masalah yang cukup sulit ini. Tetapi banyak dari proses artikulasi yang masih menjadi misteri.
- Sebagai contoh, positron Emission Tomography (PET) telah meneliti bagaimana cara otak kita memprogram pergerakan syaraf, teapi masih mempunyai pemahaman yang sedikit tentang itu. Produksi wicara tidak hanya berakhir pada artikulasi saja, tetapi akan berlanjut pada self-monitoring yang akan bibahas oleh kelompok selanjutnya.
- Tahap Perkembangan Artikulasi
Tahap ini dilalui babyi antara sejak lahir sampai kira – kira berusia 14 bulan, dimana bayi sudah mampu menghasilkan bunyi – bunyi vokal “aaa”, “eee”, atau “uuu” dengan maksud untuk menyatakan perasaan tertentu.
- Perkembangan dalam menghasilkan bunyi ini, yang kita sebut perkembangan artikulasi, dilalui seorang bayi melalui rangkaian tahap sbb:
a) Bunyi resonansi
Penghasilan bunyi, yanmg terjadi dalam rongga mulut, tidak terlepas dari kegiatan dan perkembangan motorik bayi pada bagian rongga mulut itu. Kegiatan atau aktivitas rutin yang menyangkut rongga mulut itu telah dilakuakan oleh bayi sampai usia 6 bulan, yaitu sewaktu bayi menyusu pada ibunya. Dalam aktivitas menyusu ini, ada gerak reflek yang berada diluar kendali si bayi. Gerak reflek disini berupa aktivitas “ kenyutan”yang ritmis. Pada waktu baru lahir, pengenyutan dilakukan dengan gerakan rahang keatas dan kebawah. Dalam beberapa minggu kemudian si bayi mulai mengembangkan gerakan kesamping.
Bunyi yang paling umum yang dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis karena merasa tidak ensak atau merasa lapar dan bunyi – bunyi sebagai batuk, bersin dan sendawa.
b) Bunyi berdekut
Mendekati usia 2 bulan, bayi telah mengembangkan kendali otot mulut untuk memulai dan menghentikan gerakan secara mentab. Pada tahap ini sujara tawa dan suara berdekut telah terdengar. Bunyi berdekut ini agak mirip dengan bunyi “ooo” pada burung merpati. Bunyi berdekut ini sebenarnya adalah bunyi “kuasi konsonan” yang berlangsung dalam satu hembusan nafas bersamaan dengan seperti bunyi hambat antara velar dan uvular. Bunyi yabg dihasilakan adalah bunyi konsonan belakan dan tengah dengan vocal belakang, tetapi tanpa resonansi penuh. Bunyi konsonannya mirip dengan bunyi “s ” dan bunyi hambat velar yang mirip dengan bunyi “k dan q”. bunyi berdekut yang keluar sering kali seperti meledak – ledak, yang acap kali disertai dengan bunyi tawa.
c) Bunyi berleter
Berleter adalah mengeluarkan bunyi yang terus menerus tanpa tujuan. Berleter ini biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara 4 – 6 bulan seperti sering mencoba – coba berbagai macam bunyi, dan dia semakin dapat mengembangkan bagian – bagian organ yang terlibat dalam mekanisme bunyi. Dengan meningkatnya penguasaan terhadap lidahnya, dia dapat mengembuskan dan menjulurkan lidahnya dengan kuat.
d) Bunyi berleter ulang
Tahap ini dilalui si anak sewaktu berusia antara 6 – 10 bulan. Menjelang usia 6 bulan si anak dapat memonyongkan bibirnya dan menariknya dalam tanpa menggerakkan rahang. 2 bulan berikutnya dia dapat mengatupkan giginya rapat – rapat selama mengunyah dan menelan makanan yang agak cair. Konsonan yang mula – mula dapat diucapkan adalah labial “p dan b”, bunyi letub alveolar “t dan d”, dan bunyi “j ”. yang paling umum terdengan adalah bunyi suku kata yang merupakan rangkaian konsonan dan vocal seperti “ba-ba-ba” atau “ma-ma-ma”.
e) Bunyi vokabel
Vokabel adalah bunyi yang hampir menyerupai kata, tetapi tidak mempunyai arti dan bukan merupakan tiruan dari orang dewasa. Bentuk vokabel ini sudah konsisten secara fonetis. Vokabel ini terdiri dari 4 macam,yaitu:
1) 1 vokal atau vocal yang diulang
2) Nasal yang silabis
3) Frikatif yang silabis
4) Rangkaian konsonan vocal dengan atau tanpa reduplikasi, dan konsonannya berupa nasal atau bunyi hambat.
Vokabel ini dapat dihasilkan oleh sang anak antara usia11- 14 bulan. Menjelang usia 11 bulan anak sudah dapat menaikkan ujung lidahnya dan mengendalikan gigitannya terhadap makanan yang lunak. Selagi mengunyah ini, dia dapat menarik bibir dan pipinya kedalam, dan dapat juga menutup bibirnya pada waktu menelan cairan.
Demikianlah Artikel MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI
Sekianlah artikel MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2013/07/makalah-bahasa-indonesia-tentang.html
MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG PSYCHOLINGUISTIC ARTIKULASI