IMAN KEPADA QADLA DAN QADAR A. Pengertian Qadla dan Qadar Qadla menurut bahasa memiliki beberapa pengertian, yaitu, hokum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan dan penciptaan. Menurut istilah aqidah, qadla adalah ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai dengan irodah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk. Qadar menurut bahasa adalah kepastian, peraturan, ukuran. Adapun pengertian qodar menurut aqidah adalah perwujudan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan bentuk tertentu sesuai dengan irodah-Nya. Untuk memperjelas pengertian qadla dan qadar berikut ini dikemukakan contoh. Saat ini Salman melanjutkan pelajarannya di MTs. Sebelum Salman lahir, bahkan sejak zaman azali, Allah telah menentukan, bahwa seorang anak bernama Salman akan melanjutkan pelajarannya di MTs. Ketetapan Allah sejak zaman azali itu disebut qadla. Kenyataannya bahwa saat ini Salman melanjutkan pelajarannya di MTs disbut qadar atau taqdir. B. Kewajiban beriman kepada Qadla dan Qadar Beriman kepada Qadla dan Qadar berarti kita meyakini adanya Qadla dan Qadar Allah yang berlaku bagi manusia, sebagai bukti dari kekuasaan Allah, agar manusia bertambah kuat aqidahnya dan kesadarannya untuk taat dan tunduk kepada Allah. Rela kepada ketentuan dan kehendak Allah adalah wajib hukumnya dan merupakan tanda adanya iman pada diri seseorang. Hal ini sebagaimana yang terdapat pada hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani sebagai berikut: قَالَ تَعَالَي: مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِ وَقَدَرِي وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَي بَلاَئِ فَلْيَتَمِسْ رَبًّاسِوَايَ “Siapa yang tidak ridlo dengan Qodla-Ku dan tidak sabar terhadap bencana yang Aku timpakan atasnya, maka baiklah ia mencari Tuhan selain daripada-Ku”. (HR. At-Thabrani) Allah zat yang maha Kuasa menentukan apa yang bakal terjadi terhadap manusia di dunia ini. Baik itu ketentuan yang baik maupun ketentuan yang buruk bagi manusia adalah semata-mata ketentuan Allah. Firman Allah dalam surat A-Hadid ayat 22: !$tB z>$|¹r& `ÏB 7pt6ÅÁB Îû ÇÚöF{$# wur þÎû öNä3Å¡àÿRr& wÎ) Îû 5=»tGÅ2 `ÏiB È@ö6s% br& !$ydr&uö9¯R 4 ¨bÎ) Ï9ºs n?tã «!$# ×Å¡o ÇËËÈ “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Sikap manusia yang benar kemauannya adalah yang sabar dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah. Keimanan itu akan diuji oleh Allah dengan cobaan-cobaan. Siapa yang benar kemauannya, dia akan menerima bahwa Allah memang menguji dirinya dengan cobaan-cobaan itu. C. Bukti akan adanya Qadla dan Qadar 1. Surat Al-Furqan ayat 2: t,n=yzur ¨@à2 &äóÓx« ¼çnu£s)sù #\Ïø)s? ÇËÈ “dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” 2. Surat Ar-Ra’du ayat 8: ( @à2ur >äóÓx« ¼çnyYÏã A#yø)ÏJÎ/ ÇÑÈ “dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” 3. Surat Ar-Ra’du ayat 39 (#qßsôJt ª!$# $tB âä!$t±o àMÎ6÷Vãur ( ÿ¼çnyYÏãur Pé& É=»tGÅ6ø9$# ÇÌÒÈ “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).” 4. Surat Al-Hijr ayat 21 bÎ)ur `ÏiB >äóÓx« wÎ) $tRyYÏã ¼çmãYͬ!#tyz $tBur ÿ¼ã&è!Íit\çR wÎ) 9ys)Î/ 5Qqè=÷è¨B ÇËÊÈ “Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” D. Peristiwa yang berhubungan dengan Qadla dan Qadar Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Qadla adlaah ketentuan dari Allah swt yang merupakan garis perencanaan yang akan diberlakukan terhadap manusia. Qadar adalah pelaksanaan dari rencana pelaksanaan dari rencana yang telah digariskan Allah swt. Yang sering disebut taqdir. Maka hubungan antara Qadla dan Qadar ibarat hubugnan antara rencana Allah dengan pelaksanaan rencana. Berkaitan dengan Qadla dan Qadar, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk Nuthfah, empat puluh hari menjadi segumpal darah, empat puluh hari menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus Malaikat untuk meniup ruh kedalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rizqinya, ajalnya, amal perbuatannya dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah Bin Mas’ud) Dari hadist diatas, dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tetapi tidak berarti manusia hanya bisa tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha atau berikhitar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Dalam hubungan antara Qadla dan Qadar serta ikhtiar ini, para Ulama berpendapat bahwa taqdir ini terbagi menjadi dua yaitu: taqdir mu’allaq dan taqdir mubram: 1. Taqdir Mu’allaq Yaitu taqdir yang erat hubungannya dengan usaha manusia. Contohnya keadaan manusia yang ingin menjadi kaya, dia harus bekerja keras. Firman Allah: 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. “ (QS. Ar-Ra’du: 11) Begitu pula tertuang dalam firman Allah: br&ur }§ø©9 Ç`»|¡SM~Ï9 wÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,” (QS. An-Najm: 39) 2. Taqdir Mubram Yaitu taqdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak bisa diusahakan. Contoh kematian, walaupun sudah berbagai dokter mengobatinya, tetapi kalau Allah menentukan dia harus mati, maka tidak ada yang dapat menolongnya. Firman Allah: 4 #sÎ) uä!%y` óOßgè=y_r& xsù tbrãÏø«tFó¡t Zptã$y ( wur tbqãBÏø)tFó¡o ÇÍÒÈ “ apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).” (QS. Yunus 49) E. Ciri-ciri perilaku orang yang beriman kepada Qadla dan Qadar Iman kepada Qadla dan Qadar hendaklah benar-benar ditanamkan dalam hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati, bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yagn menyenangkan, ataupun yang menyedihkan adalah atas kehendak Allah. Oleh sebab itu, taqdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala taqdir atas diri ktia sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita bersyukur, karena itu adalah nikmat. Karena taqdir yang ktia alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin bahwa dibalik musibah itu ada hikmah yang kita belum mengetahuinya. Sebagai orang yang beriman kepada Qadla dan Qadar, kita harus mempunyai perilaku sebagai berikut; 1. Bersyukur dan bersabar Apabila mendapat kebeuntungan maka kita bersyukur. Sebaliknya apabila terkena musibah maka kita akan bersabar, karena hal tersebut merupakan ujian baginya dan sudah merupakan kehendak dari Allah. $tBur Nä3Î/ `ÏiB 7pyJ÷èÏoR z`ÏJsù «!$# ( ¢OèO #sÎ) ãNä3¡¡tB Ø9$# Ïmøs9Î*sù tbrãt«øgrB ÇÎÌÈ “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl: 53) 2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa Orang yang tidak beriman kepada Qadla dan Qadar, apabila memperoleh suatu keberhasilan menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa, karena ia tidak menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya ketentuan Allah. ¢ÓÍ_t7»t (#qç7ydø$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqã ÏmÅzr&ur wur (#qÝ¡t«÷($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) w ߧt«÷($t `ÏB Çy÷r§ «!$# wÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf: 87) Sabda Rasulullah saw لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ اِنْسَانٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ مِّنْ كِبْرٍ (رواه مسلم) “Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat sebiji sawi dari sifat kesombongan”. (HR. Muslim) 3. Optimis dan giat bekerja Manusia tidak mengetahui taqdir apa yang akan menimpa dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu kita harus optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberuntungan itu. Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# (ÇÐÐÈ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi “ (QS. Al-Qashosh: 77) 4. Ketenangan Jiwa Orang yang beriman kepada Qadla dan Qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya. Sebab ia selalu merasa puas dengan apa yang telah ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. $pkçJr'¯»t ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# ÇËÐÈ ûÓÉëÅ_ö$# 4n<Î) Å7În/u ZpuÅÊ#u Zp¨ÅÊó£D ÇËÑÈ Í?ä{÷$$sù Îû Ï»t6Ïã ÇËÒÈ Í?ä{÷$#ur ÓÉL¨Zy_ ÇÌÉÈ “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30) 5. Memperkuat Tawakkal kepada Allah Dengan iman kepada Qadla dan Qadar manusia akan sadar bahwa dirinya harus senantiasa tawakkal atas segala yang telah ditentukan. @è% Hw à7Î=øBr& ÓŤøÿuZÏ9 #uÑ wur $·èøÿtR wÎ) $tB uä!$x© ª!$# “Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah” (QS. Yunus; 49) |