Advertisement
KONSEP KETUHANAN
KONSEP KETUHANAN - Hallo sahabat
Kumpulan Makalah Lengkap, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul KONSEP KETUHANAN, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel fenomenologi agama,
Artikel konsep ketuhanan,
Artikel MAKALAH, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
KONSEP KETUHANANlink :
KONSEP KETUHANAN
Baca juga
KONSEP KETUHANAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu agama, berbicara tentang konsep ketuhanan adalah paling mendasar dalam suatua agama. untuk itu sangatlah penting untuk dalam suatu agama untuk memberikan argument tentang konsep-konsep ketuhanannya agar dapat memberikan sebuah penjelasan logis dan menyakinkan para pemeluk agama tentang kebenaran dan keberadaan Tuhan itu sendiri.
Akan sangat disayangkan misalnya dalam sebuah agama tidak mampu memberikan sebuah konsep tentang Ketuhanannya, jika hal yang paling mendasar dalam suatu agama tidak ada konsepnya atau bahkan konsep itu rancau, lalu bagai mana bisa berbicara tentang kosmos dan mikro kosmos.
B. Rumusan Masalah
1. Sejauh mana perkembangan konsep ketuhanan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Ketuhanan
Kepercayaan pada “yang adikodrati”, dengan siapa manusia bisa berhubungan dalam pengalaman religiusnya, merupakan gambaran khas semua agama dan dianggap sebagai yang umum dan merata (ada dalam setiap agama). kendati demikian, kepercayaan pada Tuhan ada dalam banyak manefestasi yang berbeda dalam hampir semua agama. dimana satu Tuhan dipercayai dan disembah sebagai yang maha tinggi, secara implicit atau eksplisit hal itu mengesampingkan yang Maha Tinggi lainnya. Kita menyebutnya monoteisme. Kepercayaan kepada pluralitas dewa disebut politeisme. Henoteisme adalah kepercayaan pada dewa-dewa individual yang dipuja secara bergantian sebagai dewa Mahatinggi. Dewa yang pada suatu saat diperlakukan sebagai Tuhan yang tertinggi. Monolatri mengajarkan bahwa sementara orang dewa dipuja, dewa-dewa dati bangsa-bangsa atau kolompok-kelompok lain tetap diakui; sementara pluralitass dewa-dewa diter dewa-dewa diterima dalam kepercayaan, dalam praktiknya bentuk doa atau ibadat membawa orang religius pada satu dewa sebagai yang Mahatinggi.
1. Pertumbuhan Monoteisme Secara Historis
Secara historis dikatakan bahwa monoteisme eksplisit, yaitu kepercayaan semata-mata pada satu Tuhan, yang dengan terang-terangan mengecualikan dewa-dewa lain, merupakan pengakuan paling akhir, kareana dalam konteks politeisme, kepercayaan kepada satu Tuhan selalu dinyatakan.
Pemujaan pada matahari sebagai penguasa tunggal oleh raja Mesir. Ikhnaton, merupakan wujud monoteisme yang pertama secara historis, tegas dan eksplisit (pertengana abad ke-14 sebelum Masehi). Hal ini berdasarkan kenyataan sejarah yang hingga kini kita terima. Dalam agama Israel, monoteisme yang tegas dan eksplisit, dimaksud dan dipeluk hanya dalam konteks lingkungan politeisme. Yahwe mewahyukan dirinya secara langsung sebagai Tuhan yang tidak dapat dibandingkan. Dihadapan-Nya, dewa-dewa yang lain langsung tenggelam dan terlupakan.
Dalam hubungan ini, terutama dalam usaha untuk menjelaskan pertumbuhan monoteisme Israel, kita dapat pembedaan antara tipe afektif monoteisme dengan tipe rasional dan filosofis. “monoteisme efektif berarti bahwa dewa yang berdiri dipusat, kepada siapa sipemuja berdoa dan mempersembahakan kurban serta kepada siapa dia mengarahkan diri, pada kenyataannya juga dianggap sebgai satu-satu Tuhan.’ Tipe monoteisme yang demikian adalah sifat khas dalam zaman Musa dan zaman para bapa bangsa.
2. Konsep Tuhan Dalam Masyarakat Pratulisan
Pada umumnya bahwa sebagian besar orang afrika percaya kepada yang maha tinggi. Tetapi bagai mana kepercayaan ini dilaksanakan secara efektif, terutama dalam ibadat dan hidup harian orang-orang afrika, adalah soal lain. Suku-suku Hottentot diantara suku-suku pengembara percaya pada roh personal, Tsu’goab, yang ditampilkan sebagai Tuhan, setidak-tidaknya oleh beberapa penulis. Ia dipuja sebagai Tuhan dan pemberi hujan. Kurban-kurban dipersembahkan kepadanya. Suku-suku pygmy Mbuti percaya pada tore, Tuhan yang menciptakan manusia, dan api dianggap datang dari-Nya. Orang-orang bantu dan sudan memiliki sebutan banyak tentang Tuhan. Malungu adalah nama yang umum bagi Tuhan di afrika timur. Dia dianggap sebgai Tuhan yang mulia dan Roh yang tidak berwujud. Ia adalah pencipta dan penguasa, maha kuasa dan mahaada . suara-Nya terdengan dalam Guntur dan ia menyatakan kekuatannya dalam kilat. Ia adalah Tuhan dari moral, yang adil menganugrahkan ganjaran pada orang baik dan menghukum bagi orang jahat.
Sekarang kita dapat menganalisis berbagai struktur dalam hal konsep mengenai Tuhan di Afrika. (1) Tuhan merupakan misteri, yang tnggal melampaui segala syukur, yang tidak dapat dijelaskan. (2) Kekuatan Tuhan Nampak di alam, bukan hanya karena menciptakan dunia sejak awal mula, tetapi juga karena hadir dalam badai dan dalam semua musim ini. (3) Nama-nama dan gelar Tuhan yang bisa digunakan diafrika juga menunjukkan bahwa bahwa Ia adalah pembentuk tubuh manusia dan pemberi nafas hidup. (4) Tuhan adalah pemberi aturan moral dan hakim atas tindakan-tindakan manusia. (5) Tuhan sebagai bulan dan matahari: mengherankan bahwa hanya sedikit perhatian diberikan untuk matahari dan bulan dalam kepercayaan dan pemujaan Afrika.
3. Dualisme Dalam Kosnsep Ketuhanan
Kita harus ingat bahwa dalam sejarah agama kita menjumpai banyak dikotomi dan polarisasi antara satu agama dengan yang lain. Kita menjumpai mitos-mitios yang menerangkan dunia dan keadaan manusia lewat satu sistemperlawanan dan keteganagan tanpa mengakibatkan dualism etis, misalnyam siang dan malam, tinggi dan renda, kekacauan dan penciptaan, musim dingin dan musim panas, dan yang sejati yang tampak, sifat laki-laki dan sifat perempuan, kelahiran dan kematian: dikotomi tersebut mengungkapkan cirri-ciri kehidupan, sebagai mana tampak dalam pembaharuan yang berulang dari alam semesta dan manusia. Mitis-mitos juga bertujuan memberikan arti tentang seluruh realitas Dualisme semacam ini, yang saling memuat pertentangan satu sama lain, tampak dengan jelas konsep ketuhanan.
Hubungan antra Tuhan dengan setan dalam beberap jenis mitos kosmogonis sangat luas tersebar. Gambaran umum tipe mitos-mitos ini adalah sebagai berikut. Pada awal mula hanya ada air dimana Tuhan dan setan berjalan-jalan. Tuhan menyuruh setan menelam kedalam air untuk mebawakan sedikit lumpur yang ia maksudkan untuk menciptakan dunia. Ada banyak vareasi menyangkut penyelaman itu, serta hasil kerja sama dalam karya penciptaan. Detail-detail cerita ini tidak begitu penting bagi kita disini. Keragaman mitos asia tengah dan asia tenggara adalah penting karena mereka memperkuat fakta bahwa Tuhan tidak meungkin dapat menciptakan dunia tanpa kerja sama dengan setan.
4. Politeisme
Fenomena kepercayaan kepada berbagai dewa personal, yang masing-masing memegang kekuasaanatas bidang kehidupan yang berlainan, dapat diterangkan dari berbagai macam sudut pandang. Pertama, bagi kesadaran religius seluruh jalan hidup eksistensi manusia berada hubungan dengan Tuhan. Kehidupan sehari-hari memiliki arti religius dan segala sesuatu dipandang sebagai bagian dari keagungan Tuhan. Dari sini berkembang praktek kearah politiesme dan hinotiesme. Kedua, pemahaman relegius tentang alam, terutama diantara masyarakat kuno, telah mengantar kepada pemikiran bahwa fenomena alam merupakan manefestasi kekuatan Ilahi. Politiesme mungkin merupakan akibat dari pengalaman semacam itu dalam diri mereka. Ketiga, dalam agama-agama yang menganggap kehidupan kosmos sebagai wilayah pokok pewahyuan Ilahi, kehidupan kosmik adalah kehidupan surge dan bumi, kekuasaan air dan api, serta berbagai fenomena yang mempunyai berbagai peranan pasti dalam kehidupan manusia.
5. Panteisme
Kekuatan yang bagaikan udara memasuki segala sesuatu adalah satu. Kesadaran yang tajam cenderung mengedentikkan Tuhan dengan segala sesuatu, karena kehadirannya yang langsung dan aktif didunia ini mengenakan bentuk yang nyata. Disamping itu, dalam system-sistem pewahyuan besar, obyek pewahyuan bisa meluas meliputi segala realitas. Tidak setiap obyek dapat menjadi obyek pewahyuan, tetapi dapat menjadi yang demikian apabila yang ilahi tinggal padanya. Jadi, panteisme rupanya merupakan hasil kosep pewahyuan yang seperti itu, sebagai mana terjadi dalam beberapa misteri. Tambahan pula banyak kaum religius menganggap bahwa ada ‘kesadaran kosmik’ atau ‘ketidak sadaran’ kolektif diatas jiwa individu: yakni perinsip non rasional yang menjiawai alam semesta, seperti anima, prana, pneuma.
6. Monisme
manakalah kekuatan suci dan ilahi menjadi daya Universal, kekuatan tersebut biasanya tampak dalam dunia psikologi sebgai jiwa Universal dan adipribadi, ataupun dalam ruang lingkup kosmologis, sebgai kekuatan yang mengambil bentuk tokoh ilahi yang menggerakkan alam secara langsung, atau sebagai tata dunia yang menyatukan, kekuatan yang hidup yang beroprasididalam alam semesta, seperti tao, rta, asha, ma’at, dike, mana. Dalam Brahmanisme, edintifikasi antara dasar obyektif dari alam semesta dengan hakikat terdalam dari jati diri subyektif telah diajukan sebagai bentuk sempurna dari pengalaman religius agam Universal, yang berlaku untuk segala zaman dan semua kebudayaan, dimana agama-agama khusus hanya merupakan manefestasi dan kesadaran yang tidak sempurna.
Dalam sejarah agama, sering kita jumpai kenyataan bahwa dari latar belakang politiesme umum, bisa berkembang dua macam pemikiran religius yang maju. Keduanya digerakkan oleh hasrat untuk menemukan beberapa prinsip penyatu dibalik banyaknya fenomena kehidupan. Bertolak dari panteisme yang merupakan unsure tersembunyi dalam politiesme, monism mencari yang satu didalam yang banyak, atau juga memikirkan yang satu, yang samasekali tidak punya batas-batas defenisi, sampai menjadi tidak terkondisikan begitu saja.
Demikianlah Artikel KONSEP KETUHANAN
Sekianlah artikel KONSEP KETUHANAN kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel KONSEP KETUHANAN dengan alamat link http://kumpulanmakalahlengakap.blogspot.com/2012/01/konsep-ketuhanan.html
KONSEP KETUHANAN