, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PERBANDINGAN DALAM STUDI ISLAM ( Islam Dan Perbandingan Agama Lain ), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada era globalisasi masa kini, umat beragama dihadapkan kepada serangkaian tantangan baru yang tidak terlalu berbeda dengan apa yang pernah dialami sebelumnya. Pluralisme agama konflik intern atau antar agama Masa kini tidak sedikit pertanyaan kritis yang harus ditanggapi oleh umat beragama yang dapat diklasifikasikan rancau dan merisaukan. Sebagai konsekuensi tampilnya sekian banyak agama, disini akan dibahas perbandingan dalam studi Islam, yaitu tentang agama islam dan perbandingan agama lain.
1.2. Rumusan Masalah
a. Islam dan Perbandingan Agama Lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Studi Perbandingan Agama ( Comparative Religions )
Para sarjana barat ( orientalism sholar )telah menyadari akan kesalahan selama ini yang dilakukan oleh para pendahulunya, yakni meliat Islam dengan kaca mata yang stereotip dan skeptis. Para pendahulu mereka mengkaji Islam dangan perspektif barat yang bias dalam melihat objek. Kecenderungan kaum orientalis colonial lebih suka menjustfikasi objek ( masyarakat muslim ) dengan dasar pemahaman mereka terhadap teks agama yang dalam tataran apikasinya bias dan kurang menyentuh akar pemahaman masyarakat Islam itu sendiri. Hal ini dapat memunculkan bahaya berupa benturan budaya ( clash of civilization ), seperti yang diprediksikan oleh Samuel Huntington dalam uraian analisisnya.
Tepat pada lima pulu tahun yang lampau ( 1905 )-Joachim Wach bercerita- ada seorang guru besar Ilmu Pengetahuan Agama di Universitas Chicago, yakni Louis Henry Jordan yang berusaha meninjau kembali asal-usul dan perkembangan disiplin Ilmu Perbandingan Agama dalam karyanya yang berjudul Comparative Religion: Its Genesis and Growth. Uraian dalam buku ini juga meneliti bidang yang sama, tetapi dengan maksud dan tujuan yang sedikit berbeda. Penelitiannya bertolak dari sebuah uraian singat mengenai perkembangan disiplin Ilmu Perbandingan Agama tersebut ; kemudian diikuti dengan pembahasan mengenai metodologi yang selanjutnya membawa pada pnyajian teori penghayatan pengalaman beragama dan bentuk peng-ungkapannya. Lanjut Wach, tiga puluh tahun yang lalu ( 1924 ), Johan juga pernah memberikan uraian ringkas sehubugan dengan program penelitian ilmu agama (Religionswissenschaft) yang dilakukannya. Kemudian, masalah pemahaman beragama yang berbeda dari agamanya sendiri telah membawanya pada suatu penyelidikan teori interpretasi ( hermeneutic) abad kesembilan belas (1926-33). Dari penelitian tersebut, ia menyimpulkan suatu masalah penting, yaitu bagaimana wujud keagamaan yang bhineka itu dapat dipahami? Dalam mengerjakan sejarah agama, Jordan merasakan kebutuhan akan adanya teori pengalaman agama dan bentuk-bentuk pengungkapannya dalam pemikiran, peribadatan, dan kelompok social. Untuk maksud di atas, Jordan berusaha membahas dengan jelas pengungkapan pengamalan keagamaan yang bersifat sosiologis seperti yang termuat dalam Sociology of Religion (1944). Dalam Type of Religion Experience (1951), terdapat sebuah bab tentang hal-hal yang universal agama (Universals in Religion) yang menjelaskan dalam garis besar teori pengalaman keagamaan dan pengungkapannya dengan agak teoriis, praktis, dan sosiologis. Setelah tiga puluh tahun menggeluti masalah tersebut, Joachim Wach akhirnya dapat menyimpulkan betapa perlunya sebuah kerangka kerja yang adaptif. Kesempatan untuk merumuskan pandangan-pandangan metodologis dan teoritis sekali lagi diperolehnya bersamaan dengan adanya undangan untuk menyampaikan kuliah di Barrows, india (1952), dan juga undangan dari Komite Sejarah Agama Lembaga Masyarakat Ilmiah Amerika untuk memberikaan kuliah selama tahun akademik 1954-1955. Kuliah ini diberikaan pada pelbagai lembaga akademis di Amerika Serikat. Terima “sejarah-sejarah agama” (history of religions) juga digunakan dalam lingkup lebih luas dari perbandingan agama (comparative religions), termasuk juga fenomenologi agama (phenomenology of religion). Sampai sekarang, kajian “komparatif”fakta agama, berbeda dari kajian “sejarah” atas pengruh dan perkembangan, yang tampaknya akan menghasilkan buah karya terbaik bagi Kajian Islam dalam bidang bahasa –bahasa Semit. Menurut Jacques Waardenburg, para sarjana Bible seperti Julius Wellhausen (1844-1918) dan W. Robertson Smith (1846-1894), terkenal akan karyanya dalam kajian-kajian keritis kentang sejarah Perjanjian Lama. Mereka tidak saja sadar akan pertalian antara orang Yahudi dan Arab., tetapi mereka juga melihat berbagai praktik badui sekarang dengan harapan bahwa beberapa bukti dapat ditemukan untuk mengatasi problem-problem tertentu tentang agama Ismail kuno. A.J. Wensinck (1882-1939) membuat persaman dan sruktur elemen-elemen tertentu yang dimiliki oleh agama-agama Semit-Barat dan Islam, perkembangan yang sebanding dalam agama Isra’il dan awal agama Islam, berbagai hubungan sejarah dan kesusastraan antara awal Islam dan Umwelt Syria, serta sistem asketis dimana Kristen Timur dan Muslim awal secara spiritual berkembang dari abad keempat hingga kedelapan sebelum Masehi. Perbandingan antar fakta agama-agama dapat dibuat, tentu saja dalam acara yang berbeda dan juga dengan tujuan yang bebeda pula. Jika signifikasi fakta tertentu dalam satu agama tidak dikenal, tetapifakta yang sejalan dalam agama yang lain- termasuk areal kultural yang sama-diadakan, kemudian sebuah komparasi antara fakta-fakta tersebut menjelaskan signifikansi yang kurang diketahui, setidak-tidaknya perpikiran, pada sekala yang lebih luas, orang dapat membuat berbagai komparasi struktural antara agama, misalnya, untuk memahami karakter yang berbeda dari setiap agama, atau untuk mendemonstrasikan keberadaan betuk pokok yang berdasar dari agama.
Berbagai usaha juga telah dibuat untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk makna yang lebih luas meliputi fenomena individual yang diklasifkasikan oleh makna-makna komparasi dibawah bentuk-bentuk yang lebih luas. Berbagai komparasi jenis yang pertama lebih tepat dan dapat membuktikan pemeriksaan (croos check) dan komparasi-komparasi yang lain yang membawa pemahaman yang lain baik secara detail teks-teks agama Islam, ritual, dan bentuk-bentuk kesalahan yang mungkin masih kabur. Berbagai komparasi antara Islam dan Kristen dapat mengklasifikasi berbagai perbedaan yang beragaam dalam cara yang lebih baik dari pada meneruskan konfrontasi polemik doktrin-doktrin teknologi. Sebagai agama profetik, Islam dapat dianggap sebagai satu variasi dalam bentuk yang lebih luas dari agama-agama profetik yang mempunyai banyak ciri dengan agama-agama profetik lain yang mengembangkan kitab suci dan hukum.
Kaitannya dengan kajian perbandingan agama-agama termasuk didalam agama islam- Jacques Waardenburgmenjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan terma-terma yang terkait. Di antaranya adalah : · Kajian-kajian perbandingan figur- figur nabi (prophetic figure) termasuk Nabi Muhamad, dan munculnya agama-agama yang bertipe profetik termasuk Islam, seharusnya mencatat kondisi-kondisi dibawah keberadaan nabi-nabi Timur Tengah dan signifikansi mereka bagi masyarakatnya.
· Perkembangan dari kata “profetik” kedalam “kitab suci” (cononized scripture), dari tradisi lisan ke tulisan, dan proses yang menyertainya yaitu sakralisasi dalam Islam seharusnya dibandingkan dengan kemajuan-kemajuan serupa dari ajaran-ajaran profetik, untuk kemajuan profetik, untuk sebuah agama yang mengklaim universalitas dan yang mengonsolidasi agamanya sendiri dengan kitab suci dan hukum sebagai bentuk-bentuk institusi.
· Perhatian seharusnya diberikan terhadap kemunculan dan kemajuan lebih jauh dari pergerakan agama yang bepegang teguh pada norma-norma moral serta agama, mistik, gnostik, atau bentuk filsafat dalam Islam yang sejalan dangan pergerakan serupa dalam tradisi-tradisi agama lain. Kajian-kajian tertentu mungkin melibatkan konteks sosial dan politik. Berbagai pergerakan tersebut muncul dan cara-cara dari berbagai kemajuan mempertimbangkan tradisi-tradisi yang diwariskan dan melegitimasi pergerakan tersebut. Misalnya, tren-tren dalam agama monotheis yang melintasi tradisi yang ada untuk memelihara berbagai pembaruan dengan wahyu asli atau Firman Tuhan yang disusun dalam kitab suci, seperti Karaites, Kharijites, dan Lutheran pertama kali, Yahudi, Islam, dan Kristen secara respektif.
· Elemen-elemen spesifik dari struktur agama islam, sebagaimana fungsinya dalam masyarakat Muslim tentu, dapat diperbandingkan dengan elemen-elemen yang membuat sebuah fungsi sejalan dalam struktur agama lain dari pada elemen yang ada dalam islam, serta dalam macam-macam bentuk masyarakat. Sunnah dalam Islam, sebagai contoh, mugkin dapat dibandingkan dengan jenis-jenis lain tradisi normatif dalam agama-agama lain.
· Ada kebutuhan terhadap berbagai kajian komparasi tentang penanganan problem-problem tertentu dalam etnis, yurisprudensi, teologi Islam, Yahudi, dan Kristen dalam perkembangan sejarahnya. Hal ini mungkin membutuhkan perhatian yang lebih baik pada hal-hal tertentu, seperti cara-cara khusus dengan persoalan yang sudah di formulasikan dalam setiap agama atau belum terlihat secara keseluruhan, solusinya telah dipertimbangkan,dan luasnya solusi tertentu mempunyai tendensi atau arah universal.
· Dalam catatan sejarah, para pemikir dan ragam kelompok berbeda telah memberi berbagai macam interpretasi Islam, sebagaimana perkembangan sejarah masyarakat muslim yang telah membawa berbagai perubahan interprestasi dan praktik tertentu dihubungkan satu dengan yang lain. Hasil proses interprestasi diri tentang Islam sampai sekarang menjadikan islam sendiri untuk diperbandingkan dengan proses-proses interprestasi diri mengenai agama-agama dan ideologi lain, terutama ketika orang yang memiliki agama berbeda dan pengalaman berbagai ideologi yang mirip dalam perkembangan dan kejadian serta ketika mereka merespons hal-hal tersebut dalam terma agama atau ideologi khusus mereka. Ketertarikan khusus di sini merupakan proses penemuaan kembali dan penolakan, serta sakralisasi dan desakralasi berbagai elemen khusus dari berbagai tradisi yang terkait.
· Untuk lebih spesifik, timbulnya pergerakan atau reaksi pada tradisi dan praktik agama Islam abad kesembilan belas dan kedua puluh dapat dibandingkan dengan berbagai pergerakan yang mirip dalam berbagai tradisi agama lain pada periode yang sama. Berbagai perbandingan tentu membawa pada pemahaman yang lebih baik bagi berbagai jenis respons positif dan negative yang berbeda dalam proses “modernisasi” sebagaimana pergerakan tersebut timbul dalam berbagai komunikasi agama, melintasi batas-batas agama. Pergerakan-pergerakan tersebut mungkin juga memperlihatkan berbagai jenis proses sekulerisasi yang berbeda,aau kejadian atas perkembangan baru tradisi-tradisi agama yang lebih tua, atau bahkan timbulnya agama-agama “baru” di luar agama-agama. Jika seseorang dapat melakukan berbagai kajian komparatif timbul dan runtuhnya elemen-elemen tertentu dalam tradisi-tradisi agama yang berbeda melebihi periode tertentu, masuk pada catatan konteks sejarah dan sosial, mungkin ia dapat menemukan, mengapan data tertentu dalam Islam dan tradisi-tradisi agama lain mengalami penguatan atau kelemahan makna agama-agama mereka. Berbagai tendensi sakralisasi dengan berbagai tradisi agama dan budaya yang berbeda pada saat sekarang, misalnya dengan mepertimbangkan statedan kepentingan Negara, perhatikan yang sepenuhnya pantas dan seharusnya dikomparasikan satu dengan yang lain. Perbandingan agama (comparative religions) sebagai sebuah cabang ilmu masih berusia muda. Pertama kali diperhatikan oleh Max Muller (1823-1900) menjelang penghujung abad ke-19. Sebelumnya, memang sudah ada dan sudah berlangsung penelitian yang dilakukan oleh para sarjana Orientalis teradap satu per satu agama, tetapi masih bersifat terpisah-piasah, dan umumnya bersifat subjektif, karena setiap agama agama itu disoroti dari aspek keyakinan keagamaan yang dianut pleh pihak sarjana-sarjana Orientalis itu sendiri. Cara ini lebih menonjolkan segi-segi negatif belaka, bahkan sengaja dibuat negatif berdasarkan penafsiran-penafsiran subjektif dari pihak sarjana-sarjana Orientalis itu sendiri. Cara ini lebih menonjolkan segi-segi negatif berdasarkan penafsiran-penafsiran subjektif dari pahak sarjana-sarjana Orientalis.
Namun demikian, Max Muller mulai mengubah landasan penelitian yang sudah banyak berkembang tersebut. Ia berbicara tentang suatu agama itu menurut apa adanya sepanjang kenyataan yang ada didalam kitab suci tiap-tiap agama. Oleh sebab itu, Max Muller dipandang sebagai pembangunan sebuah cabang ilmu baru yang disebut dengan perbandingan agama (comparative religions).Langkah penelitian mengkuti kinerja-kerja Muller, bagi generasi berikutnya, adalah apa yang dilakukan oleh Sigmund Freud (1856-1939), dan Carl Jung (1875-1961). Pandangan Freud didasarkan pada asumsi bahwa setiap tindak-laku manusiawi itu atas libido, yakni hasrat berkelamin, karena ia berpendapat bahwa “religion is the expression of neuroses, based on the guilt intherent in repression of infantile sexual fantasies”, yakni “agama itu adalah penjelmaan gangguan syaraf berdasarkan dosa diri yang membenam disebabkan represi terhadap khayal seksual dimasa kanak-kanak.”Freud mendasarkan diri pada pendapat agama bahwa kehidupan agama yang paling utama adalah menjadi biarawan dan biarawati tanpa kawin. Sementara itu, Carl Jung berpendapat bahwa sebab bagi setiap tindak-laku manusiawi itu terlatak pada kodrat-kodrat kejiwaan dibawah sadar. Lebih lanjut, ia mengatakan : “religion represent the method mankind has developed to live with those fears and frunstations which have been built into our subconscious”, yakni, “agama itu penjelmaan tata cara yang dikembangkan manusia untuk tata hidup disebabkan ketakutan-ketakutan dan kekecewaan-kekecewaan yang membenam ke dalam bawah sadar”. 2.2.Islam dan Perbandingan Agama Lain
Perkembangan pendidikan dan kemajuan ilmu pengetahuan, kesemuanya itu merubah pandangan dan pikiran orang Islam diseluruh dunia dan sekaligus merupakan rennaisance orang Islam dalam lapangan ilmu pengetahuan, penertiban, kehidupan agama dan sebagainya. Dengan perkembangan tersebut para sarjana Islam memperbaharui polemik mereka terutama terhadap aktivitas missi Kristen. Pada umumnya polemik-polemik yang diadakan oleh kaum Muslim merupakan reaksi terhadap literatur-literatur yang diterbitkan oleh orang-orang Kristen. Sejarah hubungan antara Islam dan kristen telah melalui masa yang panjang dan diliputi oleh suasana setempat. Isi polemik antara Islam dan kristen pada umumnya meliputi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
a. Kristologi (Islam tidak menyinggung pribadi Yesus sebagai kristus)
b. Kenabian Muhammad SAW terutama mu’jizatnya
c. Kedudukan Bybel sebagai wahyu
d. Ajaran Paulus yang dogmatis
e. Masalah Moral
Dalam kenyataannya materi politik antara abad pertengahan dan abad dua puluh meliputi hal yang sama, namun sudah tentu terdapat pemikiran baru yang terdapat dalam penerbitan mutakhir. Karena adanya pemikiran baru, maka sekalipun pokok pembicaraan sama. Namun ada perobahan dalam interpretasi. Dalam beberapa hal terdapat perhatian umat Islam terhadap penemuan baru. Adanya penemuan baru tersebut dipergunakan oleh umat Islam untuk membahas kitab suci Kristen.
Dalam hal toleransi, Nabi Muhammad pernah memberi suri tauladan yang sangat inspiring dihadapan para pengikutnya. Sejarah mencatat bahwa nabi pernah dikucilkan dan bahkan diusir dari tanah Makkah. Beliau terpaksa hijrah ke Madinah untuk beberapa lama dan kemudian kembali ke Makkah. Peristiwa ini disebut dengan fatkhul Makkah. Dalam peristiwa yang penuh kemenangan ini, Nabi tidak mengambil langkah balas dendam kepada orang-orang yang telah mengusirnya. Dengan titik tolak pandangan tersebut umat Islam pada tempatnya bersikap menghargai agama orang lain. Menghargai agama orang lain tidak identik dengan pengakuan akan pengakuan kebaikan dan kebenaran agama tersebut.
2.3. Perbedaan islam degan agama-agama lain
Melalui lantaran Rosululloh SAW kita dikabarkan tentang konsep ketuhanan yang Hak. Konsep ketuhanan yang meniadakan sekutu bagi tuhan, atau dalam kata lain konsep tuhan Esa, tanpa menyandarkan Tuhan dengan benda atau suatu apapun.
Berbeda dengan sistem ketuhanan Agama yang lain. Sebagaimana yang bisa kita lihat pada Agama Hindu dan Budha yang menyandarkan tuhan pada Arca dan Patung-patung.perbedaan juga terdapat pada konsep ketuhanan mereka, sebab dalam Agama Hindu ternyata Dikenal dengan istilah Trinitas, yang tertdiri dari Brahma sebagai Dewa pembantu, Wisnu sebagai Dewa pemelihara dan Siwa sebagai dewa perusak.
Yang menjadi pertanyaan adalah, ketika peraturan mereka akan memutuskan satu masalah. Berarti mereka harus mengadakan rapat terlebih dahulu. Kalau dalam sidang ada Tuhan yang tidak setuju, bagaimana?.melihat tugas tuhan-tuhan tersebut,apa mungkin mereka tidak berbeda pendapat. Atau dengan kata lain apakah para Tuhan tidak bertengkar? Diantara Tuhan itu,yang mana yang paling awal? dan saya rasa mungkin masih banyak pertanyaan yang tidak ada habisnya tentang konsep ketuhanan mereka, yang seperti sangat dipaksakan.
Atau bisa dilihat pada Agama kristen, Dalam Aqidah kristen sistem ketuhanan dikenal dengan istilah Trinitas, perbedaan yang mendasar adalah kristen mengajarkan bahwa disurga tuhan Bapak, mengakui adanya Tuhan anak dan Ruh kudus yang diberikan Malaikat Jibril kepada Maryam. Sistem ini dinamakan Trinitas yang mengakui bahwa Tuhan ada tiga. Tuhan Bapak,Tuhan Anak, Tuhan Ibu (Ruhul kudus).
Dengan adanya Tuhan Anak, mereka beranggapan bahwa dosa-dosa yang dilakukan oleh Adam dapat ditebus dengan penyalipan Nabi Isa. Hal itu berangkat dari kasus yang dilakukan Nabi Adam ketika berada disurga, yang memakan buah khuldi (menurut satu pendapat) yang dilarang Tuhan, karena itu penyaliban Yesus merupakan tanda penebusan dosa manusia. Dalam hal ini, Roh kudus dianggap memiliki andil yang sangat besar dalam usaha memperbaharui penebusan dosa. Dengan demikian kita semua tidak berdosa atau sudah terbebas dari dosa. Sehingga dalam ajaran kristen jarang sekali apa yang dinamakan neraka. Karena manusia dianggap bebas dari neraka. Yang diartikan sebagai tempat orang yang melakukan dosa.
Sementara dalam ajaran Islam konsep ini, jelas-jelas ditolak. Seorang Anak melakukan dosa, tidak akan turun kepada orang tuanya atau sebaliknya, karena tidak ada yang sanggup menanggung dosa seseorang walaupun terhadap keluarganya sendiri kecuali diri sendiri.
2.4.Perbadinga Agama Islam dengan Kristen
Dilihat dari keadaan sistem ketuhanan yang ada dalam ajaran Kristen, banyak orang Eropa dan Amerika yang sudah meninggalkan ajaran agamanya. Banyak yang beranggapan bahwa Kristen bisa mencapai kemajuan karena mereka meninggalkan ajaran itu, terbukti banyak negara Barat terutama Amerika, sangat mengkampanyekan secara total antara urusan agama dan negara. Karena memang dalam ajaran Kristen tidak ada pengaturan tentang kehidupan dunia itu menjadi bukti nyata bahwa betapa tidak relevan ajaran itu untuk kehidupan saat ini, karena memang ajaran Kristen hanya di peruntukan untuk sekelompok umat dan hanya pada waktu itu.
Berbeda dengan Islam yang menyajikan pengaturan dan aturan tentang bagaimana kehidupan yang benar itu, Islam menyajikan aturan dunia yang sangat sempurna dan terbagi menjadi tiga pembagian hukum, Fiqh Siyasah, Fiqh Ibadah, Fiqh Muamalah suatu konsep ajaran yang integral dan tidak dapat di temukan dalam ajaran agama lain.
Sebaliknya umat Islam bisa mundur karena mereka meninggalkan ajaran agamanya, sekalipun banyak orang kristen yang meninggalkan agamanya, namun mereka tetap mengakui akan kebenaran agama itu. Sebagian lambang dari ajaran agama Kristen yang kita saksikan adalah salib, asas-asas salibisme yang ada pada diri merek sangat kelihatan, seperti apa yang terjadi ketika perang salib.
Sesungguhnya ajaran-ajaran Kristen tersebut sering menimbulkan perbedaan di kalangan mereka sendiri dan ini menyebabkan berbagai aliran di tubuh Kristen itu sendiri, dan bagi mereka yang berbeda aliran tidak diperkenankan beribadah di tempat yang sama. Sebagai inti uraian dalam pembatasan ini adalah ada suatu keyakinan Nasrani yang tidak sama dengan Islam yaitu derajat maksiat seseorang. Jika salah satu di antara mereka berbuat maksiat maka yang lain akan dianggap maksiat semua, atau ada pemimpin yang berbuat baik maka yang lain dianggap baik, dan ini sungguh merupakan ajaran yang tidak masuk akal.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1.Kesimpuan
Dari pemaparan diatas pemakalah menyimpulkan bahwa perbandingan dalam studi Islam adalah suatu cara untuk mengembangkan dan memeperluas cakrawala pemahaman terhadap agama. Kemudian berusaha untuk memahami kehidupan batin, orang, maupun masyarakat, yang berkaitan dengan perilaku beragama seseorang dalam hubungan dengan Tuhan, atau dengan apapun yang dianggap sakral.
3.2.Penutup
Demikianlah makalah ini saya susun, pemakalah menyadari tentunya makalah ini masih banyak keasalahan dan kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun. Selanjutnya diharapkan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Hakim, Atang Abd. dan Jaih Mubaroh, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999). 51-53.
http://www.kosmaext2010.com/perbandingan-agama-islam-dan-kristen-makalah-teknik-penulisan-ilmiah.php
Hakim, Atang Abd. dan Jaih Mubaroh, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999). 51-53. http://www.kosmaext2010.com/perbandingan-agama-islam-dan-kristen-makalah-teknik-penulisan-ilmiah.php
Mau dengerin lagu NOAH Tak Lagi Sama silahkan saja download disini